Gerakan Mahasiswa : Harus Berilmu Sebelum Beramal

Maryam Zakiyyah
Pangripta Loka
Published in
3 min readJun 29, 2015

Bergerak = Berubah

Melakukan pergerakan berarti kita sedang mengupayakan perubahan. Bohong ketika seorang bergerak namun tujuannya bukan untuk mewujudkan perubahan.

Ke arah yang lebih baik tentunya.

Gerakan pemuda di Indonesia telah dimulai sejak masa penjajahan, yang ditandai dengan munculnya organisasi-oraganisasi pemuda berbasis kesukuan dan organisasi perjuangan seperti Indonesische Vereeninging yang digagas oleh Mohamad Hatta di Belanda. Pada tahun 1928, pemuda Indonesia bersatu dalam kongres pemuda yang menghasilkan sumpah pemuda. Kegigihan pemuda saat itu untuk memerdekakan Indonesia berlanjut sampai tahun 1945, saat Indonesia akhirnya memproklamasikan kemerdekaannya. Saat itu, golongan pemuda lah yang mendesak bung Karno dan bung Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, memanfaatkan momentum kekalahan Jepang dari sekutu.

Setelah kemerdekaan, gerakan pemuda tetap hidup. Di masa pemerintahan Soeharto, berkali-kali terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Puncaknya terjadi saat aksi massa tahun 1998, mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR/MPR di Jakarta. Setelah itu, presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI.

Sejarah tersebut menegaskan satu fakta bahwa bergerak akan membawa kita pada perubahan, yang jika dilandasi dengan niat yang benar dan cara yang tepat akan membawa kita pada kondisi yang lebih baik.

Gerakan Pemuda Hari Ini

Saat ini, kita harus sadar bahwa kondisi Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Negara kita, di tahun ke-70 kemerdekaannya ini, masih dalam tahap negara berkembang. Indonesia masih mencari bentuk terbaik yang paling tepat untuk mengelola wilayah kesatuan yang memiliki keragaman budaya masyarakat dan keunikan bentuk negara kepulauannya.

Masalah Indonesia hari ini tidak dapat selesai hanya dengan mahasiswa mengkritik pemerintah. Masalah Indonesia hari ini, harus kita selesaikan dengan ilmu yang telah kita dapatkan di perguruan tinggi : sains, teknologi, seni, bahasa, sejarah, hukum, ekonomi, filsafat, kesehatan, pendidikan, lingkungan. Semua aspek, semua mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu harus belajar sungguh-sungguh agar kelak ilmunya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan pembangunan Indonesia. Apalagi mahasiswa, katanya, memiliki peran sebagai iron stock. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa di tahun-tahun mendatang.

Maka dari itu, memiliki ilmu sebelum melakukan aksi adalah hal yang penting. Saya selalu percaya bahwa gerakan apapun, tidak bisa hanya bermodal dengkul dan semangat. Perlu ilmu, perlu kajian yang matang. Harus jelas konten yang dibawa serta tujuan dan saasaran gerakannya. Jangan sampai gerakan yang dilakukan oleh pemuda, atau mahasiswa, tidak ada kontennya; asal mengkritik saja kebijakan pemerintah. Tanpa solusi. Tanpa tuntutan yang jelas. Tanpa sopan santun.

Apalagi jika metode yang digunakan adalah aksi massa yang mudah mendapat sorotan media. Harus jelas konten tuntutan yang dibawa, ada dasar kajian ilmiahnya. Tidak sekedar teriak-teriakan cemoohan saja saat orasi. Mahasiswa itu orang-orang yang terpelajar; dan orang terpelajar, memiliki tata bahasa dan tata krama yang santun dalam berkomunikasi.

Tapi saat ini, metode gerakan mahasiswa tidak hanya dengan aksi massa. Ada banyak alternatif metode lain : gerakan lewat social media, misalnya. Atau dengan membangun komunitas-komunitas peduli lingkungan sekitar. Atau melakukan kajian dan konferensi ilmiah yang bertujuan mengembangkan keilmuan.

Mangkok gerakan ada banyak, jangan sampai kita mengkerdilkan jenis gerakan tertentu karena gerakan tersebut tidak sesuai dengan gaya kita. Tidak masalah metode gerakannya berbeda, asal ada esensinya.

- Tanri Arrizasyifaa, Presiden BEM KEMA UNPAD 2012

Semoga ke depannya kita sebagai pemuda, walau memiliki metode gerakan yang berbeda, tujuannya selalu sama : kebaikan untuk Indonesia.

Bandung, 19 Juni 2015

Maryam Zakkiyyah

Anggota Biasa HMP Pangripta Loka ITB

--

--