Indonesia berpikir lebih maju daripada Eropa? Mari mengenal “Circular Economy” dan pelajari apa yang bisa kita lakukan.
“Di negara berkembang (seperti Indonesia), (barang bekas) itu bukan sampah, tapi memiliki nilai ekonomi yang bisa bermanfaat. Dari sudut ini, Indonesia sudah memulai circular economy, tapi prinsipnya tidak diinginkan negara Eropa,” ujar Prof. Damanhuri, kepada Greeners, Senin (7/12/2020).
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Enri Damanhuri, menjelaskan ekonomi sirkular di Eropa mulai sejak tahun 1980-an, sedangkan Indonesia sudah memulainya lebih dulu, yakni sejak 1960-an.
Konsep Circular Economy berpedoman pada prinsip mengurangi sampah dan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk bisa dimanfaatkan. Dalam publikasi PwC, bahkan disebutkan bahwa “In the circular economy there is no waste: today’s products are tomorrow’s raw materials.”
Pendekatan circular economy ini berbeda dengan ekonomi linear tradisional yang menggunakan model ekstraksi — produksi — distribusi — konsumsi — buang. Circular economy akan membuat closed loop atau siklus. Pandangan ini membuat barang yang telah dikonsumsi bisa dipergunakan kembali untuk memproduksi barang yang baru.
Melalui Kemenperin, Pemerintah menyatakan sedang gencar menggalakkan konsep ekonomi berkelanjutan atau circular economy di berbagai aspek. Prinsip utama dalam konsep circular economy adalah Reduce (pengurangan pemakaian material mentah dari alam), Reuse (penggunaan material yang dapat digunakan kembali), Recycle (penggunaan material hasil dari proses daur ulang), Recovery (penggunaan material hasil dari perolehan kembali) dan Repair (melakukan perbaikan), yang lebih dikenal dengan istilah ‘5R’.
“Dengan demikian, material mentah dapat digunakan berkali-kali dalam berbagai daur hidup produk. Sehingga ekstraksi material mentah dari alam jauh lebih efektif dan efisien,” ucap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebagaimana dilansir Kemenperin, Kamis (22/2/2019).
Sayangnya, circular economy yang sebenarnya sudah diterapkan di Indonesia sejak dahulu masih belum bisa mengurangi timbulan sampah secara signifikan. Timbunan sampah di Indonesia kian menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
Berdasarkan data Sustainable Waste Indonesia 2018, Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah tiap tahun, dari 64 juta ton sampah itu diketahui 64 persen paling banyak bersumber dari sampah rumah tangga. Bahkan, selama pandemi Covid-19 ini diketahui jumlah sampah rumah tangga makin meningkat sebagaimana dilansir Viva.co.id, Selasa (22/9/2020)
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk menerapkan circular economy di kala pandemi? Beberapa hal yang bisa kita coba adalah sebagai berikut.
- Menerapkan gaya hidup minimalis, membeli barang seperlunya, yaitu memberi barang sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Kita perlu pikirkan apakah barang yang akan dibeli hanya akan memenuhi keinginan sesaat di mana pada akhirnya menjadi barang tak terpakai ataukah barang tersebut memang benar-benar dibeli untuk memenuhi kebutuhan. Saat ini, mulai banyak orang dengan gaya hidup minimalis yang bisa kita ikuti, gaya hidup ini mengajarkan kita berperilaku sederhana, tidak berlebihan, dan lebih mengutamakan fungsi daripada materi.
- Menerapkan zero waste lifestyle, yaitu menggunakan barang-barang yang tidak menimbulkan sampah, seperti membawa sendiri shopping bag, memakai reusable water bottle, membawa kotak makan, dan lain-lain.
- Memasak di rumah dengan produk bahan makanan lokal. Dengan memasak sendiri di rumah, kita tidak akan menghasilkan sampah bungkus makanan seperti saat membeli makanan di restoran take away atau delivery. Kita juga akan turut mengurangi emisi karbon dengan membeli bahan-bahan lokal yang jauh lebih dekat dengan menjangkau pasar dengan berjalan kaki atau naik sepeda misalnya. Sesekali memesan food delivery di restoran boleh, tetapi jangan terlalu sering.
- Melakukan pemilahan sampah di rumah, seperti memisahkan sampah plastik, sampah organik, dan jenis sampah lain. Sampah plastik ini kemudian bisa disetor ke pengepul barang bekas atau bank sampah untuk ditukar menjadi uang. Kemudian sampah organik misalnya bisa diolah sendiri menjadi pupuk, pakan, ataupun media tanam.
Skema pengolahan sampah rumah tangga di bank sampah secara lebih lanjut dijelaskan oleh diagram berikut.
Pada akhirnya, konsep circular economy hanya akan bisa terwujud jika seluruh lapisan masyarakat berusaha memahami dan menerapkannya. Indonesia yang maju dan bebas sampah bukanlah impian belaka. Mari mulai dari diri kita sendiri.
#AyoPeduliLingkungan #KestariBerkarya #HMPBersama
Referensi
https://www.pwc.com/hu/en/kiadvanyok/assets/pdf/Closing-the-loop-the-circular-economy.pdf
https://www.greeners.co/berita/pakar-ekonomi-sirkular-indonesia-berbeda-dengan-eropa/
https://www.eur.nl/ice/nieuws/coalitie-circulaire-accounting
https://www.chandra-asri.com/files/attachments/others/WMBooklet_Final.pdf