Persona, Personb, Personc

Luqman Iffan Windrawan
PDB+R
Published in
4 min readMar 18, 2019

Halo teman-teman! Kembali lagi bersama saya, Luqman. Kali ini saya ingin menjelaskan tentang persona nih!

Apa sih persona itu?

Personas are fictional characters, which you create based upon your research in order to represent the different user types that might use your service, product, site, or brand in a similar way.

Dari kutipan tersebut, bisa disimpulkan bahwa Persona adalah karakter-karakter fiktif yang kita buat sebagai representasi dari target pengguna aplikasi kita. Dalam kata lain, persona adalah karakteristik dari suatu kelompok pengguna yang spesifik. Nah, untuk membuat persona itu tidak asal buat loh, melainkan harus melalui fase riset! Jadi, membuat persona tidak mudah karena kita harus menganalisis secara penuh mengenai masing-masing karakterisitik dari setiap atau beberapa jenis kelompok pengguna. Hasil dari analisis ini berupa persona itu sendiri yang akan menjadi salah satu dasar dari desain aplikasi kita!

Hmm… Berpikir…

Nilai dan Fungsi Persona

  1. Pemahaman mengenai pengguna: Semakin banyak yang diketahui oleh tim desain mengenai pengguna sebuah aplikasi, semakin tinggi tingkat kepuasan pengguna
  2. User Centered: Persona mendemonstrasikan tujuan dan kebutuhan pengguna
  3. Menghindari konflik: Jika konflik terjadi, tim desain dapat mengambil keputusan sesuai dengan model yang ada
  4. Management Control: Persona dapat membantu tim pengembang dalam mengembangkan fungsionalitas yang paling berguna alih-alih mendesain fungsionalitas yang tidak akan terpakai, serta mencegah situasi di mana pengembang salah mengartikan kemauan pengguna karena perbedaan antara apa yang pengguna katakan dan inginkan
  5. Prediksi tingkah laku pengguna: Persona dapat memprediksi keinginan, tingkah laku, dan kemungkinan reaksi pengguna
  6. Design Rankings: Persona dapat membantu mencari tahu urutan elemen desain yang penting
  7. Menghemat waktu: Dengan persona, beberapa metode user demands research bisa digantikan

Masih bingung kenapa kita perlu membuat Persona? Coba bayangkan seperti ini, misalkan anda sedang mendesain suatu aplikasi. Tapi tidak lama kemudian anda bingung untuk melanjutkan karena tidak tahu desain seperti apa yang harus dirancang, sehingga pada akhirnya anda mendesain aplikasi sesuai kemauan anda sendiri. Saat aplikasi tersebut sudah dirilis dan digunakan oleh pengguna nyata, ternyata banyak pengguna yang tidak suka dengan alur aplikasi anda! Wah, gawat!

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, kita harus mulai berpikir untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang pengguna bisa lakukan dan pikirkan selama menggunakan aplikasi beserta dengan jawabannya dari awal perancangan desain. Beberapa contoh pertanyaan tersebut adalah, “Bagaimana reaksi dan perasaan Jeje, Pak Dedi, serta Bu Susan mengenai fitur X atau jika kita menggantinya dengan Y?” dan “Bagaimana cara berpikir, merasakan, dan perkataan Andi, Badu, dan Cece?”.

Persona? Personb-nya di mana?

Di gambar ini terdapat sampai Personf, tapi di SISIDANG-NG tidak sebanyak itu kok…

Pada proyek SISIDANG-NG kita mempunyai tidak hanya 1, tapi 3 persona loh! Ketiga persona tersebut didapat dari 3 kategori pengguna yang akan menggunakan SISIDANG-NG, yaitu mahasiswa, dosen, dan sekretariat. Yuk kita baca ketiga deskripsi persona tersebut.

Jeje, persona dari seorang mahasiswa calon pengguna aplikasi

Yang pertama adalah Jeje, seorang mahasiswa. Dari gambar di atas, kita bisa melihat karakteristik serta tingkat motivasi dari Jeje. Jeje adalah seseorang yang ingin mengurangi tingkat stres di luar stres skripsi. Ia dapat mudah mengalami stres menjelang deadline skripsi, sehingga tidak membutuhkan stres tambahan dari alur sidang. Jeje juga merupakan seseorang dengan tingkat sosial yang kurang tinggi sehingga ia mengalami kesulitan jika harus bertanya mengenai alur sidang, contohnya bertanya ke kesekretariatan. Oleh karena itu, salah satu faktor yang harus diperhatikan saat mendesain aplikasi SISIDANG-NG adalah untuk jangan mempersulit alur sidang yang dapat membangkitkan stres seseorang dengan alur sidang yang sulit, apalagi jika harus sampai bertanya mengenai alur sidang ke pihak yang bersangkutan.

Bapak Dedi, persona dari seorang dosen calon pengguna aplikasi

Selanjutnya ada bapak Dedi, seorang dosen. Ia adalah seorang dosen yang memiliki banyak agenda seperti mengajar, menilai ujian, dan menyetujui sidang. Bapak Dedi tidak ingin proses penyetujuan sidang yang terlalu rumit, dan mudah stres jika terjadi kegagalan login serta kegagalan penyetujuan sidang karena sudah banyak stres dari pekerjaan lainnya. Karena itu, ia menginginkan proses penyetujuan sidang yang lancar dengan cara tidak adanya kegagalan dalam login dan penyetujuan sidang tersebut.

Bu Susan, persona dari seorang staf sekretariat calon pengguna aplikasi

Yang terakhir adalah bu Susan, seorang staf sekretariat akademik. Seperti bapak Dedi, bu Susan juga mempunyai banyak pekerjaan. Selain memasukkan data mahasiswa yang akan mengikuti sidang, ia juga harus melakukan pemberitahuan-pemberitahuan pada SCELE dan berbagai hal lainnya. Bu Susan menginginkan alur sidang yang lancar, seperti tidak ada langkah terlewat atau terdapat suatu alur pada sistem yang tidak dapat dijalankan. Hal ini juga menjadi pertimbangan saat mendesain aplikasi.

Kesimpulan

Jadi teman-teman, sudah terlihat kan kehebatan dari persona? Memang terlihat simpel, tapi ternyata sangat kuat dan bermanfaat!

Dengan membuat persona, kita bisa melakukan perencanaan desain aplikasi secara jauh lebih matang karena kita bisa menyetel desain tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna kita. Kenapa begitu? Karena aplikasi yang bagus adalah aplikasi yang peduli terhadap penggunanya, bukan hanya terhadap pembuatnya!

Sepertinya sudah sampai di sini saja artikel yang saya tulis saat ini, semoga artikel yang saya tulis bisa bermanfaat! Sekian dan terima kasih sudah membaca ya teman!

-Luqman

--

--