Coba Tips Portofolio UX Writing Ini, Dijamin Langsung Di-Hire!

Neraca Cinta Dzilhaq
Pegadaian Design
Published in
5 min readSep 6, 2023
Photo by Constantin Wenning on Unsplash

Apa sih sebetulnya portofolio itu? Dikutip dari website Clarke University, pengertian portofolio secara umum adalah sebuah kompilasi materi (baik akademis maupun profesional) yang menunjukkan keyakinan, keterampilan, kualifikasi, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kamu.

Saat menjalani proses recruitment, portofolio seringkali dilampirkan bersama dengan CV sebagai syarat melamar kerja. Jadi, bagi kamu yang masih berpikir bahwa portofolio itu hanya dibutuhkan untuk profesi desainer atau sejenisnya, kamu salah besar! Pekerjaan berjenis clerical atau administratif pun juga bisa kamu buat portofolionya, kok.

Nah, buat kamu yang sudah berniat mencoba peruntungan sebagai UX Writer, jangan lupa persiapkan portofolio sebelum melamar kerja! Berikut ini adalah beberapa tips portofolio yang akan saya share sebagai UX Writer Pegadaian Design.

1. Persiapkan Diri

Photo by Glenn Carstens-Peters on Unsplash

Sebelum membuat portofolio, ada baiknya untuk mempersiapkan project yang mau kamu tampilkan. Project yang bisa kamu tampilkan tidak harus susah-susah atau wah banget, kok. Kamu bisa menyusun project tentang copywriting dari aplikasi yang pernah digarap, atau membuat project baru dari hasil riset aplikasi lainnya. Susunlah dengan runtut dan pastikan semuanya sesuai timeline.

Insight: Urutkan project yang ingin ditampilkan.

Ketika saya membuat project, persiapan yang saya lakukan bersifat kolaboratif. Saya biasanya bekerjasama dengan UX Designer dan UX Researcher di Pegadaian Design. Dalam project tersebut, saya juga ikut dalam proses riset pengalaman pengguna aplikasi Pegadaian Digital. Fungsinya untuk mencari tahu apa saja yang menjadi concern pengguna.

Oiya, jika kamu ingin membuat project baru, kamu bisa berkonsultasi kepada mentor atau senior kamu untuk mendapatkan feedback mereka. Siapa tahu, kamu sekalian dapat tips lainnya yang helpful.

Nah, setelah melakukan riset tersebut, saya akan menggunakan hasilnya sebagai catatan dalam membuat copy, yakni tone of voice dan pemilihan wording yang digunakan dalam desain interface.

2. Cari Koneksi Bikin Project, Atau Bikin Project Sendiri!

Yang kedua, gunakan berbagai koneksi untuk bekerjasama membuat project. Kalau kamu nggak punya koneksi yang sesuai, kamu juga bisa membuat project sendiri.

Misalnya, ketika melakukan review tentang copywriting pada aplikasi yang sedang kamu kerjakan, kamu bisa sekalian bekerjasama dengan UX Researcher untuk menjelaskan proses riset dan step by step membuat copywriting.

Insight: Jangan ragu berkolaborasi.

Tips ini sangat disarankan buat kamu yang sudah beberapa lama menjadi UX Writer, untuk menunjukkan kemampuan kamu di bidang Product Design yang lebih luas. Di samping itu, kamu juga bakal dinilai sebagai pribadi yang punya kemampuan komunikasi bagus oleh recruiter.

Photo by Daniel Korpai on Unsplash

Menurut pengalaman saya, kolaborasi dalam project UX Writer tidaklah jauh dari kinerja internal tim maupun di luar tim. Saya dan teman-teman di Pegadaian Design biasanya sering mendapat tawaran dari Project Manager untuk mendesain ulang tampilan fitur aplikasi untuk menambah selling points layanan Pegadaian Digital Service maupun Pegadaian Syariah Digital.

Salah satu project yang saya pegang adalah Pegadaian One-Klick dalam ajang Pegadaian Innovation Awards 2023. Saya dan teman satu tim harus menyusun pertanyaan wawancara riset, mengumpulkan aspirasi dari user, dan membuat prototype yang akan digunakan dalam testing. Meskipun prototype bukanlah finalisasi produk, kami tetap harus menampilkannya semirip produk aslinya. Jadi, peran saya dalam generating dan auditing copy tak kalah pentingnya.

Menurut saya, tantangan berkolaborasi dalam project itu akan selalu ada. Namun semakin banyak kamu bekerjasama dengan banyak orang, kamu akan mendapatkan banyak perspektif baru. Sebagai contoh, saya jadi belajar lebih mendalam tentang product marketing dan apa saja yang menjadi concern nasabah terkait layanan Pegadaian.

3. Buatlah Desain yang Menarik

Photo by Faizur Rehman on Unsplash

Portofolio dengan desain yang menarik akan tampak mengesankan saat dibaca. Maka dari itu, nggak ada salahnya buat belajar editing menggunakan software desain grafis seperti Adobe Illustrator atau — gampangnya — Figma. Kesan pertama akan menentukan respon positif atau negatif recruiter terhadap kamu. Jadi, pastikan recruiter tertarik dengan tampilan portofolio kamu, ya!

Insight: Desain yang menarik akan memperlihatkan effort-mu.

Kalau kamu membutuhkan masukan dari segi desain, kamu bisa juga meminta bantuan teman-teman satu tim dari Illustrator atau Designer untuk mengkaji ulang desain portofolio yang kamu buat. Di samping insight seputar desain dari mereka bisa menambah nilai jual portofoliomu, kamu juga bisa memberi mereka shoutout sebagai anggota tim yang berkolaborasi denganmu.

Selanjutnya, jangan lupakan tips yang ketiga saat mendesain portofolio UX Writer, yaitu…

4. Tonjolkan Kelebihan Kamu

Photo by Surface on Unsplash

Dikutip dari artikel Caroline Rothnie di UX Writing Hub, menonjolkan kelebihan dan pengalaman yang sudah kamu kumpulkan dapat sangat membantu para recruiter untuk mempertimbangkan kamu. Ketika interview dimulai, recruiter bakal mempertanyakan hal-hal mendetail soal kemampuan kamu. Makanya, kamu harus membangun image dirimu sendiri sebaik mungkin.

Insight: Demi profesionalitas, ada baiknya membangun image sebaik mungkin.

Cara mudah membangun image adalah menjadi content creator dan social media networking. Sebagai contoh, jangan ragu gunakan kemampuan copywriting-mu untuk membuat konten yang menarik di internet. Hal ini bisa kamu lakukan dengan bikin vlog untuk menampilkan keseharianmu, menyampaikan artikel mengenai tren di dunia UI/UX, dan lain-lain.

Sebagai contoh, saya bersama teman-teman Pegadaian Design saat ini tengah aktif menggarap konten yang edukatif di Medium. Kami juga menggunakan Instagram sebagai sarana memperkenalkan aktivitas tim kami kepada khalayak umum.

Kamu juga bisa menggunakan platform media sosial untuk mencari orang-orang yang seminat denganmu, lho! Siapa tahu nantinya mereka mau diajak bikin project bareng, kan?

5. Teruslah Meng-Update

Photo by Faizur Rehman on Unsplash

Yang terakhir inilah yang terpenting. Portofolio seorang profesional haruslah di-update, karena dengan meng-update portofolio, kamu menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang peduli dengan perkembangan diri. Selain itu, recruiter akan menilai diri kamu sebagai orang yang aktif. Chance untuk direkrut karena aktivitas yang kamu lakukan itu tinggi banget, lho! Maka dari itu, jangan pernah lelah untuk memperbarui pengalaman dan menyusunnya dengan rapi di portofolio kamu.

In The End…

Itu tadi beberapa tips yang saya bagikan untuk membuat portofolio UX Writer yang bisa kamu praktikkan. Kalau kamu menemukan tips lainnya yang lebih helpful, good for you, then! Semakin banyak ilmu yang kamu serap dari berbagai sumber, skill kamu pun juga akan semakin meningkat. Pokoknya, jangan pernah malu untuk menunjukkan siapa dirimu. Menjalani pekerjaan apa pun pasti menghasilkan pengalaman, dan pengalaman itu bisa kamu tuangkan dalam sebentuk portofolio.

Jika kamu butuh banyak tips lainnya seputar dunia UI/UX Designer, kamu bisa follow kami baik di Instagram Pegadaian Design maupun akun Medium kami. Yuk, berkembang bareng-bareng!

--

--

Neraca Cinta Dzilhaq
Pegadaian Design

UX Writer, aspiring UI/UX researcher, psychologist, content creator, and blogger who is interested in mental health and technology.