Design Thinking Process: Seberapa Penting dalam UI/UX?

Muhammad farhan
Pegadaian Design
Published in
7 min readOct 10, 2023
Photo by Daria Nepriakhina 🇺🇦 on Unsplash

Halo! Ketemu lagi dengan saya, Muhammad Farhan dari Pegadaian Design!

Nah, kali ini saya mau membahas lebih lanjut tentang design process yang pernah saya bahas di artikel sebelumnya. Sebelum masuk ke design process, saya memiliki sebuah pertanyaan. Ketika kamu ingin memasak nasi goreng, apa yang akan kamu lakukan? Pastinya ada beberapa hal yang disiapkan seperti menyiapkan bahan, memasukkan bahan ke dalam wajan, mengaduk nasinya sampai menjadi nasi goreng. Hal tersebut dinamakan proses bukan? Dalam design pun ada yang namanya proses. Namun, kadang masih ada beberapa designer yang tidak mengerti value dari design process dan membuat design secara tidak beraturan. Produk yang bagus itu dibuat dengan mengikuti design process. Namun, disesuaikan lagi dengan situasi dan kondisi yang berlaku yaaa!!!.

Setiap tim design akan diberi brief untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan untuk membuat design. Tentunya brief yang didapat harus dikerjakan dengan design process yang teratur. Design process itu diibaratkan sebagai pedoman, dengan adanya pedoman maka bisa mencapai suatu tujuan. Begitu pula dengan Design process yang membantu kita dalam mencapai tujuan, yaitu mengoptimalkan visual dan pengalaman user ketika menggunakan produk.

Design Thinking

Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan design process yang seringkali saya pakai. Design process yang sering saya pakai adalah design thinking. Design thinking adalah pendekatan kerja kreatif dan merancang solusi yang inovatif. Metode ini berfokus pada pengalaman user sehingga metode design thinking bisa dibilang saling berkaitan karena bisa mengiterasi setiap prosesnya sampai mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan mengenai proses design thinking supaya kalian bisa mengetahui seberapa pentingnya design process dalam UI/UX.

“Design thinking is a human-centered approach to innovation that draws from the designer’s toolkit to integrate the needs of people, the possibilities of technology, and the requirements for business success.”

— TIM BROWN, EXECUTIVE CHAIR OF IDEO

Empathize

Tahap pertama dalam design thinking. Tahap ini dilakukan untuk memahami pengalaman, kebutuhan, dan perasaan user. Saat dalam tahap ini, kita harus mengubah point of view dari designer menjadi user, hal itu dilakukan supaya bisa mengidentifikasi aspek yang mungkin tidak terlihat secara langsung dan mendapatkan insight yang mampu menjadi solusi terhadap suatu permasalahan yang dialami user. Emphatize bisa dilakukan dalam berbagai cara seperti :

  • Observation. Kegiatan mengamati behaviour user saat mereka berinteraksi dengan produk dan bagaimana user berinteraksi dengan produk tersebut
  • Interview. Kegiatan wawancara dengan user untuk mendapatkan insight mengenai latar belakang, kebutuhan dan perasaan mereka secara langsung.
  • Competitor Analysis. Melakukan analisis terhadap pesaing produk untuk mengidentifikasi SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) yang dapat mempengaruhi strategi bisnis dan mengembangkan strategi yang lebih efektif.
UX Researcher Pegadaian Design melakukan interview user.

Dalam tim Pegadaian Design, kami menggunakan emphatize sebagai permulaan untuk mengembangkan suatu produk. Metode yang sering digunakan pada saat melakukan emphatize adalah dengan qualitative research. Qualitative research yang digunakan untuk mengumpulkan data deskriptif berupa sampel yang relatif kecil seperti melakukan interview, observasi user yang berguna untuk mendapatkan insight mendalam tentang user experience. Meskipun begitu, kami juga menggunakan quantitative research untuk mengumpulkan data numerik yang bersifat survei dan analisis statistik. Setelah itu, kami menyebarkan survei untuk mendapatkan partisipan supaya bisa mencari tahu kebutuhan dan apa yang dirasakan user sebelum melanjutkan ke proses design.

Define

Pada tahap kedua, Designer menganalisis dan menyimpulkan data yang didapat dari tahap emphatize menjadi sebuah problem statement.

Tahap define melibatkan:

  • Mendefinisikan masalah. Menyusun pernyataan yang jelas tentang masalah yang ingin diatasi.
  • Merumuskan pertanyaan. Menyusun pertanyaan yang dapat membantu dalam memecahkan masalah, biasanya menggunakan rumus How Might We (HMW). Seperti contohnya : “ Bagaimana kita bisa menambah screen time user pada saat menggunakan aplikasi?”
  • Membuat Problem Statement. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dalam masalah dan mensintesisnya dalam 1 atau 2 kalimat sebagai pernyataan permasalahan.
Pegadaian Design melakukan mind mapping dalam sebuah case.

Tahap define membantu merumuskan permasalahan yang ada untuk merancang solusi yang sesuai dengan kebutuhan user. Penerapan define di tim pegadaian design ketika sudah mendapatkan data yang sudah diolah, kami menggunakan mind mapping yang ditempel di whiteboard untuk mengklasifikasikan masalah yang ada menjadi problem statement dan membantu dalam pembuatan information architecture.

Ideate

Tahapan ketiga dalam design thinking, pada tahap ini lebih berfokus pada menghasilkan beragam ide sebagai solusi masalah yang berada dalam problem statement pada tahap define. Tujuan tahap ideate sendiri adalah menghasilkan banyak solusi alternatif yang bersifat inovatif. Solusi yang dihasilkan berfokus pada kuantitas dengan menghasilkan ide sebanyak mungkin tanpa membatasi kreativitas. Ada berbagai cara yang bisa membantu ketika ingin menyalurkan ide pada tahap ideate, seperti :

  • Crazy 8. Metode menghasilkan ide secara cepat dalam waktu singkat dengan cara membuat sketsa 8 design dalam 8 menit. Kualitas design bukanlah fokus utama, tetapi gagasan ide yang dihasilkan yang menjadi penentu. Hal ini membantu melatih otak untuk berpikir cepat dan kreatif, serta menciptakan banyak ide dalam waktu yang singkat
  • Wireframing. Metode yang melibatkan pembuatan sketsa UI (User Interface) yang direncanakan. Wireframing membantu dalam memvisualisasikan konsep ide dan struktur dari solusi yang diusulkan.

Meskipun Crazy 8 dan Wireframing terbilang hampir sama, nyatanya 2 hal ini berbeda. Crazy 8 lebih mementingkan kuantitas tanpa memperhatikan visual karena menghasilkan banyak ide dalam waktu singkat, sedangkan wireframing menghasilkan beberapa ide, namun juga memperhatikan visual konsep yang dibuat.

Tahap Ideate yang kami lakukan di Pegadaian diawali brainstorming sebagai media sharing ide yang dikumpulkan. Setelah itu, kami melakukan penggambaran konsep melalui Figma ataupun media lainnya.

UX Designer Pegadaian Design sedang membuat konsep dengan wireframing.

Prototype

Prototype adalah representasi lebih lanjut dari tahap ideate. Pada tahap ideate konsep yang dibuat hanyalah sebatas low visual ataupun gagasan, namun hal itu disempurnakan pada tahap prototype. Prototype memiliki dua kategori, yaitu low-fidelity dan high-fidelity. Perbedaan low fidelity dan high fidelity sebagai berikut :

  • Low fidelity : konsep design yang masih terbilang umum karena masih berupa sketsa dasar dan tanpa elemen yang mendetail
  • High Fidelity : design yang sudah mendekati akhir, seperti elemen visual yang sudah detail dengan rincian teknis yang sudah lengkap

Perbedaan yang mencolok antara low fidelity dan high fidelity adalah low fidelity untuk proses eksplorasi secara cepat, sedangkan high fidelity untuk pengujian dan validasi user experience secara mendalam. Kami menyempurnakan konsep dari tahap ideate menjadi high fidelity design menggunakan figma. Setelah high fidelity jadi, kami membuatnya menjadi prototype sehingga flow produk bisa berjalan.

Membuat high fidelity design di salah satu produk Pegadaian Digital.

Testing

Tahap terakhir dalam design thinking yang mencakup pengujian design kepada user. Tujuannya adalah untuk memvalidasi solusi design yang telah dibuat untuk mendapatkan feedback dari user. Feedback yang didapat menjadi sebuah faktor dalam melakukan perbaikan sehingga adanya iterasi design thinking sampai mendapatkan hasil yang optimal untuk user. Tentu saja produk yang kami buat di Pegadaian Design melalui tahap testing. Biasanya yang melakukan testing adalah tim UX Research dengan cara usability testing kepada partisipan untuk memvalidasi design yang telah dibuat.

Pada umumnya, partisipan akan memberikan feedback baik dari segi interface, maupun experience. Oleh karena itu, feedback yang didapat akan menjadi validasi untuk melakukan iterasi sampai mendapatkan hasil yang optimal. Setelah itu, kami membuat report yang berisikan hasil dari usability testing dan akan di present ke dalam tim dan Product Manager. Apabila ada yang perlu di-improve, kami melakukan iterasi sampai mendapatkan hasil yang sudah sesuai dengan goals dan pada akhirnya design yang telah dibuat akan di handover kepada tim developer untuk pengembangan menjadi aplikasi.

Testing design yang telah dibuat.

Conclusion

Seperti yang bisa dilihat, UI/UX bukanlah sekedar menggunakan tools Figma ataupun Adobe XD dan membuat design sesuka hati, melainkan juga ada prosesnya yang perlu diperhatikan. Design process memiliki banyak nama, seperti design thinking, double diamond, dan lainnya. But in the end, semua proses yang dijalani itu tetap sama, itu hanyalah sebuah perbedaan istilah penyebutan.

Jadi, seberapa penting design process dalam kegiatan kami di Pegadaian Design? Tentu penting! Karena design process berdampak pada bagaimana produk akan dibuat. Berikut adalah alasan mengapa design process begitu penting :

  • Memahami pengguna. Design process membantu dalam memahami apa yang dirasakan, dibutuhkan,dan perilaku user. Hal itu membuat designer dapat menciptakan solusi yang optimal untuk user.
  • Konsistensi. Design process membantu dalam menjaga konsisten setiap elemen design sehingga menciptakan identitas produk dan membuat user merasa nyaman.
  • Pengurangan resiko kesalahan. Dengan adanya design process, membuat pengerjaan menjadi lebih terstruktur sehingga bisa meminimalisir kesalahan yang ada.
  • Efisiensi waktu. UI/UX Designer bisa menentukan timeline sehingga waktu pengerjaan menjadi lebih teratur.

Dalam rangka membuat produk, penting mempunyai design process yang terstruktur dan efektif. Namun, setiap proyek memiliki kebutuhan dan tantangan yang berbeda sehingga design process dapat disesuaikan dengan berbagai macam situasi yang ada.

Mungkin segitu dulu yang bisa saya sampaikan. Stay tuned buat konten saya yang selanjutnya yaa!! Kalian bisa mutualan dengan saya di Linkedin yang udah saya cantumin. Jangan lupa follow akun Instagram Pegadaian Design juga yaa!!

See you next time!!!

--

--