Navigasi dalam Menemukan “Sweet Spot” pada User Experience

Muhammad farhan
Pegadaian Design
Published in
5 min readOct 10, 2023
Photo by UX Indonesia on Unsplash

User Experience (UX) adalah elemen penting dalam pengembangan produk dan layanan di era digital pada saat ini. Untuk mencapai tingkat kepuasan yang optimal dari pengguna, pentingnya menemukan sweet spot dalam UX. Dalam artikel ini, saya akan membahas apa itu sweet spot dan navigasi dalam menemukan sweet spot pada user experience.

Apa itu Sweet Spot?

Sweet spot adalah titik ideal yang mempertemukan kepentingan bisnis, kebutuhan pengguna dan teknologi. Titik ini adalah kondisi dimana inovasi yang telah ditemukan dari 3 aspek tersebut menjadi satu kesatuan dan menghasilkan produk yang akan menguntungkan semua pihak dan mencapai goals yang sudah ditetapkan. Dalam mencapai sweet spot tentunya tidak gampang dikarenakan harus memahami 3 aspek yang berbeda namun saling berkaitan dan memerlukan berbagai langkah seperti riset mendalam, perancangan ide, pengujian prototype, dan iterasi yang berkelanjutan.

Bagaimana cara menemukan sweet spot?

UX Triangulate Method. Photo by Medium

Untuk menemukan sweet spot, kalian harus memahami 3 aspek yang sering saya sebutkan diatas, aspek yang perlu diperhatikan dalam menemukan sweet spot adalah Business, Tech, dan User. Ketiga hal ini sangatlah berbeda, namun jika kalian bingung akan saya jelaskan lebih detailnya dibawah ini.

User (Desirability)

Dalam segi User, produk yang dikembangkan memiliki solusi atas permasalahan user sehingga user nyaman ketika menggunakan produknya. Produk yang dikembangkan harus berpusat dengan user karena yang menggunakan produk bukan hanya kita, melainkan juga user. Selain itu, kegunaan dari produk tersebut perlu diperhatikan, apakah user nyaman menggunakan produk yang dikembangkan atau tidak. Implementasi yang kami lakukan di Pegadaian Design tidak luput dari Human Centered Design yaitu design yang berpusat pada pengguna. Biasanya kami menggunakan metode design thinking karena metode ini memperhatikan desirability yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pengguna.

Business (Viability)

Dalam segi bisnis, produk yang dikembangkan diharapkan memiliki value yang tinggi karena pastinya perusahaan menginginkan profit dari produk yang dikembangkan. Dalam keperluan bisnis, kami biasanya menerima briefcase dari tim bisnis sebagai landasan dalam membuat design. Setelah menerima briefcase, kami akan memulai proses design dan sering berdiskusi dengan Product Manager dan para stakeholder untuk mengetahui apakah design yang kami buat memenuhi tujuan dari segi bisnis.

Technology (Feasibility)

ada juga segi technology yang perlu diperhatikan. Kenapa harus diperhatikan juga? Karena sebagus apapun produk yang ditawarkan, kalau tidak bisa di develop, maka hanya akan menjadi konsep. Kita juga harus mempertimbangkan apakah produk yang dibuat bisa develop. Untuk mengetahui apakah produk yang dibuat bisa di-develop adalah dengan cara harus mengetahui kemampuan teknologi yang ada di dalam sebuah perusahaan dan sering berkomunikasi dengan developer supaya produk yang telah dibuat bisa diimplementasikan dengan sukses.

Mengapa sebuah produk baru bisa dikatakan sweet spot kalau sudah mencapai 3 aspek tersebut? Karena kalau tidak mengikutsertakan salah satunya atau lebih, maka tidak bisa dikatakan menemukan sweet spot.

Contohnya :

  • Kalau hanya melihat dari segi user dan technology (not profitable), produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan user dan bisa di develop, namun bisa jadi tidak profitable dikarenakan aspek bisnis tidak diikutsertakan
  • Kalau melihat dari segi user dan business (not feasible), produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan user dan bisa menguntungkan perusahaan, namun itu akan menjadi sebuah konsep, sebab tidak melihat dari segi technology yang artinya tidak bisa di develop.
  • Kalau melihat dari segi business dan technology (not desirable), produk yang dihasilkan bisa di develop namun belum tentu bisa menguntungkan, sebab tidak memperhatikan segi user yang artinya user tidak akan merasa nyaman ketika menggunakan produk tersebut dan mengakibatkan penurunan jumlah interaksi terhadap produk tersebut.

Contoh kasus

Beberapa waktu lalu, Pegadaian Design baru saja menyelesaikan Proyek Revamp dari salah satu produk Pegadaian, yaitu Pegadaian Syariah Digital Service. Revamp tersebut dilakukan karena ada concern dari berbagai pihak yang membuat kita melakukan perubahan di Pegadaian Syariah Digital.

  • Business : Stakeholder dan tim bisnis merasa bahwa perlu adanya peningkatan profit yang dihasilkan dari Pegadaian Syariah Digital. Mereka menginginkan jumlah transaksi yang meningkat dan juga Retention rate yang tinggi.
  • Tech : Tim developer Pegadaian Merasakan keresahan pada standarisasi Code nya belum ada dan komponen UI nya belum konsisten. Developer merasa perlu adanya konsistensi komponen UI dan yang bisa reusable.
  • User : User juga merasa performa aplikasi Pegadaian Syariah Digital belum ideal dan tidak nyaman menggunakan aplikasinya, baik dari pengalaman maupun visual.

Atas dasar perihal di atas, kami pun melakukan revamp bagi aplikasi Pegadaian Syariah Digital. Lalu, apa kaitannya dengan bahasan kita mengenai sweet spot?

Seperti yang saya bahas diatas tadi, sweet spot adalah titik yang mempertemukan 3 aspek tersebut. Tugas kita sebagai UI/UX Designer adalah menciptakan solusi diantara aspek business, tech, dan user di dalam Pegadaian Syariah Digital ini.

Menurut kalian, apa yang harus dilakukan untuk memenuhi concern yang diatas? Yuk, kita breakdown!

  • User : Setelah mendapatkan brief dan requirement dari tim bisnis, kami melakukan proses design, Kami mengidentikasi kebutuhan user dan memvalidasikan hal tersebut yang hasilnya akan kami translate ke dalam design. Selain kami memerhatikan kebutuhan user, kami juga mencocokannya requirement yang ada dan juga teknologi yang ada di Pegadaian.
  • Business : Kami sebagai UI/UX Designer tentunya harus mengikuti requirement yang ada dan objective-nya pun jelas, maka dari itu saat kami melakukan proses design kami berdiskusi dengan tim bisnis atauapun project manager. Hal ini dilakukan supaya apakah design yang kami buat sudah sesuai dengan requirement ataupun menguntungkan bagi perusahaan.
  • Technology : Pada saat proses design, kami sering melakukan diskusi dengan developer. Tujuannya adalah untuk mengetahui design yang telah dibuat apakah bisa di develop. Sebagai UI/UX Designer, kita dituntut untuk berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalah dalam suatu produk, namun kita perlu memikirkan kemampuan teknologi dan kapabilitas dari tim developer yang ada di dalam perusahaan, khususnya kami yang ada di Pegadaian sehingga design yang telah dibuat bisa di develop dengan baik. Tentunya tidak lepas dengan bantuan dari UX engineer yang bertugas untuk membuatkan standarisasi code yang akan dipakai nantinya.
Perbandingan Tampilan beranda Pegadaian Syariah Digital

Inilah Pegadaian Syariah Digital yang telah kami revamp. Kalau dilihat secara seksama tampilan Pegadaian Syariah Digital yang dulu memiliki komponen UI yang tidak konsisten dan kurang menarik secara visual yang mengakibatkan retention rate yang minim seperti concern yang saya sebutkan di atas. Setelah kami melakukan proses design yang memperhatikan poin dari sweet spot jadilah Pegadaian Syariah digital yang sudah di revamp, dengan memiliki visual yang lebih fresh dan menarik. Untuk mengetahui output nya, kalian bisa menginstall aplikasi ini sekaligus menabung emas dan coba fitur lainnya juga lohhh!!!

Mencapai sweet spot diantara user, business, dan technology adalah proses iterasi yang dilakukan secara terus menerus, tapi hal ini sangat penting dalam menciptakan user experience yang luar biasa. Maka dari itu, dengan menjaga keseimbangan yang tepat, perusahaan dapat mencapai goals dalam era teknologi yang sekarang terus berubah-ubah.

Segitu saja dulu yang bisa saya sharing, jangan lupa untuk follow akun Instagram Pegadaian Design dan stay tuned untuk konten menarik selanjutnya yaaa!!!

Referensi:

--

--