Pengalaman Saya Sebagai UI/UX Designer Intern di Pegadaian
Sudah hampir setahun saya bekerja di Pegadaian menjadi UI/UX Designer Intern. Waktu yang saya habiskan di sana bisa terbilang cukup lama tapi bagi saya waktu itu terasa sangat cepat. Meskipun begitu, banyak hal yang bisa saya pelajari sebagai UI/UX Designer Intern di Pegadaian. Sebelum masuk ke hal yang saya pelajari disana, saya akan berbagi sedikit cerita bagaimana saya bisa menjadi UI/UX Designer Intern di Pegadaian.
Backstory
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir yang memiliki background di dunia teknologi informasi. Saya memiliki kewajiban untuk melakukan magang sebagai syarat untuk menyandang gelar sarjana. Pada saat itu,saya memiliki minat di UI/UX jadi saya melamar magang sebagai UI/UX Designer. Saya melamar ke beberapa perusahaan dan pada saat yang sama, saya mengetahui bahwa Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) membuka peluang kepada mahasiswa berupa memberikan program magang yang bernama MAGENTA (Magang Generasi Bertalenta), dalam program tersebut lowongan UI/UX masih terbilang sedikit, jadi saya hanya melamar ke beberapa perusahaan, tidak lama kemudian saya mendapat pengumuman bahwa saya lolos menjadi UI/UX Designer Intern di Pegadaian.
Pada saat saya menjadi UI/UX Design Intern di Pegadaian, saya menyadari beberapa hal, salah satunya bahwa ilmu yang saya pelajari selama ini masih sangatlah sedikit. Namun, hal itu tidak membuat saya minder atau rendah diri, tapi membuat saya ingin terus menimba ilmu disini. Selama saya melakukan Intern di pegadaian, saya mendapatkan beberapa pelajaran penting yang tidak saya dapatkan dari kuliah ataupun belajar otodidak dan akan saya bagikan disini.
What I Learn as a UI/UX Designer Intern at Pegadaian
Ketika menjadi UI/UX Designer Intern di Pegadaian, saya bertemu dengan banyak orang yang memiliki berbagai macam latar belakang. Banyak hal yang dapat saya pelajari di Pegadaian, khususnya di tim Pegadaian Design yang bersedia menerima saya sebagai UI/UX Designer Intern.
1. Design Process
Sebelum saya berada di pegadaian, saya hanya membuat design yang menurut saya bagus dengan tahapan yang tidak beraturan, setelah di Pegadaian saya mengetahui betapa pentingnya design process dalam merancang suatu produk. Design Process itu diibaratkan sebagai pedoman, dengan adanya pedoman maka bisa mencapai suatu tujuan. Begitu pula dengan Design Process yang membantu kita dalam mencapai tujuan, yaitu mengoptimalkan visual dan pengalaman User ketika menggunakan produk . Design Process membantu saya dalam membuat sebuah design, seperti awalnya harus meriset kebutuhan user yang nantinya akan diolah menjadi data dan menghasilkan problem statement, membuat design sesuai dengan permasalahan yang ada, menguji design yang dibuat kepada user, dan melakukan iterasi sampai mendapatkan hasil yang optimal.
2. UX Triangulate Method
Mungkin beberapa dari kalian merasa bingung dengan istilah ini, saya juga awalnya bingung tapi seiring waktu saya sudah mulai terbiasa dengan istilah ini. Oleh karena itu, saya akan menjelaskannya menjadi lebih mudah. Istilah ini mengacu pada tiga aspek pengembangan produk dalam User Experience (UX).
Dalam pengembangan produk ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu User, Business, dan Technology.
- Dalam segi User, produk yang dikembangkan memiliki solusi at permasalahan user sehingga user nyaman ketika menggunakan produknya.
- Dalam segi Business, produk yang dikembangkan diharapkan memiliki value yang tinggi karena pastinya perusahaan menginginkan profit dari produk yang dikembangkan.
- Selain segi user dan business, ada juga segi technology yang perlu diperhatikan. Kenapa harus diperhatikan juga? Karena sebagus apapun produk yang ditawarkan, kalau tidak bisa di develop, maka hanya akan menjadi konsep. Kita juga harus mempertimbangkan apakah produk yang dibuat bisa develop.
Nah, kalau ketiga aspek tadi dipertemukan maka akan terciptanya sweet Spot. Sweet Spot adalah titik temu dari ketiga aspek yang dijelaskan diatas. Dimana produk memiliki solusi atas permasalahan, memiliki value yang tinggi, dan dapat dikembangkan sehingga produk tersebut akan menguntungkan bagi semua pihak dan mencapai goals yang sudah ditetapkan.
3. Public Speaking
Public Speaking menjadi salah satu soft skill yang saya pelajari ketika bekerja di Pegadaian. Keahlian komunikasi menjadi sangat penting karena ketika saya membuat sebuah design, saya harus mampu menjelaskan apa yang saya kerjakan. Public Speaking seringkali menjadi penentu apakah hasil yang dikerjakan di ACC atau ditolak karena meskipun hasil desain yang dibuat itu bagus tapi kalau cara penyampaiannya kurang benar maka bisa saja akan menjadi pertimbangan apakah design ini di ACC atau ditolak. Apalagi, UI/UX Designer akan sering berhubungan dengan Product Manager maupun stakeholder untuk membicarakan pengembangan produk.
4. Problem Solving
Seorang UI/UX Designer diharapkan menemukan solusi dari permasalahan user yang ada dengan cara memvisualisasi solusi tersebut menjadi sebuah design. Tentunya saya juga belajar bagaimana memecahkan masalah yang ada untuk menjawab kebutuhan dengan mempertimbangkan perspektif dari user.
Closing
Menjadi UI/UX Designer Intern di Pegadaian membuat saya memiliki berbagai macam pengalaman. Saya sangat berterima kasih kepada Pegadaian, khususnya Tim Pegadaian Design yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu disini. Mungkin segitu saja dulu yang bisa saya sharing, sebenarnya masih ada banyak pelajaran yang saya dapatkan disini, kalau kalian mau tahu lebih lanjut bisa kontak saya di LinkedIn yang udah saya cantumin yaa!!
Jangan lupa untuk follow akun instagram Pegadaian Design biar kalian bisa kenal lebih dekat dengan member yang lain. Selain itu, banyak konten menarik yang bisa dibaca, lohhh!!
