Agile Di Mana Saja

Amir Syafrudin
PemerintahTangkas
Published in
3 min readMar 2, 2021
Simulasi Penerapan Agile dengan Menggambar Rumah Pohon

Satu hal yang kerap ditanyakan oleh orang-orang yang baru mengenal Agile adalah, “Agile dapat diterapkan di mana saja?” Jawabannya adalah, “Agile dapat diterapkan di mana saja.” Perbedaan antara pertanyaan dan jawaban hanya pada tanda baca. Pada kenyataannya, Agile memang dapat diterapkan di mana saja, dalam kondisi apa saja, dan oleh siapa saja.

Salah satu contoh yang paling sederhana adalah menggambar. Menggambar sesuatu, misalnya rumah pohon, dapat dilakukan cara Agile. Orang yang ingin digambarkan rumah pohon (Pemberi Deskripsi) dapat berinteraksi dengan orang yang berkompeten menggambar (Penggambar). Gambar terkait menjadi pusat kolaborasi bagi kedua pihak. Pemberi deskripsi akan menjelaskan apa yang dia inginkan, Penggambar akan membuat gambar sesuai yang dia pahami, hasilnya diperlihatkan kepada Pemberi Deskripsi sehingga dia dapat memberikan koreksi bila dibutuhkan, lalu Penggambar akan mengubah gambar sesuai koreksi tersebut. Hal itu terus dilakukan secara berulang sampai akhirnya Penggambar berhasil membuat gambar yang benar-benar diinginkan Pemberi Deskripsi.

Setiap kata yang dicetak tebal di atas merupakan karakteristik cara kerja Agile. Bila digabungkan menjadi satu, semua kata tersebut akan membentuk Manifesto Agile (dapat diakses di agilemanifesto.org). Kita dapat mengupas lebih lanjut contoh di atas untuk membahas Prinsip-prinsip di balik Manifesto Agile, tapi pembahasan itu sebaiknya dilakukan di tempat lain.

Kembali ke penerapan Agile di mana saja. Contoh menggambar rumah pohon itu menegaskan bahwa Agile bahkan dapat diterapkan untuk hal yang sangat sederhana. Bila kita mengerjakan sesuatu yang:

  1. kita sadari bahwa ruang lingkup atau spesifikasinya mungkin berubah di masa depan,
  2. kita sadari bahwa untuk meminimalkan risiko terjadinya perbedaan antara produk yang diharapkan dengan produk yang dibuat, kita perlu berkolaborasi secara maksimal,
  3. kita sadari bahwa kompetensi memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil pekerjaan,

kita perlu menyadari bahwa Agile sangat relevan untuk diterapkan.

Apakah Agile cocok diterapkan saat menyusun jurnal? Bila target jurnal mungkin berubah, kompetensi para peneliti lebih penting daripada proses, dan kolaborasi antarpeneliti, terutama bila melibatkan tim, sangat penting, Agile sangat cocok. Apakah Agile cocok diterapkan untuk pengembangan aplikasi commercial-off-the-shelf (COTS)? Bila COTS yang dimaksud adalah aplikasi sejenis Microsoft Office, Agile tidak cocok. Akan tetapi, bila COTS yang dimaksud masih membutuhkan kustomisasi sehingga perubahan spesifikasi mungkin terjadi dan kolaborasi menjadi krusial, Agile sangat cocok.

Penulis bahkan menerapkan Agile dalam berbagai hal. Penulis menerapkan Agile untuk mengelola kegiatan sehari-hari, baik yang terkait dengan pekerjaan kantor maupun urusan pribadi. Agile juga diterapkan Penulis dalam urusan pengasuhan anak misalnya dengan membiasakan kolaborasi rutin untuk menentukan kesepakatan di dalam keluarga, pembagian tugas rumah tangga, pengelolaan proyek anak-anak, atau sekadar mempersiapkan liburan.

Semakin jelas terlihat bahwa Agile dapat diterapkan di mana saja, dalam kondisi apa saja, dan oleh siapa saja. Walaupun begitu, penerapan Agile tidaklah mudah. Membiasakan diri untuk berkolaborasi, menerima kritik atau saran, melakukan perubahan, dan kebiasaan lain yang perlu dibentuk dalam penerapan Agile itu tentu saja tidak mudah. Risiko gagalnya penerapan Agile juga ada akibat kesalahpahaman atau malapraktik Agile itu sendiri. Akan tetapi, isunya bukan pada Agile. Praktik penerapannya yang harus dilihat kembali agar Agile dapat diterapkan secara optimal.

Ingin tahu lebih banyak tentang kekacauan di balik penerapan Agile dan bagaimana cara mencegahnya? Silakan baca artikel-artikel di bawah ini:

--

--

Amir Syafrudin
PemerintahTangkas

A practitioner and researcher of Agile. Founder of Rinkas (Pemerintah Tangkas). Author of ASN Agile.