Belajar dari Kekuasaan Alexander

Bagus Poetra
Penacava
Published in
2 min readJun 25, 2018

Alexander yang agung pada masa awal kepemimpinannya merupakan seorang putra mahkota yang bervisi besar, menghunus pedang melawan Musuhnya, Kerajaan Archamenid (sekarang iran). Ia mewarisi tahta dari ayahnya, Philip yang telah memerbarui inovasi taktik phalanx dengan tombak yang lebih panjang dan latihan bertahun-tahun dalam menyiapkan kekuatan militer yang solid.

Phalanx Masedon menjadi Hoplite yang mematikan bagi phalanx standar yunani sehingga membuat Masedon tak terkalahkan bukan hanya di kandangnya, melainkan juga di gelanggang musuh. Mereka membabat kekuatan2 berserakan yunani yang ada saat itu seperti Sparta, Athena, dan wilayah yang jauh lebih lemah darinya.

Alexander berhasil memersatukan Yunani. Tidak hanya barisan Hoplite, Masedon juga memiliki para Kavaleri Companion yang membuat Masedon jauh melesat mengungguli berbagai peradaban.

Melihat berbagai peperangan Masedon dan Archamenid, Mesir tunduk tanpa tumbuk. Mereka dengan rela menyatakan kesetiaan pada Yunani. Misi Alexander semakin berhasil.

Dengan kalahnya Darius, Raja Archamenid di Gaugamela, Yunani maju tanpa perlawanan yang berarti setelahnya dan dalam beberapa tahun berhasil menumbangkan kekuatan adidaya dunia ketika itu, Archamenid Persia.

Setelah berhasil menguasai Persia, Alexander mengalihkan matanya menuju tanah baru di tenggara, India. Kali ini ia membawa pasukannya, yang telah pergi dari kampung halaman selama lebih dari lima tahun, merangsek ke daerah kerajaan di India. Namun kali ini berbeda.

Misi Alexander tidak lagi berupa misi ambisius. Pasukannya tidak lagi melihat wibawa dan kegagahan Alexander sebagaimana ia dulu membawa mereka ke arena Persia. Kini Alexander berubah. Ia menjadi tamak dan lebih suka wanita.

Itulah berbahayanya kekuasaan. Kekuasaan tidak hanya semata mengenai jabatan atau posisi. Kekuasaan bisa berupa kemampuan, kekuatan, atau bahkan kekayaan. Ia lahir dalam berbagai bentuk yang selalu luput dari pandangan mata telanjang. Alexander yang dulu merupakan seorang kaisar muda gagah, pada akhirnya ditelan oleh nafsunya dan menjadi liar tak terhentikan.

Aku hendak mengingatkan ke teman-teman sekalian. Kelak akan datang masa ketika kita sedang dalam posisi di mana kita bisa bertindak menguasai banyak hal. Alexander memberi kita pelajaran berharga tentang kekuasaan jangka panjang ini. Kita tidak boleh lalai dan harus saling bahu membahu supaya tidak termakan hasrat sendiri. Kita ini bukan sendiri-sendiri. Kita bersama-sama, sebagaiman kesatuan Phalanx yang kohesif. Maka dari itu kita harusnya bisa bergerak lebih baik.

Semoga istiqomah, semoga dikuatkan pundaknya, semoga bisa saling bkerja sama dengan baik. Adab dan junjungan teladan tinggi pada diri Muhammad saw.

Wallahu a’lam
Hatur nuhun.

Sumber Gambar: http://www.greece-is.com/macedonia-alexander-the-great/

--

--

Bagus Poetra
Penacava

Civil Engineer | Renewable Energy | Ordinary Science Guy | Writing, Philosophy, and Music |