Jangan Naif

Bagus Poetra
Penacava
Published in
2 min readJun 25, 2018

Yerusalem tidak dijadikan Ibukota baru kerajaan islam oleh Saladin. Saya menduga ia yakin bahwa Yerusalem terlalu berbahaya untuk dijadikan Ibukota. Dengan predikat sebagai “Kota Suci Tiga Agama”, Yerusalem menjadi kota yang paling diincar oleh kelompok-kelompok ekstremis. Apalagi ketika itu perang salib tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.

Ketika Yerusalem ditaklukan oleh Saladin, Pasukan Salib belum berkonsolidasi di bawah Raja Inggris, Richard The Lionheart. Dengan konsolidasi di bawah Richard, yang ketika itu tengah bergerak dari Perancis menuju tanah suci, Saladin pasti tahu bahwa Yerusalem akan menjadi santapan empuk. Karena Saladin tidak bodoh, Ia pasti tidak pernah punya pikiran untuk menjadika Yerusalem sebagai Ibukota baru. Damaskus sudah cukup aman dan strategis untuk mengurusi keperluan seluruh luasan wilayah kerajaan ketika itu.

Kita tidak bisa seenak jidat menganggap bahwa kota yang keren itu harus dijadikan ibukota ketika telah ditaklukan, sebagaimana yang dilakukan Muhammad 2 dari Turki yang telah memindahkan ibukota dari Edirne ke Konstantinopel yang berganti nama menjadi Islambul. Saladin tidak bodoh. Dia orang yang terpelajar. Dia paham bahwa Yerusalem tidak bisa dijadkan sebagai ibukota, kendati Yerusalem adalah kota yang sangat indah dan hampir bisa dikatakan sempurna ketika itu.

Satu pelajaran lainnya, jangan naif. Tidak semua hal itu jelas ini dan itunya seperti apa yang bisa dilihat. Terkadang, selalu ada beberapa hal yang terselubung dan sulit dilihat kebanyakan orang sehingga sulit dipahami. Educate yourselves, Pals. Untuk urusan besar, jangan asal bertindak. Jangan bodoh. Jangan bergerak tanpa dasar dan petunjuk yang jelas. Jangan beraksi tanpa berpikir jika hendak mengurusi urusan berat, misalkan urusan masyarakat. Setiap tindakan kita, jika berhubungan dengan masyarakat, pasti akan ditanyai, dan jika dilakukan secara serampangan, tunggulah binasanya.

Jika kita bertindak serampangan, musuh akan dengan mudah menggiring kita kepada lubang kuburan kita sendiri. Siapa musuh kita? Jelas, syetanlah musuh kita. Be cautious, be careful, but also, be brave enough to take the risk.

Jangan naif, tapi jangan lenje!

--

--

Bagus Poetra
Penacava

Civil Engineer | Renewable Energy | Ordinary Science Guy | Writing, Philosophy, and Music |