Kawakan dan Beringas

Bagus Poetra
Penacava
Published in
2 min readJun 25, 2018
Muhammad Ali

“Ruhbaanun bil-laili, firsaanun binnahaar!” Bagai rahib-rahib di malam hari, bagai kumpulan singa di siangnya!

Begitulah keterangan seorang telik sandi romawi ketika melaporkan bagaimana karakter komunitas muslim yang sedang dihadapi oleh kaisar.

Bagai rahib-rahib di malam hari. Orang islam yang sedang dihadapi bukanlah ‘new emerging forces’ yang biasa-biasa saja. Ketika kekaisaran merangsek ke london, mereka dikalahkan oleh geografi. Tapi ketika mereka mencoba memertahankan median, mereka berhadapan dengan alien! Ya, benar-benar asing.

Telik sandi mereka berkeringat melaporkan apa yang baru saja ia pelajari. Malam hari orang islam penuh sekali diisi doa dan munajat. Seakan-akan mereka benar-benar tak berdaya.

Tapi di siang hari mereka beringas! Mereka tiba-tiba keluar sarang menjadi singa-singa yang kelaparan. Benar-benar di luar taksiran.

Pasukan kekaisaran biasa menggunakan rantai-rantai untuk mengunci pasukan dalam legiun besar agar tidak ada yang melarikan diri. Itu membuat barisan mereka sangat rapat. Perisai-perisai mereka dibuat dari campuran logam dan perunggu dan bertinggi hampir setengah badan mereka. Gladius mereka sudah teruji di berbagai perang di ikaria. Tapi itu semua tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan semangat tempur musuh baru yang sedang mereka hadapi kala itu.

Begitulah karakter muslim yang kuat. Mereka adil menggunakan waktunya. Di malam hari khidmat bermunajat, di siang hari bersemangat bertekad. Setiap pola pergerakan muslim sejatinya koheren dengan ini. Tidak menempatkan sesuatu yang bukan pada waktunya. Pada dasarnya setiap saat adalah penghambaan pada Tuhan. Tetapi mereka sadar bahwa Tuhan turun ke langit malam di sepertiga akhirnya. Maka penuh sekali hati-hati itu bersimpuh di keheningan malam.

Begitu pula dengan siang. Mereka paham bahwa Allah menciptaka siang sebagai waktu untuk bekerja keras. Mereka tanpa lelah mewarnai harinya dengan berupaya memerkuat ketahanan mereka dalam rangka beribadah.

Inilah koherensi yang masih perlu kita terapkan dengan baik dalam hidup kita. Kali ini, sudah waktunya singa-singa lelap itu bangun setelah sekian lama.

Kita perlu yakin akan dua hal. Bahwa Tuhan memergilirkan kemenangan, lalu Tuhan selalu mengirim mujaddid-mujaddidnya dalam periode tertentu. Yakinlah, Kawan, keduanya akan datang sebentar lagi. Sebentar lagi!

Sehingga kita tetap tak letih memerjuangkan nama Allah di buminya. Menjadi bagai rahib di malam hari, bagai singa di siangnya.

--

--

Bagus Poetra
Penacava

Civil Engineer | Renewable Energy | Ordinary Science Guy | Writing, Philosophy, and Music |