Mengapa Negara Arab Terkesan Diam?

Bagus Poetra
Penacava
Published in
3 min readFeb 18, 2024

ditulis pada tanggal 9 November 2023, terkait dengan serangan penjajah Israel ke Gaza-Palestina.

Salah satu pendapat Scott Ritter, analis militer AS, mengatakan bahwa ini terkait dengan fokus dan distraksi. Dunia internasional sedang mengikuti perkembangan perang ini baik-baik. Semua mata tertuju dan semua pena mencatat. Pemainnya jelas, pasukan Palestina dan israel. Pasukan Palestina ingin kemerdekaan sementara israel ingin penghancuran total. Inilah fokus. Fokus ini terutama juga terkait dengan perhatian dunia.

Fokus tersebut tidak boleh lepas hingga perang ini selesai. Jika negara lain ikut campur, muncullah distraksi. Peperangannya akan kehilangan fokus.

Sebagai contoh, Libanon sekarang hanya terlibat konflik skala kecil antara Hizbullah dan pasukan israel. Jika mereka memutuskan untuk terlibat secara resmi ke perang total dengan israel, maka Iran sebagai sekutu Libanon akan terseret pada perang itu. Pada kondisi ini, Fokus peperangan akan bergeser menjadi perang regional memperebutkan wilayah, bukan lagi tentang kemerdekaan rakyat Palestina. Jika spekulasi ini diuji pada negara arab lain seperti mesir, saudi, iraq, dan sebagainya, maka kesimpulannya tetap sama. Bergabungnya pihak lain akan memunculkan distraksi dan mengurangi fokus.

Terkait dengan itu, Hasan Nasrallah sebagai sekjen Hizbullah pada pidatonya sempat meminta rakyat Palestina bersabar. Mereka memang harus bersabar menghadapi gempuran israel karena jika negara arab terlibat secara militer, justru dunia internasional akan terdistraksi dari fokus utama peperangan ini, yaitu kemerdekaan Palestina.

Untuk diketahui juga, pasukan Palestina sebenarnya dalam kondisi unggul.

Buktinya banyak:

Pertama, israel sampai meminta bantuan pada AS, Inggris, dan Perancis secara militer.

Kedua, mereka menunda invasi darat selama 2 minggu dari pertama diumumkan, padahal mereka terlihat geram dan sangat tidak sabar untuk “meratakan” Palestina.

Ketiga, kalau kita jeli mengikuti perkembangan, pasukan israel ternyata hanya mampu maju sejengkal-sejengkal saja selama invasi berlangsung. Mereka kerap dihabisi oleh pasukan Palestina dari berbagai sisi di dalam Palestina. Sebagian dari mereka bahkan ada yang mengatakan “kami seperti melawan hantu”.

Serta masih banyak bukti lain yang tidak diangkat media arus utama mengenai keunggulan pasukan Palestina melawan israel.

Masih menurut Scott, pasukan Palestina harus terus menggempur dan rakyatnya harus mau bertahan sampai israel menyetujui gencatan senjata. Selama gencatan senjata inilah mereka bisa meminta tawaran untuk solusi dua negara sehingga negara Palestina berdaulat dapat terwujud.
Kesimpulannya, negara arab mungkin terkesan membiarkan Palestina bertarung sendirian. Entah benar atau tidak, yang jelas ini merupakan momen yang penting untuk Palestina karena inilah pertama kalinya separuh lebih dunia internasional fokus mendukung upaya kemerdekaan Palestina. Jadi, biarpun negara arab benar-benar mendiamkan, kita tidak perlu terlalu khawatir.

Yang bisa kita lakukan adalah mengirimkan doa agar rakyat Palestina diberi kekuatan, terus berdonasi semampu kita untuk revitalisasi infrastuktur pasca perang, dan jangan berhenti fokus menyuarakan dan menekan pemerintahan israel untuk menyetujui gencatan senjata. Kita juga harus berdoa agar di meja perundingan rakyat Palestina mampu mewujudkan kemerdekaannya, from the river to the sea..

Tabik

Catatan:

  • Scott Ritter adalah mantan marinir AS yang sekarang menjadi penulis, analis militer, dan analis hubungan luar negeri AS.
  • Diamnya negara arab secara militer tidak berarti diamnya negara arab di bidang lain. Perlu diketahui bahwa sumbangan-sumbangan negara arab untuk rakyat filistin tidak bisa dibilang sedikit.

--

--

Bagus Poetra
Penacava

Civil Engineer | Renewable Energy | Ordinary Science Guy | Writing, Philosophy, and Music |