Politik Primitif vs Politik Beradab

Bagus Poetra
Penacava
Published in
4 min readMar 2, 2024

Sepak bola adalah olahraga yang sangat digemari di hampir seluruh negara di dunia. Di Indonesia sendiri terdapat ratusan klub sepak bola yang masing-masing ingin jadi juara. Para pendukung klub ini datang dari berbagai latar, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sebagian juga banyak yang mendukung klub mati-matian seakan-akan klub sepak bola adalah bagian dari jati dirinya. Hal ini dapat dilihat di dalam maupun di luar stadion. Pendukung yang totalitas memiliki banyak sekali atribut yang mencirikan bahwa ia merupakan penggemar berat klub bola tertentu.

Di banyak kasus, dukungan mati-matian ini bisa berujung pada kebencian kepada klub bola yang lain. Kebencian ini bahkan termanifestasi ke dalam aksi-aksi kekerasan dan vandalisme hingga malah berujung korban jiwa. Kita sering mendengar berita tawuran antarpendukung klub sepak bola tertentu. Kalau di tempat saya, biasanya antarpendukung Persib Bandung dengan pendukung Persija Jakarta. Di satu sisi, semangat untuk terlibat dalam kontestasi olahraga bukan hal yang secara inheren buruk. Akan tetapi semangat ini seringkali terjebak dalam suatu nafsu primitivisme sehingga memungkinkan hal-hal anarkis tadi terjadi.

Primitivisme dalam dukungan terhadap klub bola menghasilkan penggemar yang mati-matian mendukung klub sepak bola tanpa pernah berpikir sedikitpun mengenai hubungan timbal balik apa yang diberikan klub terhadapnya. Penggemar ini mengkorelasikan diri terhadap klubnya seakan-akan hidupnya bergantung kepada klub. Jika klub menang ia bahagia, jika klub kalah ia sedih, kesal, bahkan benci terhadap yang mengalahkan. Apa saja yang terjadi pada klub dikorelasikan secara langsung seakan-akan terjadi pada dirinya. Bentuk dukungan seperti ini disebut dukungan primitif karena pelakunya sudah terlepas dari pengaruh akal sehat dan terjebak pada hubungan emosional yang tak karuan terhadap kondisi eksternal lain yang pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan si pelaku, dalam hal ini adalah klub sepak bola dukungannya.

Nafsu dukungan primitif ini juga terjadi hingga ke tataran politik praktis, terutama yang kita rasakan di Indonesia sekarang. Pemilihan presiden tahun 2024 ini banyak menunjukkan kepada kita bagaimana dukungan pada paslon tertentu melahirkan sebuah primitivisme yang tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada dukungan sepak bola. Pendukung paslon mengkorelasikan dirinya terhadap paslonnya seakan-akan jika ia terpilih kemudian si pendukung akan merasakan kebahagiaan besar. Jika paslonnya kalah seakan-akan ia harus merasakan kesedihan mendalam.

Hal ini sebenarnya sudah kita lihat semenjak pemilhan 2014 lalu ketika polarisasi besar terlihat dalam kontestasi pemilu. Polarisasi dan primitivisme kemudian tumbuh subur menutupi atmosfir alam politik bangsa sehingga alih-alih menyadarkan masyarakat menerima teladan-teladan politik dalam mewujudkan keberadaban, politik hanya dipandang sebagai permainan sepak bola yang penuh dengan tawuran dan kekacauan. Kondisi ini diperparah dengan penerapan politik machiavelianistik oleh para politikus yang pragmatis sehingga membuat keteladanan politik hilang dari mata khalayak umum.

Tentunya politik bukanlah permainan sepak bola. Menurut Prof Yudi Latif, dasar dari politik adalah “budaya kewargaan (budaya kota)”. Budaya yang mencirikan cinta masyarakat kepada kotanya atau negaranya. Dari kecintaan ini kemudian muncullah gerakan untuk ikut andil dan terlibat dalam pembangunan kota atau negaranya. Sebagaimana suatu peradaban berakar dari kebudayaan, maka politik juga merupakan manifestasi dari kebudayaan masyarakat yang berhasrat positif untuk turut andil membangun bersama-sama tempat mereka hidup. Semangat ini membuat iklim politik sejuk dan dihiasi oleh bunga-bunga keteladanan baik dari para tokoh pemimpin maupun dari masyarakat. Inilah Politik Beradab.

Politik beradab adalah politik yang berjiwa besar, fokus pada kebermanfaatan, dan atmosfir gotong-royong yang sarat akan nilai dan etika. Jiwa besar dalam politik menunjukkan teladan, toleransi, dan semangat untuk menanamkan nilai-nilai adiluhung dalam penerapan setiap aktifitas-aktifitas politik. Keberadaban juga dicirikan dengan fokus pada kebermanfaatan yang ditujukan kepada masayarakat luas. Selain itu, politik beradab juga mendorong kerukunan masyarakat yang saling gotong-royong. Politik beradab bukanlah politik yang saling menjatuhkan satu sama lain dan machiavelianistik. Politik beradab adalah antitesis dari politik primitif.

Penerapan politik beradab ini harus datang dari seluruh pihak. Masyarakat turut andil dalam berperan menjunjung politik beradab. Namun, peran yang lebih signifikan harus dimunculkan oleh para tokoh politikus bangsa terutama para pemimpin di tingkat tertinggi. Penarapan politik beradab ini akan menjadi sinyal perbaikan bangsa sehingga Indonesia dapat menjadi negara dewasa yang menjunjung nilai-nilai luhur.

Pilpres merupakan proses transisi kekuasaan eksekutif yang menghidupkan partisipasi masyarakat untuk ikut andil dalam memberikan suara bagi pemerintahan. Dalam politik beradab, para pemimpin menjunjung tinggi ketaladanan, etika, dan semangat memberi manfaat dari kekuasaannya semantara masyarakat menjunjung tinggi nilai welas asih dan guyub yang tidak membabi-buta mendukung maupun menghajar pendukung lain yang berbeda dengannya. Di samping itu, proses partisipasi ini tidak terbatas hanya saat pilpres. Penerapan politik beradab mendorong para tokoh dan masyarakat untuk bersama-sama membangun bangsa dan menyebarkan kebermanfaatan yang sarat akan nilai dan etika. Masyarakat aktif dalam mengkritisi kebijakan para pemimpin sedangkan tokoh juga aktif dalam menerima masukan dan saran dari masayarakat.

Politik memang sangat terkait dengan kehidupan kita semua. Pada masyarakat yang Highly-Institutionalized seperti kita sekarang, apa-apa yang terjadi dalam tataran politik praktis sedikit banyak pasti berpengaruh kepada hidup setiap anggota negara. Namun, keberpengaruhan ini bukanlah suatu alasan mengapa kita harus memperlakukan politik sebagaimana sepak bola, yang didukung mati-matian dan dibela habis-habisan. Kita perlu bersama-sama menjunjung tinggi politik yang beradab untuk bisa terus tumbuh menjadi bangsa yang dewasa.

Tabik

2 Maret 2024

--

--

Penacava
Penacava

Published in Penacava

Membangun jiwa di tengah keringnya zaman modern membutuhkan usaha yang luar biasa. Barangkali dengan seizin Allah kebaikan akan tersebar dan jiwa-jiwa dapat tumbuh bersama dengan halaman ini.

Bagus Poetra
Bagus Poetra

Written by Bagus Poetra

Civil Engineer | Renewable Energy | Ordinary Science Guy | Writing, Philosophy, and Music |