Ungkapan Syukur
Banyak orang bilang kalau memang jodoh, jalannya akan mudah. Banyak cerita juga tentang bagaimana sebagian pasangan hanya bertemu dalam waktu sebentar, kemudian melalui proses yang singkat menuju pelaminan. Sayangnya, itu bukan cerita kami. Cerita kami lebih panjang dari sekadar kenal-lamaran-sah. Saya cuma ingin mengenang perjalanan penuh makna ini dalam sebuah catatan kecil di sini.
8-16 Juni 2019
Di acara Spectra 4 tahun 2019, kami sempat bertemu sebagai peserta dan panitia. Karena harus mengurus acara yang sangat padat, saya sebenarnya tidak pernah benar-benar menyadari bertemunya saat itu. Mungkin begitu pula dia.
.
.
5 Agustus 2019
Memang takdir, karena Bang Aad (Adriano Rusfi) tidak bisa hadir di pertemuan terakhir di Spectra, beliau meminta dibuatkan agenda khusus setelah kegiatan selesai. Satu hari sebelum agenda kuliah ini, Asti mengirim pesan bahwa hendak hadir bersama temannya. Itulah pertama kali saya menerima pesan darinya, dan pertama kali pula saya melihatnya di Salman sambil menyadari keberadaannya.
Memang takdir pula, Asti ternyata ditunjuk sebagai penanggung jawab proyek angkatannya, sehingga harus melaporkan kemajuan melalui saya. Dari sana lah kami jadi sering berkomunikasi.
28 November 2019
Saya memang punya keinginan bermotor sendiri ke Semarang dan Jogja sejak dulu. Saya pernah bermotor ke Jogja sendirian pada tahun 2018. Di tahun 2019, karena saya tahu bisa menemui Asti di sana, saya coba untuk berangkat.
Perjalanan ini sebenarnya berlangsung beberapa hari dari Semarang hingga Jogja. Dalam rangka pencarian jati diri, saya juga berangkat menemui salah seorang mentor saya di Jogja. Meminta nasihat darinya mengenai jalan yang harus diambil ke depan.
Tanpa saya sangka, itulah terakhir kali kami bertemu sebelum kami sama-sama terbatas oleh pandemi covid. Satu tahun penuh selama 2020 saya tidak menemuinya sama sekali. Karena khawatir tidak ada kesempatan untuk menyampaikan maksud saya, maka pada bulan Maret 2020 saya telepon dia dan beri tahu tujuan saya. Barulah di bulan Desember 2020 saya bisa serius menelpon keluarganya.
16 Januari 2021
Saya beranikan untuk segera menemui keluarganya di Cilacap. Perjalanan malam dari Bandung membuat saya harus menginap di pool travel saat sampai kota Cilacap Selatan karena belum tau hendak menginap di mana.
Begitulah berlalu beberapa bulan dengan beberapa kali pertemuan saya dengan keluarganya. Pada bulan April 2021, saya ajak keluarga untuk bersilaturahim dan menyampaikan niat serius saya. Pada bulan Mei, keluarga Asti pun berangkat ke rumah saya di Bandung untuk saling bertemu.
27 Juni 2021
Panjang perjalanan yang telah dilalui, tapi alhamdulillah semua bisa sampai ke tahap yang lebih serius. Pada bulan Juni 2021, kami melangsungkan acara pertunangan kami di rumah keluarga Asti.
Meskipun sudah bertunangan, kami masih harus menunggu 6 bulan hingga bisa melangkah ke pelaminan. Waktu yang cukup lama itu membuat banyak ujian muncul, sama seperti yang dilalui oleh berbagai pasangan di luar sana ketika telah melakukan lamaran.
Namun, alhamdulillah bahwa semua ujian itu bisa kami lewati dengan baik. Hingga pada akhirnya kami sampai pada tanggal yang telah dinantikan.
18 Desember 2021
Tepat 2 Tahun 5 Bulan dan 2 Hari sejak kami saling bertemu, segala puja bagi Allah yang telah menakdirkan kami untuk bersatu mulai sekarang.
Dengan segala yang dilalui selama 2 tahun ini, saya melihat lagi pada anggapan bahwa “jika jodoh maka akan mudah jalannya”. Apakah saya tetap melihat tantangan 2 tahun itu sebagai hal “mudah”? Padahal banyak hal dan masalah yang harus diselesaikan dalam menata perjalanan menuju pernikahan.
Saya merenung dan berpikir, semua ini bukan tentang mudah atau lancar. Semua ini justru tentang cara belajar. Mungkin Allah perjalankan kami di tantangan ini sebagai persiapan bagi kami untuk menjalankan tantangan yang lebih besar lagi setelah kami bersama. Bersiap-siap mengarungi lautan ombak yang akan kami hadapi setelahnya.
Maka kemudian saya melihat ulang anggapan di atas. Mudah atau susah, semua pemberian dari Allah. Keduanya bisa berarti baik atau buruk, bergantung kepada cara kita menyikapinya, dan apakah itu mendekatkan kita kepada-Nya atau tidak. Tantangan ini membuat saya insaf, bersyukur kepada Allah karena diperkenankan mengalami ini semua. Allah yang telah memberi saya kesabaran dan rasa tenang ketika mengambil langkah ini, maka saya terus lalui, meski harus menanti selama 2 tahun.
Untuk istriku, terima kasih sudah mau menerimaku. Sudah mau menjadi pendamping hidupku. Kamu dengar sendiri bahwa aku tidak berhak menjanjikan apapun. Namun, semoga kamu bisa menjadi yang terbaik untukku, dan aku, yang terbaik untukmu.
Terima kasih, Ayu.