Agility in Teaching

Halley Kuncoro, S.T., M.Pd.
Pengajar Belajar
Published in
4 min readJan 19, 2023

Kamu pernah dengar kata “agility”? Tentu saja pernah, kalau saya sendiri pernah dengar dan baca kata ini ketika saya bermain game di konsol playstation, salah satu game sepakbola. Saya bingung waktu itu ada pemain yang nilai agility-nya tinggi. Lalu apa sih agility itu?

Agility berasal dari kata agile, yang artinya lincah, gesit, tangkas, cerdas. Saya bisa analogikan dengan binatang kancil atau rusa, binatang ini mempunyai skill agility yang tinggi dibandingkan kura-kura. Jadi kalau pemain bola itu seperti Lionell Messi, susah banget ditekel atau dijatuhkan lawan karena gesit dan lincah, hal ini berbeda dengan kecepatan, kecepatan seorang pemain bola dinilai dari larinya cepat atau tidak.

Jadi Agility adalah kemampuan untuk mengubah arah atau haluan dengan cepat dan efisien. seperti saya katakan sebelumnya, agility sering digunakan dalam konteks olahraga atau kebugaran fisik untuk menggambarkan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan cepat dan mudah. Agility juga sering digunakan dalam konteks manajemen bisnis atau proyek, ketangkasan mengacu pada kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan merespons perubahan di pasar atau lingkungan. Di bidang informatika dan teknologi juga biasa digunakan dalam pengembangan perangkat lunak dan manajemen proyek, yang dirancang untuk mempromosikan ketangkasan, kecerdasan sebuah aplikasi dengan mendorong fleksibilitas, kolaborasi, dan kemampuan untuk menanggapi perubahan.

Singkatnya, Agile adalah metodologi dan Agility adalah konsep yang ingin dicapai oleh Agile.

Lalu kenapa agility ini diperlukan oleh seorang pengajar? bagaimana meningkatkannya?

Mengapa Seorang Guru Perlu Keterampilan Agility?

Keterampilan atau skill Agility dalam mengajar ini penting, karena memungkinkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dalam proses pembelajaran. Ini membantu untuk memastikan bahwa kurikulum dan metode pengajaran, responsif terhadap perubahan kebutuhan siswa, dan akhirnya bisa membuat sistem pendidikan mengikuti standar dan tren industri terkini. Adapun alasan-alasannya sebagai berikut:

  1. Dengan keterampilan Agility memungkinkan penggabungan teknologi dan metode pengajaran yang baru dan muncul, yang dapat meningkatkan efektivitas proses pendidikan.
  2. Agility memungkinkan guru untuk lebih responsif terhadap kebutuhan individu siswa, dengan memberikan kesempatan untuk pembelajaran yang dipersonalisasi dan pembelajaran mandiri.
  3. Agility memungkinkan penggabungan proyek dunia nyata dan studi kasus, yang dapat membuat proses pendidikan lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
  4. Agility juga dapat membuat guru untuk terus menilai dan mengevaluasi kemajuan siswa dan membuat penyesuaian kurikulum yang sesuai.
  5. Agility mempromosikan kolaborasi dan kerja tim antara guru, siswa, dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pendidikan.
  6. Keterampilan agility dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan menarik yang dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa.
  7. Agility juga membantu mempersiapkan siswa untuk dunia nyata dengan memberi mereka keterampilan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam angkatan kerja yang terus berubah.

Bagaimana Menerapkan Keterampilan Agility di Kelas?

Ada beberapa cara untuk menerapkan keterampilan agility ini, yaitu:

  1. Gunakan metodologi tangkas seperti Scrum, Kanban, atau Lean untuk mengelola dan mengatur proses pengajaran. Metodologi ini memberikan kerangka kerja untuk komunikasi dan kolaborasi yang jelas antara guru, siswa, dan pemangku kepentingan lainnya.
  2. Dorong partisipasi aktif dan umpan balik dari siswa untuk memastikan kebutuhan belajar mereka terpenuhi. Ini dapat dilakukan melalui check-in reguler dan laporan kemajuan, serta melalui penggunaan alat yang gesit seperti cerita pengguna dan kriteria penerimaan.
  3. Gunakan alat dan teknologi , seperti Trello, Asana, atau Jira, untuk mengelola tugas dan melacak kemajuan. Tools ini dapat membantu menjaga semua orang tetap pada jalurnya dan memastikan bahwa kurikulum disampaikan sesuai rencana.
  4. Tinjau dan sesuaikan kurikulum secara berkala untuk memastikannya selaras dengan standar industri terbaru dan hasil pembelajaran siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui retrospektif reguler, di mana guru dan siswa dapat merefleksikan apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang dapat diperbaiki.
  5. Berikan kesempatan bagi siswa untuk mengerjakan proyek dunia nyata dan studi kasus untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam lingkungan praktis. Ini dapat mencakup mengerjakan proyek dengan klien nyata, atau berpartisipasi dalam hackathon dan kompetisi lainnya.
  6. Terus menilai dan mengevaluasi kemajuan siswa untuk mengidentifikasi area untuk perbaikan dan membuat penyesuaian kurikulum yang sesuai. Ini dapat dilakukan melalui pengujian dan penilaian reguler, serta melalui penggunaan metrik gesit seperti kecepatan dan waktu siklus.
  7. Menyediakan guru dengan pelatihan berkelanjutan dan peluang pengembangan profesional untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka tentang metodologi agile. Ini dapat mencakup menghadiri lokakarya, membaca buku tentang pengajaran agile, atau berpartisipasi dalam komunitas praktik online.

Ciri-ciri Kelas yang Agile

Nah! dari bacaan di atas mungkin Kamu masih bingung kelas saya sudah agile atau belum ya? jika Kamu mengajar di kelas dan melihat kelasmu seperti hal-hal berikut ini, berarti Kamu sudah memiliki keterampilan agility dan murid Kamu juga sudah memiliki keterampilan ini juga, dan artinya kelas Kamu sudah AGILE! Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

  1. Kamu dan muridmu sering berkomunikasi, dan juga dapat bekerjasama dengan baik.
  2. Murid-murid kamu di dalam kelas termotivasi dan merasa selalu terlibat dalam pengajaran, mereka juga selalu memastikan kebutuhan belajar mereka terpenuhi, dengan kata lain siswa selalu haus!
  3. Menggunakan tools seperti Trello, Asana, Jira atau lainnya dan metode agile untuk mengatur proses aktivitas pembelajaran.
  4. Kurikulum selalu ditinjau dan disesuaikan secara berkala untuk memastikannya selaras dengan standar industri terbaru dan hasil pembelajaran siswa, dengan arti lain kurikulum yang digunakan memang sesuai dengan kebutuhan dunia industri terkini.
  5. Menerapkan project-based learning, siswa dapat membuat proyek-proyek dan studi kasus dunia nyata.
  6. Melakukan Asesmen dan evaluasi berkelanjutan atas kemajuan siswa dilakukan, untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
  7. Menerapkan metode Student-centered Learning dalam aktivitas pembelajaran, di mana siswa diberi lebih banyak otonomi dan didorong untuk mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka sendiri.
  8. Lingkungan belajar di kelas lebih dinamis, kreativitas dan inovasi di kalangan siswa bertumbuh.

Suasana belajar di kelas tidak bosan dan murid-murid kita pasti selalu rindu serta semangat bersekolah dan terus belajar, saya yakin pasti teman-teman pengajar ingin punya kelas seperti ini kan? Mari kita tingkatkan keterampilan agility! Belajar lagi, Belajar terus!

--

--

Halley Kuncoro, S.T., M.Pd.
Pengajar Belajar

I am an educator and love to share about my knowledge to everyone. Semoga bermanfaat!