Bloom’s Taxonomy: Tingkatan dalam Berpikir

Lara Febri Dwi Putri
Pengajar Belajar
Published in
4 min readDec 30, 2022

--

Bicara soal pendidikan, bicara soal guru dan peserta didik. Setiap peserta didik adalah individu yang memiliki keahlian dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perlu cara pengajaran yang berbeda-beda pula dalam penyampaian informasi kepada setiap peserta didik. Maka perlu adanya sebuah konsep yang menyusun sebuah penilaian yang dapat berlaku adil untuk semua peserta didik.

Bloom’s Taxonomy, sebuah pengklasifikasian cara berfikir berjenjang karya Benjamin Bloom dan dia mengklasifikasikan tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja. Benjamin Bloom merupakan seorang psikiater Amerika yang memberikan beberapa kontribusi dalam pengembangan pendidikan dan proses pembelajaran sehingga melahirkan sebuah temuan baru dalam dunia pendidikan yaitu tingkatan dalam berpikir yang dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy.

Bloom’s Taxonomy berasal dari dua suku kata yaitu Bloom dan Taxonomy. Bloom’s diambil dari nama sang penemunya yaitu Benjamin Bloom dan Taxonomy berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Sehingga Bloom’s Taxonomy berarti hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan karya Benjamin Bloom.

Benjamin Bloom, membuat Bloom’s Taxonomy pada tahun 1956 ketika dia menjabat sebagai ketua komite pendidikan. Benjamin Bloom mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan nama Bloom’s Taxonomy:

  1. Pengetahuan, kemampuan peserta didik dalam mengingat informasi.
  2. Pemahaman, kemampuan peserta didik dalam memahami informasi.
  3. Aplikasi, kemampuan peserta didik dalam menggunakan informasi dengan cara baru.
  4. Analisis, kemampuan peserta didik dalam memecahkan informasi menjadi bagian-bagian penting.
  5. Sintesis, kemampuan peserta didik dalam menciptakan sesuatu yang baru dari berbagai elemen informasi.
  6. Evaluasi, kemampuan peserta didik dalam menilai dan mengkritik informasi.

Sejarah Perkembangan Bloom’s Taxonomy

Bloom’s Taxonomy Update

Pada tahun 2000, Bloom’s Taxonomy direvisi oleh murid Benjamin Bloom yaitu Lorin Anderson dan rekan penelitian Benjamin Bloom tentang kognisi yang bernama David Krathwohl. Anderson dan Krathwohl melakukan revisi dengan harapan untuk pembaharuan bagi guru dan peserta didik abad ke-21.

Ada tiga poin yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl dari Bloom’s Taxonomy yang dibuat oleh Benjamin Bloom, yaitu:

  1. Perubahan nama tingkatan dari kata benda menjadi kata kerja

Anderson dan Krathwohl mengatakan bahwa materi pelajaran (kata benda) dan proses kognitif (kata kerja) harus menjadi dimensi yang terpisah. Hal itu yang menjadi alasan mereka mengganti kata benda Bloom dengan kata kerja untuk mencerminkan sifat berfikir pada setiap kategori.

2. Peralihan dua tahap terakhir Bloom’s Taxonomy sehingga evaluating (evaluasi) menjadi sebelum creating (sintesis)

Anderson dan Krathwohl percaya bahwa kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi datang sebelum kemampuan sintesis /menciptakan dan karena itu mereka mengubah dia tingkatan terakhir ini dalam Bloom’s Taxonomy.

3. Tingkatan pengetahuan (mengingat) diperbaharui untuk mencerminkan empat dimensi pengetahuan, bukan tiga

Pada Bloom’s Taxonomy karya Benjamin Bloom, tingkatan pengetahuan atau mengingat hanya mencakup tiga dimensi pengetahuan yaitu faktual (elemen dasar pengetahuan), konseptual (keterkaitan antara elemen dasar pengetahuan), prosedural (bagian “bagaimana” dari pengetahuan). Kemudian dengan pembaharuan dari Anderson dan Krathwohl, mereka menambahkan dimensi keempat dari pengetahuan yaitu metakognitif (pengetahuan tentang kognisi dan kesadaran akan kognisi diri sendiri).

Bloom’s Taxonomy: Ranah Kognitif

Terdapat tiga pengklasifikasian tujuan pembelajaran pada Bloom’s Taxonomy, pertama ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Namun, pada artikel ini akan fokus membahas mengenai ranah yang pertama yaitu ranah kognitif.

Bloom’s Taxonomy memiliki enam tingkatan ranah kognitif, yaitu:

  1. Remembering (mengingat)

Remembering merupakan tingkat berpikir paling rendah dan mudah diaplikasikan pada proses pembelajaran. Contohnya Guru memaparkan sebuah pengetahuan baru kepada peserta didik, lalu peserta didik diharapkan dapat mengingat konsep baru.

2. Understanding (memahami)

Pada tingkatan ini peserta didik diharapkan mampu memahami sebuah konsep, seperti dapat menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan dari sebuah konsep.

3. Applying (mengaplikasikan)

Pada tingkatan ini peserta didik sudah mampu melakukan atau menggunakan sebuah prosedur untuk menerapkan sebuah konsep dalam kehidupan. Contohnya Peserta didik menggunakan kemampuan yang mereka peroleh dalam situasi baru.

4. Analysis (menganalisis)

Tingkatan ini peserta didik mulai mengembangkan pemahaman yang kuat tentang materi pelajaran, mampu memecah bahan menjadi bagian-bagian penyusun, menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan dan dengan keseluruhan struktur.

5. Evaluating (mengevaluasi)

Tingkatan selanjutnya yaitu evaluating, dimana pada tingkatan ini peserta didik mampu membuat penilaian atau pun kritik berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Contohnya Peserta didik harus mempresentasikan tentang sudut pandang mereka terhadap materi yang dipelajari.

6. Creating (menciptakan)

Tingkatan creating ini merupakan tingkatan tertinggi dalam ranah kognitif. Dimana peserta didik diharapkan mampu menghasilkan, merencanakan, atau memproduksi sesuatu yang baru. Contohnya: Peserta didik memiliki kemampuan dalam membangun pengetahuan baru berdasarkan apa yang mereka pelajari.

Bloom’s Taxonomy digunakan untuk menentukan tingkatan ranah kognitif dalam menentukan materi, pemetaan konsep dalam konten pembelajaran dalam proses pembelajaran. Selain itu Bloom’s Taxonomy juga dapat digunakan sebagai standar atas pencapaian dari hasil pembelajaran.

Bagaimana penerapan Bloom’s Taxonomy dalam proses pembelajaran?

Dalam pembelajaran, Bloom’s Taxonomy tidak selalu harus dimulai dari tingkatan yang terendah (satu) ke tingkatan tertinggi (enam). Namun dapat diterapkan dengan memilih beberapa kata kerja pada tingkatan tertentu dalam Bloom’s Taxonomy.

Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Bloom’s Taxonomy?

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengaplikasian Bloom’s Taxonomy pada proses pembelajaran, yaitu:

  1. Sebelum memulai pembelajaran, guru harus menentukan tujuan pembelajaran terlebih dahulu.
  2. Selanjutnya, guru perlu memahami karakteristik peserta didik yang akan menerima materi pembelajaran dan diajarkannya dalam proses pembelajaran.
  3. Berikutnya, guru harus menentukan kompetensi apa yang ingin dicapai dengan memperhatikan kemampuan kognitif dari peserta didik.
  4. Terakhir, guru harus menentukan kata kerja dari Bloom’s Taxonomy yang akan digunakan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai serta karakteristik dari materi yang disajikan.

Itulah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Bloom’s Taxonomy dalam proses pembelajaran.

Sejak penemunya, Bloom’s Taxonomy banyak membantu mempermudah pembelajaran dan dunia pendidikan. Apakah kamu sudah menggunakan Bloom’s Taxonomy dalam proses pembelajaran?*

--

--