Geger 1965 di Balik Pengkhiatan Romansa Kretek

Suhai(ri) Ahmad
Penulis Muda
Published in
5 min readJul 2, 2024
foto pribadi

Dimulai saat tiga bersaudara pemilik perusahaan kretek, Djagad-Raja penasaran dengan perempuan bernama Jeng Yah yang disebut ayahnya saat terbaring ngigo. Sang ayah sudah lama sakit-sakitan dan hanya menunggu waktu untuk dijemput kematian.

Nama Jeng Yah membawa mereka pada sebuah rahasia besar keluarga yang tak pernah diceritakan oleh ayah atau bahkan kakek mereka, Soedjagad.

Di masa lalu menjelang kedatangan Jepang, Soedjagad adalah anak seorang pembuat sepatu pegawai kolonial di kota M yang jatuh cinta dengan Roemaisa, anak gadis Jurus Tulis. Namun, cintanya bertepuk sebelah tangan dan Juru Tulis menolak mentah-mentah lamarannya karena tak bisa baca-tulis.

Di waktu yang sama, teman main Soedjagad, Idroes Moeria punya perasaan serupa kepada Roemaisa dan perasaan tersebut bersambut saat perempuan pujaan hatinya menganjurkan untuk belajar baca-tulis. Idroes pun belajar kepada Pak Trisno setelah membeli klobot yang cukup banyak.

Pak Trisno menganggap hal tersebut sebagai balas budinya karena telah menyelamatkan ekonomi keluarganya. Rencana Idroes tak pernah ia ceritakan kepada siapa pun sampai klobot Djojobojo diedarkan di pasar.

Persaingan diam-diam antara Idroes dan Soejagat mulai benar-benar terbuka saat Idroes diterima menjadi suami Roemaisa. Sejak saat itulah, Soedjagat terus mengintai apa pun yang dikeluarkan oleh Idroes.

Hingga suatu ketika, banyak penduduk kota M dipaksa ikut ke Soerabaia oleh tentara Jepang. Setahun lebih Idroes pergi tanpa kejelasan. Hal ini pun dijadikan kesempatan oleh Soedjagat untuk mendekati Roemaisa. Namun, lelaki tersebut tak berhasil meluluhkan pujaannya.

Setelah gagal hingga kemudian membuat desas-desus, Idroes tiba-tiba datang kembali ke kota M. Ia menceritakan banyak hal saat di penjara Soerabaia, termasuk kebiasaan orang merokok kretek.

Sejak saat itulah, Idroes membuat Kretek Merdeka! yang identik dengan warna merah sebagai simbol keberanian melawan penjajah. Soedjagat pun tak mau kalah. Ia membuat Kretek Proklamasi untuk membuktikan keberadaannya.

Dua sekawan itu bersaing dalam diam, tetapi sengit saat produk mereka dijajakan di kota M. Idroes bikin A, Soedjagat bikin B. Terus saja begitu.

Saat persaingan makin tak sehat karena Idroes terus bikin kretek asal-asalan, Dasiyah, putrinya mengambil kemudi perusahaan dan membuat kretek yang benar-benar baru dan tak ada duanya. Dasiyah punya tangan ajaib yang bisa membuat kretek dengan citarasa luar biasa.

Setelah menimbang dan berhasil mencari pemodal, lahirlah Kretek Gadis yang identik dengan Dasiyah. Inilah produk unggulan Idroes Moeria setelah Kretek Merdeka!

Kretek Gadis semakin laris dan semakin digemari oleh penduduk Kota M. Dasiyah pun rela membuka stan rokok di pasar malam yang digelar di kota M. Hingga suatu waktu, Dasiyah bertemu dengan Soeraja, seorang gelandang yang bertualang ke mana-mana dan ia jatuh hati padanya.

Soeraja pun bekerja gesit dan berhasil mencapai laba yang lebih dari cukup. Ia pun resmi menjadi kekasih Dasiyah. Walaupun punya posisi strategis, Soeraja tak puas dengan hasil kerjanya karena dianggap modal kutu loncat. Soeraja pun berniat membuat pabrik kreteknya sendiri.

Awalnya hal ini ditentang oleh Dasiyah karena apa lagi yang mau dicari oleh laki-laki pujaan hatinya tersebut. Ia tak mau jauh-jauh dari Soeraja dan ingin mengembangkan Kretek Gadis lebih besar lagi.

Sembari mencari pemodal, Soeraja membantu Dasiyah meracik olahan kretek di ruang kerja khususnya. Saat Soeraja pergi ke tukang cetak di tempat Pak Mloyo, ia melihat cetakan atribut partai PKI kota M. Kata Pak Mloyo, partai ini punya banyak uang untuk mencetak skala besar.

Karena informasi tersebut, Soeraja pun berniat mengajukan ‘proposal’ kepada PKI agar bersedia menjadi pemodal pabrik kreteknya. Ia pun sering ikut Pak Mloyo untuk bertemu petinggi partai. Singkat cerita, PKI bersedia memberi modal Soerja dan Kretek Tjap Arit Merah siap dibuat.

Kretek Tjap Arit Merah melejit dan Soeraja siap mempersunting kekasihnya, Dasiyah. Setelah mengobrol dengan Idroes Moeria dan Roemaisa, mereka pun setuju Oktober 1965 menjadi bulan pernikahan mereka.

Namun, prosesi pernikahan itu tak pernah terjadi. Huru-hara yang menyebabkan 7 Jenderal TNI terbunuh dan PKI menjadi kambing hitam. Semua hal yang berkaitan dengan partai tersebut diserang oleh TNI dan warga sekitar tanpa terkecuali di kota M.

Soeraja pemilik Kretek Tjap Arit Merah diburu karena keterkaitannya secara langsung dengan PKI sebagai pemodal. Setelah menyadari bahwa ia menjadi sasaran, Soeraja berhasil melarikan diri ke Kudus.

Soeraja meninggalkan Dasiyah dan mertuanya yang menjadi bulan-bulanan huru-hara karena dianggap terkait dengan dirinya. Dasiyah dan Idroes pun dibawa ke kamp konsentrasi tanpa bersama warga-warga lain yang dianggap terafiliasi dengan PKI.

Dasiyah dan Idroes selamat karena pertolongan Sentot, lelaki kaya raya yang pernah melamar Dasiyah dan kini menjadi TNI. Setelah meyakinkan TNI yang lain dg kretek buatannya, Dasiyah dan Idroes berhasil keluar dari kamp konsentrasi serta tak lagi boleh memproduksi Kretek Merdeka!

Setelah itu, perusahaan Idroes hanya boleh memproduksi Kretek Gadis dan tak bisa memperbanyak Kretek Merdeka! karena dianggap terafiliasi dengan warna merah PKI. Sementara Soeraja bekerja di tempat Soedjagat, rival bebuyutan keluarga Idroes.

Soeraja kemudian berkirim surat kepada Dasiyah di kota M bahwa ia baik-baik saja. Namun, saat beberapa berkirim surat, Soeraja memutuskan untuk berdiam di Kudus dan punya dambatan hati yang lain. Bagi Soeraja, hal ini jadi pilihan realistis. Dambatan hati itu tak lain adalah Purwanti, putri Soedjagat. Bagi Soeraja, keluarga ini mampu membersihkan namanya sebagai eks tapol atau buronan huru-hara 1965.

***

Tiga bersaudara pewaris Djagat Raja bertualangan dari Kudus hingga ke kota M dan akhirnya ke kota Megelang. Di kota inilah, mereka bertemu dengan Jeng Yah II, Rukayah, adik dari Jeng Yah I yang tak lain adalah Dasiyah yang dulu pernah menjadi kekasih Soeraja.

Saat membeli Kretek Gadis di sebuah warung kuno, tiga bersaudara itu belum sadar dengan rasa kretek tersebut. Hingga saat mereka kembali ke Jakarta karena ayah mereka sekarat, mereka baru sadar beberapa hari kemudian.

Berbagai teka-teki dan puzzle dari misteri besar tentang Jeng Yah semakin terbuka lebar dan mengungkapkan rahasia besar keluarga kretek Djagat Raja

***

Saat mengetahui Soeraja menikah dan berhasil punya merek dagang sendiri yang dinamai Djagat Raja, Dasiyah awalnya senang sekali dan bercampur kesedihan karena tak mungkin bersatu dengan kekasih pujaan hatinya.

Namun, perasaan tersebut berubah saat Rukayah menawarkan kretek Djagat Raja yang dibelinya di pusat kota M. Jeng Yah mengambil sebatang dan tiba-tiba menghapus tangis air matanya. Ia segera berangkat ke Kota Kudus untuk hadir di hari pernikahan Soeraja dan Purwanti.

Saat sampai di lokasi pernikahan, Jeng Yah memukul jidat Soeraja dengan semprong petromaks . Setelah kejadian itu, Jeng Yah kembali bersemangat memproduksi Kretek Gadis miliknya.

***

Saat tiga bersaudara Djagat Raja mencicipi Kretek Gadis, mereka pun berkesimpulan bahwa ayah mereka telah mencuri resep dari Kretek Gadis. Rasa kretek Djagat Raja sama persis dengan Kretek Gadis.

Hal inilah yang membuat mereka yakin bahwa kedatangan Jeng Yah saat pernikahan ayah mereka bukan karena api cemburu, melainkan karena ayah mereka telah mencuri resep yang pernah dipercayakan mantan kekasihnya.

Kretek Gadis buatan Jeng Yah yang disebut sebagai Gadis Kretek tak pernah tergantikan. Hal inilah yg bikin Soeraja terus dihantui kesalahan hingga akhir hayatnya. Mengkhianati gadis yg mencintainya sepenuh hati sekaligus mencuri resep rahasia kretek langka yang takkan pernah ada (lagi).

Selesai di Solo, 27 September 2022.

--

--

Suhai(ri) Ahmad
Penulis Muda

Pekerja Teks Komersial | Editor and Layout Freelance| Tukang bikin Indeks buku | Booklover | Traveler |