Childfree by Choice: Perempuan dan Pilihannya untuk Tidak Memiliki Anak

Perihal Perempuan
Perihal Perempuan
Published in
4 min readMay 23, 2021

--

Gabrielle Henderson by Unsplash

Pandangan masyarakat mengenai peran perempuan sebagai seorang ibu yang melahirkan, merawat, dan mengasuh anak sudah melekat sejak dulu. Faktanya, jumlah perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak dalam beberapa dekade terakhir justru mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mengejutkan?

Menilik dari survei yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention, jumlah angka kelahiran di Amerika Serikat pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 1% dibandingkan tahun sebelumnya dan merupakan angka kelahiran terendah sejak tahun 1985.

Riset lain dari jurnal The Annual Review of Sociology pada 2015 juga menunjukkan tren serupa. Perempuan di negara-negara Asia seperti China, Jepang, Korea, dan Taiwan terus mengalami penurunan tingkat kesuburan sejak tahun 1970 hingga 2010.

Kondisi ketika seseorang tidak memiliki anak dikenal dengan istilah “childless” atau “childfree”. Amy Blackstone menjelaskan bahwa istilah “childless” merujuk pada seseorang yang tidak memiliki anak karena kondisi biologis atau keadaan tertentu, sedangkan istilah “childfree” merujuk pada keputusan yang secara sadar dibuat oleh seseorang untuk tidak memiliki anak meskipun sebenarnya ia mampu.

Belakangan, muncul istilah childfree by choice untuk menggarisbawahi otoritas atau kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya.

Mengulik lebih jauh mengenai persoalan ini, Debra Mollen dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat berbagai aspek yang menyebabkan perempuan memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Salah satunya adalah pergeseran orientasi nilai dan budaya dalam beberapa dekade terakhir, yang menyebabkan perempuan lebih berfokus pada pendidikan atau karir. Selain itu, adanya dorongan yang semakin besar untuk dapat melakukan aktivitas yang disukai dengan lebih bebas, seperti travelling atau terlibat dalam berbagai kegiatan sosial.

Faktor lain yang menjadi alasan perempuan memilih tidak memiliki anak adalah keengganan untuk menurunkan penyakit yang mungkin ada dalam genetik mereka, baik secara fisik maupun psikis.

Pengalaman traumatik di masa kecil, memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tua, dan merasa belum mampu menjadi orang tua yang baik juga merupakan beberapa alasan perempuan memilih childfree.

Perempuan Chilfree dan Stigma yang Melekat pada Dirinya

“Bagaimana bisa kamu memilih untuk tidak memiliki anak?”

“Jika kamu tidak memiliki anak, siapa yang akan merawatmu di masa tua nanti?”

“Aku tahu sebenarnya kamu merasa iri kepada mereka yang menjadi seorang ibu dan memiliki anak, ‘kan?”

Ya, tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan yang memilih childfree cenderung mendapatkan cibiran atau stigma negatif dari masyarakat. Label “egois”, “tidak bertanggung jawab”, dan “tidak memiliki kehidupan yang komplit karena belum menjadi ibu” sering kali dilontarkan kepada mereka.

Padahal, studi menunjukkan bahwa perempuan childfree cenderung bahagia terhadap keputusan yang dibuatnya. Lantas, apakah yang sebenarnya membuat masyarakat begitu terusik dan cenderung memberikan pandangan negatif terhadap keputusan tersebut?

Hal ini erat kaitannya dengan konsep motherhood role yang melekat pada perempuan, di mana perempuan dianggap memiliki peran untuk melahirkan dan mengasuh anak. Ketika ada perempuan yang memilih untuk tidak menjalankan peran tersebut, lingkungan di sekitarnya cenderung tidak dapat menerima, merasa bingung dan terkejut, sehingga dapat berujung pada pemberian stigma atau munculnya prasangka buruk. (Bhambani, C. dan Anand I., 2020).

Hal ini jugalah yang menjadi alasan perempuan childfree cenderung mendapatkan pandangan negatif yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang memilih childfree. Dalam pernikahan pun, pihak perempuan memiliki faktor resiko atau tingkat kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki apabila memutuskan untuk childfree.

Upaya untuk Mendorong Penerimaan dari Masyarakat

Istilah childfree sebenarnya sudah mulai diperkenalkan oleh National Organization for Non-Parents pada 1973. Setiap tahunnya diadakan “Non-Parents Day” yang kemudian berubah nama menjadi “International Childfree Day” pada tahun 2013 lalu.

Bukan bertujuan mendorong atau mengkampanyekan seseorang untuk tidak memiliki anak, acara tahunan ini lebih berupaya mendorong penerimaan masyarakat terhadap mereka yang memilih childfree. Setiap tahunnya dipilih Childfree Woman dan Childfree Man berdasarkan upaya yang mereka lakukan untuk mempromosikan penerimaan masyarakat terhadap keputusan hidup seseorang.

Meskipun mungkin tidak sama masifnya dengan negara-negara lain, namun upaya memperkenalkan pilihan seseorang untuk tidak memiliki anak perlahan-lahan juga mulai dilakukan di Indonesia. Dilansir melalui The Jakarta Post, di Indonesia sendiri terdapat grup media sosial (Facebook) untuk mereka yang memutuskan childfree. Tidak hanya saling memberikan support, grup tersebut juga memberikan informasi mengenai kesehatan dan diskusi mengenai isu penting lainnya.

Victoria Tunggono, salah satu anggota grup tersebut, membuat buku berjudul “Childfree & Happy” yang bertujuan memberikan informasi lebih detail mengenai keputusan seseorang untuk tidak memiliki anak dalam perspektif yang lebih luas. Sosok lainnya adalah Gita Savitri Devi, yang juga memilih childfree dan cukup vokal dalam menyuarakan opininya mengenai hak dan otoritas perempuan atas tubuhnya sendiri.

Mungkin memang masih menjadi perjalanan panjang agar pilihan seseorang, terutama perempuan, untuk tidak memiliki anak dapat diterima oleh masyarakat. Apalagi di Indonesia, yang kehadiran seorang anak dalam suatu keluarga dianggap sebagai hal yang krusial atau suatu keharusan. Hal ini dapat dilihat dari pembahasan mengenai childfree yang sedang naik daun di berbagai media sosial, namun cenderung mendapatkan komentar negatif dari netizen.

Padahal, tentu saja sebenarnya ada banyak alasan yang membuat seorang perempuan memilih childfree. Apapun keputusan seorang perempuan terhadap pilihan hidupnya, baik memiliki atau tidak memiliki anak, rasa-rasanya sudah merupakan hal yang wajar bagi kita sebagai masyarakat untuk dapat menerima dan menghormati keputusan tersebut.

Penulis: Rosari

--

--

Perihal Perempuan
Perihal Perempuan

Wadah diskusi dan publikasi alternatif untuk perempuan.