Apa yang Memotivasi Kita?

Mengenal cara kerja motivasi agar hidup dapat lebih produktif dan bermakna bagi diri dan lingkungan.

Lina
Personal Perceived

--

Beberapa hari yang lalu, aku membaca artikel tentang bagaimana motivasi bekerja pada psikis manusia. Di artikel tadi dijelaskan satu hal menarik bernama self-determination theory dengan definisi variabel motivasi yang bersifat: Autonomy, Relatedness, dan Competency.

Berikut adalah ringkasan teori tentang 3 variabel tersebut.

  1. Autonomy
    Dalam Bahasa Indonesia istilah ini disebut sebagai ‘Otonomi’, yakni saat dimana seseorang merasa termotivasi ketika memiliki pilihan dalam merubah alur hidupnya.
    Artikel tadi menyebutkan cara kerja motivasi pada tipe ini adalah dengan memberi pertanyaan, “Pilihan-pilihan apa yang masih tersisa?” pada kondisi unmotivated.
    Misalkan ketika memiliki problem akibat kelalaian masa lalu; pada titik tersebut akan ada pilihan untuk kecewa terhadap kelalaian, atau belajar darinya dan kembali berusaha. Di situ lah seseorang dengan tipe ini harus menyadari bahwa ia akan memiliki jalan keluar bila bersikap cermat.
  2. Relatedness
    Untuk tetap bersemangat, orang-orang relatedness butuh untuk merasa terkait secara nilai atau visi atas apa-apa yang dikerjakan. Jika hal tersebut tidak berhubungan dengan nilai atau visi yang dianggap penting, mereka akan kehilangan stimulus dalam beraktifitas.
    Mengaitkan tugas-tugas, pekerjaan, waktu bersama keluarga, atau hal penting lainnya dengan prinsip dan nilai yang diyakini akan dapat meningkatkan motivasi mereka dengan baik.
  3. Competency
    Tipe ini akan merasa termotivasi jika melakukan hal-hal yang dikuasai atau yang dicintai. Contoh kongkrit yang bersikap seperti ini adalah desainer atau peneliti. Bila tidak kompeten atau tidak tertarik akan hal tersebut, perasaan tadi dapat mematikan rasa motivasi mereka dalam bekerja. Jika tidak menikmati aktifitas tersebut, tidak akan dikerjakan.

Untuk mengaplikasikan variabel tadi, ada beberapa tip yang dapat dilakukan:

  1. Ketika merasa kurang motivasi, segera tanyakan pada diri, dari 3 model di atas mana yang dirasa kurang? Apakah kurang pada autonomy, atau relatedness, atau competency?
  2. Dari apa yang dirasa kurang, dapat coba lakukan langkah berikut:

- Bila butuh autonomy; pilih opsi terbaik yang tersisa—meskipun absurd atau tidak mungkin—dan pikirkan strategi yang dibutuhkan untuk mencapai opsi terpilih tadi.

- Bila butuh relatedness; tanyakan pada diri bagaimana agar dapat merelasikan apa yang dilakukan dengan tetap mengharap ridho Allah, apa dampak hal tersebut pada diri, dan bagaimana dapat terus mengingatkan diri akan korelasi tersebut.

- Bila butuh competency; mengenal orang-orang yang ahli dalam bidang yang digeluti dan belajar dari mereka, dapat meningkatkan kompetensi dan keahliaan kita saat ini. Bila dengan hal tersebut tidak timbul rasa tertarik atas bidang yang tengah digeluti, tentu akan lebih bijak untuk memilih hal-hal menarik lainnya yang dapat memberi rasa semangat dan mampu mengembangkan bakat yang dimiliki.

Mengetahui apa-apa yang memotivasi kita merupakan langkah penting untuk meningkatkan produktivitas. Namun, motivasi tidak akan berguna tanpa diikuti sifat disiplin. Karena tanpa disiplin, motivasi tidak akan bertahan lama.

Untuk mencapai tahap disiplin, seseorang butuh untuk sabar dan sadar akan ‘multiplier effect’ atas tujuan yang ingin dicapai. Melalui kesadaran tersebut beserta kerja keras secara fisik maupun mental, seseorang akan mampu berusaha semaksimal mungkin hingga batas limit yang dimiliki. Akhirnya, dirinya akan mengenal dan terbiasa dengan ritme yang dibutuhkan untuk menggapai tujuannya.

Moga Allah mudahkan kita untuk mengaplikasikan hal-hal ini. Moga Allah mudahkan kita dalam memberi manfaat baik bagi lingkungan sekitar karena tulus mengharap ridho-Nya. Aamiin.

--

--

Lina
Personal Perceived

On therapeutic writing. Urban & community enthusiast. I sometimes do journaling in here.