Cities After Outbreak: Urban Mobility’s Trend in Sustainability Concept

Yusrina Amaliah
Perspektif Kota
Published in
3 min readAug 23, 2020
Sumber gambar: https://www.interregeurope.eu/pe4trans/

Sustainability is about Ecology, Economy, and Equity. Secara sederhana, konsep sustainability adalah bagaimana menciptakan suatu kehidupan dimana lingkungan terjaga, dan seluruh masyarakat sejahtera baik dari segi sosial maupun dari segi ekonominya. Lalu,bagaimana keterkaitan antara tren mobilitas akibat Covid-19 dengan tingkat sustainability?

Seluruh negara di dunia menghadapi bencana Covid-19. Keberadaan wabah ini mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Bahkan keberadaan wabah ini memunculkan tren baru untuk beberapa sektor tidak terkecuali sektor mobilitas. Mobilitas merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Namun, pada akhir maret 2020 sekita 3 miliar orang berada di bawah kebijakan pembatasan pergerakan secara penuh maupun sebagian akibat wabah Covid-19. Meskipun langkah-langkah pembatasan pergerakan menjadi penting dalam mencegah persebaran penyakit, kebijakan ini menghadirkan tantangan bagi banyak orang yang masih memerlukan pergerakan untuk bekerja dan kegiatan penting lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan banyak orang beralih dengan menggunakan kendaraan sepeda untuk melakukan kegiatan selama masa pandemic. Di Philadelphia, terjadi lebih dari 150% peningkatan mobilitas untuk kendaraan tidak bermotor. Hal ini juga terlihat dari sistem bikeshare publik di Kota New York yang mengalami lonjakan permintaan sebesar 67% pada awal Maret saat masa pandemic dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ternyata, Indonesia juga mengalami hal yang sama. Mengutip dari Detik Health, The Institute For Transportation and Development Policy (ITDP) mengeluarkan hasil survei bahwa terjadi peningkatan sebesar 1000 pesepeda di wilayah Jakarta pada bulan juni 2020.

Selain peningkatan jumlah masyarakat yang bersepeda, terdapat tren mobilitas lainnya yang terjadi selama masa pandemic di Indonesia. Yaitu terjadinya penurunan angka sebesar -30% dalam penggunaan transportasi umum selama masa pandemic per tanggal 16 Agustus 2020. Ternyata hal tersebut tidak hanya di alami di Indonesia. New York juga mengalami hal yang sama yaitu mengalami penurunan penggunaan angkutan umum sebesar 15%. Penurunan angka tersebut tidak hanya disebabkan oleh kebijakan pembatasan pergerakan melainkan disebabkan oleh perilaku masyarakat yang memilih beralih moda transportasi dari transportasi umum menjadi kendaraan pribadi akibat kebutuhan akan rasa aman.

“Saya merasa lebih aman. Saya mengemudi sendiri, tidak ada seorang pun di dalam mobil yang bersamaku. Di transportasi umum, Anda terpapar dengan semua orang yang ada di sana. Tidak ada social distancing di sana.”-Martinez

Berdasarkan tren mobilitas yang terjadi akibat pandemic dan pengertian konsep sustainability, maka dapat terlihat peluang maupun tantangan dalam perspektif perencanaan mobilitas suatu wilayah. Tren peningkatan mobilitas Non-Motorized memiliki peluang unik untuk mewujudkan pembangunan transportasi berkelanjutan yaitu transportasi yang bersifat rendah emisi. Hal ini terlihat dari kemauan dan kemampuan masyarakat untuk beralih atau bergerak dengan menggunakan transportasi Non-Motorized. The ESCAP mengatakan bahwa pemanfaatan momentum tersebut dalam era new normal dapat meningkatkan peluang penurunan emisi sektor transportasi dan perencanaan kota yang lebih inklusif.

Namun, disaat yang bersamaan kita melihat tren penurunan penggunaan transportasi umum dan potensi peningkatan penggunaan kendaraan pribadi akibat perilaku manusaia yang membutuhkan rasa aman dalam berkegiatan selama masa pandemic. Hal ini memberikan tantangan dalam perencanaan transportasi. Jika masyarakat mampu membeli kendaraan pribadi dan beralih dari angkutan umum ke mobil maka beban jaringan jalan akan mengalami peningkatan yang akan merujuk kepada potensi “Vicious Circle of Car-Oriented Transport Development”. Di sisi lain kita harus menyadari bahwa rasa aman dalam bergerak merupakan hak seluruh masyarakat. Namun, tidak semua masyarakat dapat membeli kendaraan pribadi untuk mendapatkan rasa aman dalam melakukan pergerakan. Terdapat kelompok masyarakat yang hanya mampu mengakses transportasi umum untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, perlunya strategi perencanaan mobilitas untuk meningkatkan sustainability suatu wilayah akibat dampak Covid-19 dengan mempertimbangkan peluang maupun tantangan yang ada.

The ESCAP merasa perlunya memanfaatkan peluang tren peningkatan Non-Motorized untuk meningkatkan tingkat Sustainability melalui:

  1. Merencanakan sistem transportasi dengan mengintegrasikan transportasi umum dan mobilitas Non-motorized untuk memberikan alternative bagi masyarakat dalam memilih moda berdasarkan alternative jarak.
  2. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang mobilitas Non-Motorized baik dari segi sepeda untuk umum, perencanaan struktur dan pola ruang berupa jalur mobilitas, area istirahat, taman umum dan lainnya.
  3. Memperbaiki lingkungan di sepanjang rute berjalan kaki/bersepeda dengan menanam vegetasi.
  4. Pemberian insentif dalam meningkatkan mobilitas Non-Motorized.

Selanjutnya, untuk menghadapi tantangan penurunan penggunaan transportasi umum dan pemenuhan hak masyarakat akan rasa aman dalam berkegiatan, maka (Sumant., et al, 2020) memberikan beberapa strategi:

  1. Penambahan armada untuk memastikan terjadinya social distancing selama perjalanan dengan menyesuaikan Demand.
  2. Memastikan harga terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat.
  3. Penyediaan informasi kedatangan dan hunian moda transit secara real-time.
  4. Pembelian tiket berbasis aplikasi untuk mengurangi kontak dengan petugas.
  5. Pengadaan sanitasi kendaraan sebelum perjalanan dan setelah perjalanan.
  6. Pengintegrasian jalur transportasi umum dengan pusat-pusat kegiatan.

--

--