Di Antara Buku Wajib Baca Pemikir Muda Muslim

Telaah singkat karya terbaru Dr. Ugi Suharto

PIMPIN Bandung
PIMPIN Bandung
6 min readFeb 7, 2023

--

Siapa pun yang sudah membaca buku “Nafi, Isbat dan Kalam: Bunga Rampai Postulat Pemikiran Islam” karya Dr. Ugi Suharto kemungkinan besar merasakan juga hal yang sama, bahwa isu-isu yang diangkat dalam buku tersebut adalah isu-isu penting yang setidaknya diketahui oleh pemuda-pemudi Muslim hari ini. Meski sebagiannya merupakan peristiwa yang terjadi di masa lalu, tetapi bantahan, postulat, pemikiran, argumen yang tertuang dalam rangka menjawab isu atau permasalahan di masa lalu itu membawa hikmah yang tetap dapat dipetik dan dinikmati, mengobati juga dahaga kita hari ini.

Bisa jadi itu disebabkan oleh mata air yang bersumber dari sumur yang terlampau dalam, ditimba oleh daya akali yang tinggi dan ditopang oleh ilmu yang luas lagi berat meliputi berbagai disiplin. Setidaknya inilah yang tergambar ketika membaca lembar demi lembar kumpulan tulisan dari buku yang diterbitkan kembali oleh Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (PIMPIN) dan Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara pada bulan April di tahun 2022 lalu.

Muatan ilmu yang terkandung di dalam buku ini menunjukkan proses belajar yang memakan waktu sekian lama, disuguhkan dengan cara yang ‘cukup sederhana’ sehingga kita bisa begitu saja menikmatinya. Buku ini bukan saja berisi penelitian-penelitian Dr. Ugi yang pernah diterbitkan dan dipresentasikan tetapi juga transkrip penyampaian-penyampaian beliau yang sangat sayang dilewatkan karena kandungannya yang berharga, selain tulisan lainnya seperti salinan e-mail beliau berisi perdebatan dengan seorang pemikir Jaringan Islam Liberal (JIL) dan juga kupasan buku yang pernah beliau tulis secara singkat namun tentunya penting dan berkesan.

Melalui tulisan Dr. Ugi berjudul “Upaya Meruntuhkan Kewibawaan Mushaf ‘Utsmani” salah satunya, menyadarkan saya bahwa al-Qur’an yang kita yakini sebagai Kalamullah dan kita baca setiap hari, dengan harapan kelak akan menerangi kehidupan kita di alam akhirat, rupanya bisa sampai ke tangan kita hari ini dengan proses penjagaan dan perjuangan yang begitu panjang. Uraian Dr. Ugi mengenai bagaimana cara para ‘ulama menjaga Mushaf ‘Utsmani telah membuka mata saya tentang kecerdasan dan kepiawaian mereka menguasai ilmu-ilmu al-Qur’an, al-hadits, fiqih, kalam dan sejarah dengan begitu kompleks. Melalui uraian Dr. Ugi, kita diperkenalkan istilah-istilah dalam pembagian qirā’ah sepeti mutawātir, mashhūr, aḥad, mawḍū’, mudraj, juga shād dan mawḍu; makna istilah tasḥīf dan kaitannya dengan ­­rasm tābi’ al-riwāyah; perbedaan dan juga maksud qiraah dengan apa yang disebut huruf; serta bagaimana hubungan dan kedudukannya dengan mushaf, tafsir dan riwayat.

Kejelian, kecerdasan, serta keikhlasan para ‘ulama dalam membentengi kitab suci Kaum Muslimin membuat ancaman kaum orientalis maupun ahli bid’ah melalui tiga arah penentangan yaitu jalur periwayatan, manuskrip, serta melalui penafsiran dan juga kekuatan intelektual, dengan izin Allah tidak mendatangkan keberhasilan. Saya bersyukur belum pernah berhadapan langsung dengan penentangan pemikiran seperti itu, karena apabila dihadapkan dengannya mungkin saya termasuk salah satu yang kebingungan dan juga keliru disebabkan serangan dan penentangan terhadap Mushaf ‘Utsmani yang tidak sederhana karena disokong oleh ilmu-ilmu yang cukup mumpuni yang dikuasai oleh para orientalis, berhadapan dengan keminiman ilmu yang saya ketahui. Penentangan yang dilakukan melalui jalan periwayatan bahkan menggunakan ‘Ulum al-Ḥadits sebagai ‘senjata’nya. Para Ulama hadis tentu saja tidak berdiam diri dalam masalah ini, sumbangan mereka yang besar dalam menjaga keutuhan al-Qur’ān -mengutip kata-kata Dr. Ugi- membuat serangan melalui jalan riwayat sebenarnya memakan terlalu banyak tenaga, tetapi dampaknya tidak signifikan (hlm. 85).

Isu pemikiran yang juga tak kalah hebat dampaknya terhadap akidah kaum Muslimin yaitu isu hermeneutika yang diberi judul “Apakah al-Qur’ān Memerlukan Hermeneutika?” (Bab 3). Metode hermeneutika sebenarnya berangkat dari textual criticism pada Bibel yang kemudian ingin diterapkan juga pada al-Qur’ān. Istilah hermeneutik telah bertransformasi dari istilah dalam ilmu bahasa, masuk ke dalam bidang teologi dan akhirnya menjadi salah satu bagian dari aliran dalam subjek filsafat yang mulai berkembang sejak awal abad ke-19. Hermeneutika terbagi menjadi dua, yaitu dalam arti teologis atau filosofis. Dalam arti teologis, hermeneutika akan berakhir dengan mempersoalkan ayat-ayat lahiriah dari al-Qur’ān dan menganggapnya sebagai problematik. Menurut Dr. Ugi, dampak dari hermeneutika teologis ini adalah keragu-raguan terhadap Mushaf ‘Utsmani yang telah disepakati oleh seluruh kaum Muslimin sebagaimana uraian beliau pada bab ke-4. Sedangkan dalam arti filosofis, hermeneutika akan mementahkan kembali akidah kaum Muslimin yang berpegang bahwa al-Qur’ān adalah Kalam Allāh.

Dalam buku ini Dr. Ugi “menguliti” hermeneutika lapis demi lapis yang disampaikan bukan hanya secara tersusun dan sistematis, tetapi juga ­sophisticated dan tuntas, misalnya dengan menjelaskan perbedaannya dengan tafsir dan takwil serta mengurai implikasi terhadap ayat-ayat muhkamat dalam al-Qur’ān, beliau juga menguraikan status ushul, thawabit, qat’iy, ma’lum, ijma’ mutawatir, dan yaqin dalam ajaran Islam apabila filsafat hermeneutika ini diterima. Meski sebenarnya, apabila ditinjau secara kritis melalui ketelitian Dr. Ugi, kesesatan dari faham ini membawa kepada lingkaran hermeneutis (hermeneutic circle) yang membingungkan dan tidak berujung. Dr. Ugi menjelaskan alasan dibalik begitu gencarnya serangan yang dilakukan terhadap sumber-sumber pokok ajaran Islam secara halus dan terang-terangan yang tidak lain agar agama Islam menerima nasib yang sama seperti agama dan kitab suci mereka.

Bab yang paling saya suka adalah Bab 8 yang berjudul “Peranan Tulisan dalam Periwayatan Hadis”. Dalam bab ini, Dr. Ugi mengemukakan tentang sejarah penulisan hadis yang ternyata sudah dimulai sedari zaman Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wasallam masih hidup hingga ke akhir abad pertama hijriyah. Berdasarkan penelitian ‘Azami rahimahullah, seorang pakar ilmu hadis yang dikutip oleh Dr. Ugi, di masa itu terdapat 50 orang Sahabat yang terlibat langsung dengan kegiatan penulisan hadis. Periode ini disebut dengan periode taqyid dimana hadis dicatat dalam buku-buku kecil (ṣaḥīfah; booklet) oleh para Sahabat dan Tabi’in.

Penelitian Dr. Ugi ini sekaligus menyanggah tuduhan sebagian kalangan orientalis yang beranggapan bahwa literatur hadis baru muncul 200 tahun setelah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam wafat, sehingga meragukan keilmiahan tradisi periwayatan hadis karena semata-mata hanya mengandalkan penyampaian lisan berdasarkan hafalan yang berisiko terjadinya pemalsuan dan penyimpangan dalam periwayatan. Tidak hanya itu, tulisan Dr. Ugi ini juga mengungkap bahwa isnad hadis, selain merupakan bukti sah dari sang guru agar muridnya dapat meriwayatkan hadis, juga merupakan metodologi membuat referensi yang dilakukan oleh para perawi hadis sejak awal hadis diriwayatkan.

Dalam buku tersebut, Dr. Ugi mengungkapkan berbagai hikmah yang dapat kita petik dalam tradisi periwayatan hadis dengan uraian yang sangat menarik. Beliau menjelaskan hal-hal yang tidak banyak dikemukakan seperti kemana perginya kitab-kitab hadis (ṣaḥīfah) yang ditulis sejak masa Abu Hurayrah Radhiyallahu ‘anhu, makna istilah-istilah penting dalam tradisi periwayatan hadis seperti Alfaẓ al-Taḥammul, dawwana, ḥafaẓa, dll., serta makna hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah, — yang menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam menyuruh Sahabatnya menghapus seluruh catatan hadis selain al-Qur’an — yang banyak disalahfahami bukan saja di kalangan orientalis yang tidak memahami sejarah periwayatan hadis secara tepat, tetapi juga kaum muslimin awam yang tidak mempelajari ilmu hadis.

Tulisan-tulisan Dr. Ugi dalam buku ini sangat baik kiranya menjadi gerbang awal mengenal pemikiran Islam, meski bagi mereka yang telah lama berkecimpung di dalamnya juga akan mendapat sesuatu yang baru karena bantahan maupun penjelasan Dr. Ugi mengenai isu-isu yang diangkat masih terus relevan untuk memperkaya bahkan memperdalam pemahaman kita mengenai pandangan hidup (worldview) Islam, epistemologi, ilmu al-Qur’an dan al-Hadis, isu-isu pemikiran kontemporer seperti sekularisme, liberalisme, pluralisme, feminisme, hermeneutika, hingga menyentuh juga pembahasan mengenai din dan tamaddun Islam. Wallahu A’lam.

Penulis: Sakinah Fithriyah
PIMPIN Bandung

--

--