Cirebon: Cai dan Rebon Menuju Kawasan Metropolitan di Jawa Barat

Zaenul Arifin
Naladhipa Narasanjaya
5 min readJul 20, 2016

Tentang kota yang katanya bakal menjadi kota Metrpolitan, di masa depan. Ada tiga kota yang diisukan akan menjadi segitiga emas dalam pembangunan infrastruktur di provinsi Jawa Barat. Tiga kawasan tersebut adalah: Ciayumajakuning yakni Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Kawasan lainnya adalah BODEBEK atau Bogor, Depok, dan, Bekasi yang ditambah dengan kawasan Industrinya: Cikarang, Cikampek, dan Karawang.Terakhir adalah ibukota provinsinya sendiri, yakni Bandung.

Kota Cirebon yang telah berusia lebih dari 600 tahun ini bakal menjadi kawasan metropolitan di masa depan. Isu pembangunan infrastruktur di kota Cirebon pun sudah sampai terdengar kencang. Mulai dari pembangunan Pelabuhan Cirebon yang akan diperluas, Penambahan Jalur Rel Kereta Api hingga empat rangkap, Pembangunan Tol Cirebon — Bandung dan Cirebon — Jakarta, dan Perluasan Bandar Udara di Penggung.

Saat ini, Kota Cirebon sedang dibidik untuk dijadikan kota metropolitan seperti DKI Jakarta. Alasannya, saat ini Cirebon merupakan kota yang strategis untuk transportasi dan sistem logistik nasional.
“Kenapa Cirebon, sebenarnya kota Cirebon sudah lama jadi bidang kajian MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia), alasannya Cirebon ini kita lihat satu lokasi yang strategis secara transportasi juga sistem logistik nasional tetapi tidak mendapatkan perhatian yang cukup,” kata Pendiri dan Ketua Yayasan Nusa Patris Infrastruktur, Danang Parikesit, di Cirebon, Jawa Barat. Ia menambahkan, saat ini infrastruktur transportasi di Cirebon sudah cukup memadai mulai dari stasiun, jalan tol bahkan pelabuhan.

Berbicara kawasan Ciayumajakuning,di kabupaten Majalengka bakal dibangun Lapangan Terbang Level Nasional yang bakal menampung kehadiran para turis mancanegara, dan turis domestik dari seluruh wilayah Nusantara. Kabupaten Kuningan pun diisukan bakal dibangun mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi oleh Chevron dalam tiga titik wilayah dan proyek bisnis pariwisata oleh perusahaan swasta lokal, dari mulai perhotelan, hingga taman wisata yang siap menampung masyarakat era globalisasi saat kehidupan sudah mulai penat dan menghibur diri saat dalam kejenuhan masyarakat baru. Tidak ketinggalan, Indramayu bakal menjadi kabupaten yang menghasilkan gas dan minyak bumi terbesar Indonesia di kawasan Balongan, yang memiliki cadangan minyak hingga ratusan tahun mendatang.
Selain itu, adanya relokasi industri yang dicanangkan Ahok, menurut Danang juga salah satu potensi untuk berkembangnya kota Cirebon ini. “Ada relokasi industri besar-besaran dari Jakarta karena Pak Ahok sudah mengatakan industri yang akan tetap di Jakarta lebih ke knowledge, manufaktur pindah, Pertumbuhan pendapatan masyarakat pun diyakini akan naik dengan masuknya industri pada daerah ini.

“Industri nanti akan bergeser ke Cirebon. Di sini UMKnya 1,5 juta sampai 1,6. Dengan masuknya industri pendapatan masyarakat akan meningkat. Hal ini juga didukung oleh pembangunan Tol Cipali,” pungkasnya.

Cirebon ini kelewatan terus padahal secara SDM tingkat pendidikan masyarakat lebih baik, upah buruh terjangkau, akses dari Jakarta cukup baik, memang potensi Cirebon sebagai pengembangan kota besar sangat memungkinkan, harapannya Cirebon akan lebih maju dengan dikembangkan,” ujar Danang.

(gerbang tol cipali sebagai akses jalan efektif)

Untuk mewujudkan mimpi menjadi kota Metropolitan, Cirebon akan dirombak total dalam waktu dekat. Kota perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah tersebut kabarnya akan dilengkapi dengan sejumlah kendaraan transportasi baru mirip busway yang ada di Jakarta dengan nama Bus Rapid Transit.

Bus Rapid Transit (BRT) akan segera dijadikan transportasi baru di kota Cirebon. Sesuai dengan konsepnya, Bus Rapid Transit nantinya tidak jauh berbeda dengan Bus Transjakarta. Dedi Taufik selaku Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat menjelaskan jika saat ini rencana tersebut sudah memasuki tahap studi trayek.

“Saat ini kami sudah melakukan studi untuk trayek-trayek mana saja yang akan dilalui Bus Rapid Transit (BRT) ini,” jelas Dedi.

Dedi Taufik berharap tahun depan proyek ini sudah bisa berjalan, serta bisa dijadikan sebagai fasilitas baru bagi masyarakat Cirebon.

“Rencananya sih tahun depan diusulkan, sekaligus dapat dioperasikan juga karena studinya saat ini kan sudah mulai berjalan. Sekarang ini kita fokus di angkutan umum,” lanjut Dedi.

Dalam kesempatan yang sama, Danang Parikesit selaku pendiri dan juga Ketua Yayasan Nusa Patris Infrastruktur menyebutkan jika Cirebon adalah lokasi yang memang strategis dan patut dikembangkan. Menurut Danang, untuk mengembangkan Cirebon dibutuhkan infrastruktur transportasi yang memadai. Oleh sebab itulah, Busway akan segera diwujudkan.

“Jika kita lihat dari infrastrukturnya di Cirebon memang sudah lengkap. Pasalnya, kereta juga lewat daerah ini, kemudian tol juga ada, pelabuhan juga ada. Jadi, Cirebon ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi kota Metropolitan,” ujar Danang.

Adanya busway jelas lebih membantu masyarakat dalam bertransportasi dari satu tempat ke tempat lainnya di Cirebon. Potensi untuk dikembangkan akan terus dipantau supaya Cirebon segera terwujud menjadi kota Metropolitan.

Perubahan menjadi kota Metropolitan juga akan membawa dampak positif terhadap kondisi perekonomian di daerah Cirebon. Dalam tahap studi trayek saat ini, Dinas Perhubungan Daerah Jawa Barat akan berupaya semaksimal mungkin sehingga semua rencana segera terwujud dengan baik dan masyarakat Cirebon bisa segera menikmati fasilitas transportasi baru yang lebih canggih dan nyaman.

Bicara Bisnis di Ciayumajakuning

Jika bicara bisnis, tentu potensi Ciayumajakuning sangat besar. Mari kita bicarakan satu-persatu. Di Cirebon saja, pengembangan usaha produk dari bahan pokok yang berasal dari alam hingga produk jasa yang berasal dari usaha manusia itu sendiri sangat besar. Tengok saja dari alam seperti, rotan (walapun bahan dari Kalimantan), batu alam, semen, perikanan seperti udang, pasir, kayu jati, padi, dan lainnya. Hingga bisnis jasa, seperti periklanan, perdagangan mulai dari pasar tradisional, pasar modern (mall, ritel, supermarket), hingga online shop, dan perhotelan+restoran, menambah daftar potensi bisnis modern yang bakal berkembang.

Hal tersebut bukanlah sebuah omong kosong, pasalanya kota Cirebon telah dibangun beberapa hotel kelas internasional. Seperti Aston, Newton, Metland, yang semuanya sumbangan dari investor luar negeri, namun seringkali kita sebagai masyarakat bingung untuk apa dan siapa semuanya itu?

Ada yang bercerita, ketika Jokowi datang berkampanye ke Cirebon. Katanya, ia akan memperluas Pelabuhan dan mengembangkan industri batik dan industri kreatif di Cirebon. Ini berarti akan mengembangkan sentra batik di Cirebon dan sekitarnya. Ini menandakan bahwa Cirebon memang sedang dipersiapkan untuk pengembangan kota berbasis bisnis, industri, dan pariwisata. Tengok saja, untuk mendukung hal tersebut, sudah ada Pembangkit Listrik Tenaga Uap sektor 1 yang sudah berjalan dan sektor 2 yang sedang dibangun di Mundu, oleh investor asal luar negeri tersebut dalam rangka memasok listrik di Cirebon dan sekitarnya.

Konsep Kota Cerdas atau smart city

Kilas Balik Cai dan Rebon

Cai dalam bahasa sunda berarti Air, dan Rebon adalah nama lain dari anak udang. Ini sesuai dengan cerita masa lalu di wilayah pantai Cirebon, yang kaya akan keberadaan udang. Wilayah pantai dan laut Cirebon saat itu menjadi habitat udang, dan surga bagi petani tambak.

Menurut cerita, wilayah Cirebon kadar air payaunya sangat baik bagi tumbuh dan kembang berbagai macam udang. Karena menurut penuturan warga yang berprofesi sebagai petani tambak, bahwa air payau tersebut sangat cocok bagi tempat hidup udang karena mengandung usur PH (asam-basa) yang stabil, sehingga udang dapat menyesuaikan diri dengan alam. Begitu, kira-kira alasannya.

Berbicara mengenai pertumbuhan Cirebon yang katanya bakal menjadi kota Metropolitan, perkembangan Kota Cirebon sudah selayaknya harus ramah dengan warganya, agar perubahan kota Cirebon dapat bermanfaat bagi warga dan penduduknya itu sendiri. Karena rasanya percuma jika lembaga eksekutif dan legislatif (wakil rakyat) tersebut “berambisi” hanya membangun infrastrukturnya saja, tetapi “enggan” untuk membangun sumber daya manusianya.

Referensi :

detikk.com

okezone.com

radarcirebon.com

cirebontrustcom

--

--