Dampak Banjir Bandung Selatan
Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir adalah perstiwa terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bisa terjadi karena faktor alam maupun ulah manusia. Di Indonesia, banjir sudah menjadi peristiwa tahunan ketika musim hujan datang. Bahkan, di beberapa daerah, banjir sudah menjadi langganan setiap tahunnya ketika musim hujan, seperti yang terjadi di daerah Bandung Selatan.
Bencana banjir di Bandung Selatan terjadi selama 2 minggu, yaitu dari tanggal 13–31 Maret 2016. Banjir terparah terjadi di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang. Banjir di Bandung Selatan ini terjadi karena hujan yang mengguyur selama berhari-hari. Selain itu, meluapnya Sungai Citarum yang melintasi wilayah Bandung Selatan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
Banjir merendam 35.000 rumah warga dan menyebabkan 10.344 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam pasar, pabrik dan sekolah. Selain itu, banjir juga mengakibatkan akses jalan dari dan menuju Kabupaten Bandung terputus. Banjir di Bandung ini meruapakan yang terparah sejak 10 tahun terkahir. Banjir yang terjadi di Bandung Selatan ini menimbulkan dampak negatif terhadap pendidikan, serta perekonomian warga sekitar.
TERGANGGUNYA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Dampak lain yang diakibatkan oleh banjir adalah terganggunya kegiatan belajar mengajar. Banyak sekolah yang para siswanya menjadi korban banjir. Dari 20 Sekolah Dasar (SD) yang terkena banjir, sebanyak 15 di antaranya terendam. Selain merendam gedung sekolah, banjir juga merusak fasilitas-fasilitas sekolah. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar terpaksa diliburkan dan para siswa diminta untuk belajar dirumah.
Banjir juga memaksa para siswa yang sekolahnya tidak terendam banjir untuk pergi ke sekolah dengan menggunakan perahu. Sebab, akses jalan menuju sekolah mereka tergenang air dan tinggi banjir pun mencapai 1,5 meter. Mereka harus berhati-hati agar seragam mereka tidak basah. Mereka juga harus berangkat lebih awal, agar mereka tidak terlambat masuk sekolah. Walaupun demikian, mereka tetap semangat untuk bersekolah.
Pemerintah daerah harus tetap memperhatikan pendidikan anak-anak yang menjadi korban bencana banjir. Dalam UU nomor 24 tahun 2007 pasal 6, tanggung jawab pemerintah dalam penanggulangan bencana salah satunya menjamin pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana, salah satunya hak anak mendapatkan pendidikan. Pemerintah harus tetap memberikan pendidikan terhadap anak-anak pengungsi, salah satunya dengan mendatangkan tenaga pengajar. Jangan sampai, anak-anak yang menjadi korban banjir tidak mendapatkan pendidikan selama mereka berada di pengungsian. Selain itu, pemerintah juga harus memperbaiki fasilitas-fasilitas sekolah yang rusak, sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah setelah banjir dapat langsung berjalan.
LUMPUHNYA PEREKONOMIAN WARGA
Musibah banjir membuat perekonomian warga menjadi lumpuh. Sebab, banjir merendam kios-kios dan toko-toko warga, seperti yang terjadi di pusat pertokoan Pasar Dayeuhkolot. Para pedagang terpaksa menutup kios-kios dan toko-toko mereka. Tutupnya tempat usaha mereka sebab banjir membuat mereka tidak ada pemasukan selama berminggu-minggu. Mereka mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Selain itu, banjir di Bandung Selatan mengakibatkan melonjaknya harga kebutuhuan pokok. Banjir menyebabkan ratusan hektar sawah terendam. Terendamnya lahan persawahan membuat petani gagal panen dan mengurangi produksi pertanian Bandung Selatan. Padahal, wilayah Bandung Selatan menjadi salah satu penghasil komoditas pertanian di Jawa Barat. Kondisi ini diperparah dengan terputusnya akses menuju Kabupaten Bandung, sehingga distribusi produk pertanian terganggu.
Banjir juga merendam pabrik-pabrik di Bandung Selatan. Pabrik-pabrik terpaksa tuutp dan menghentikan aktivitas produksi. Kondisi tersebut berpotensi membuat pabrik gulung tikar. Padahal, Bandung Selatan merupakan sentra industri yang menopang perekonomian Jawa Barat. Bukan tidak mungkin, produsen akan memilih memindahkan lokasi pabrik mereka, apalagi jika menjadi daerah langganan banjir.
Agar perekonomian kembali normal pascabanjir, pemerintah daerah perlu memberikan suntikan dana kepada para petani dan pengusaha yang mengalami kerugian. Dana diperlukan untuk menutup kerugian serta dipakai untuk modal memulai kembali usaha mereka yang sempat terhenti. Selain berupa dana, pemerintah juga bisa memberikan bibit kepada para petani agar mereka bisa mulai bercocok tanam kembali segera setelah banjir usai.
KESIMPULAN
Banjir yang merendam wilayah Bandung Selatan memberikan berbagai dampak negatif. Banjir mengakibatkan terganggunya kegiatan belajar mengajar, serta lumpuhnya perekonomian warga. Hal tersebut terjadi karena rumah, sekolah, pasar, dan pabrik, serta terputusnya akses jalan dari dan menuju Kabupaten Bandung.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung harus segera menyelesaikan masalah banjir yang terjadi di wilayah Bandung Selatan ini. Dalam menyelesaikan masalah banjir, pemerintah daerah juga harus merangkul seluruh elemen masyarakat. Sebab, banjir di Bandung Selatan merupakan masalah laten yang terjadi setiap tahunnya di musim penghujan. Apalagi, banjir yang terjadi di tahun ini merupakan yang terparah sejak 10 tahun terakhir.