DAMPAK PROSES PEMBANGUNAN JALAN TOL CISUMDAWU TERHADAP MASYARAKAT DI KABUPATEN SUMEDANG
Kemajuan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah adanya aksesibilitas yang memadai. Ada tiga jalur transportasi yang biasanya digunakan masyarakat Indonesia, yaitu jalur darat, jalur laut, dan jalur udara. Dalam perekonomian, jalur laut dan jalur udara biasanya digunakan untuk menyalurkan barang (seperti hasil panen, produk indusrti, dan sebagainya) ke tempat yang jauh dan sulit untuk dicapai menggunakan jalur darat. Sedangkat untuk jarak dekat digunakan jalur darat dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Berdasarkan data yang diambil oleh POLRI pada tahun 2011 terdapat 85.601.351 kendaraan di Indonesia. Sedangkan fasilitas jalan yang tersedia hanya sepanjang 496.607 KM. jumlah kendaraan tersebut telah mengalami peningkatan sebesar 10 kali lipat dibandingkan 25 tahun yang lalu, namun panjang jalan hanya bertambah sebesar 2,31 kali lipat dari 25 tahun yang lalu. Hal ini menyebabkan pemerintah membangun sejumlah jalan baru untuk mengurangi tingkat kemacetan, salah satunya adalah pembangunan jalan tol cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang melewati kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pembangunan jalan ini dilaksanakan dari tahun 2009 dan direncanakan akan selesai pada tahun 2019.
Disamping kebutuhan masyarakat terkait jalan tol, proses pembangunan jalan tol Cisumdawu menimbulkan beberapa dampak negatif bagi masyarakat Kabupaten Sumedang. Jika pihak yang bertaggung jawab tidak segera mengambil tindakan, proyek ini bisa saja menimbulkan masalah yang lebih besar dikemudian hari. Banjir lumpur yang menerjang rumah warga adalah salah satu masalah yang ditimbulkan oleh kekurangsiapan teknis perencanaan proyek. Berkurangnya produksi padi merupakan masalah jangka panjang sehingga harus segera ditangani. Namun dibandingkan dengan dua masalah tersebut, kecelakaan lalulintas menjadi masalah yang paling besar karena mengancam keselamatan warga. Dampak negatif ini tentunya harus segera diatasi, baik oleh kontraktor maupun pemerintah. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah :
BANJIR LUMPUR
Proses pembangunan jalan tol Cisumdawu dilakukan dengan membuka lahan lalu mengubahnya menjadi jalan tol. Lahan yang digunakan dalam pyoyek ini adalah perumahan warga, lahan pertanian seperti sawah dan kebun, bukit dan hutan. Rumah warga yang terkena pembangunan jalan akan mendapatkan ganti rugi berupa uang untuk membangun kembali rumah meraka. Namun, sampai sekarang masih ada warga yang belum menerima uang ganti rugi tersebut. Banyaknya lahan yang digunakan untuk proyek ini juga meningkatkan harga tanah sehingga warga yang rumahnya dihancurkan harus membeli tanah dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga tanahnya yang dulu.
Selain kerugian yang dialami warga akibat meningkatnya harga tanah, warga juga mengalami kerugian akibat banjir lumpur yang disebabkan pembukaan lahan di bukit. Seperti yang dialami warga Sumedang di RW 06 dan RW 07, Panyirapan, Desa Mekarjaya, kecamatan Sumedang Utara pada hari Rabu, 20 Januari 2016, rumah mereka tergenang lumpur hingga setinggi 40 cm saat hujan deras. Tembok pagar salah seorang warga, Pak Kuswara, hancur akibat banjir lumpur ini. Banjir juga merusak tanaman padi yang baru saja ditanam warga sehingga terancam gagal panen.
Kepala Desa Mekarjaya, Dudung Suryana, dalam salah satu wawancaranya mengatakan bahwa proyek tol Cisumdawu melakukan perataan tanah tanpa membuat saluran air terlebih dulu sehingga mengakibatkan banjir lumpur saat terjadi hujan deras. Untuk mengatasi hal ini diharapkan kontraktor serta pemerintah dapat membuat saluran air terlebih dahulu sebelum melakukan perataan tanah di daerah yang lebih tinggi dibandingkan pemukiman warga untuk mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Kontraktor juga seharusnya melakukan penanaman kembali di daerah sekitar bukit yangdijadikan jalan tol agar air hujan dapat terserap untuk mengurangi resiko banjir dan tanah longsor.
BERKURANGNYA PRODUKSI PADI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Kabupaten Sumedang memiliki lahan pertanian yang cukup luas sehingga masyarakatnya banyak yang menjadi seorang petani. Mereka umumnya menanam padi pada musim hujan dan sayuran pada musim kemarau. Jumlah produksi padi di Sumedang mencapai 408.643 ton, dengan hasil padi sawah mencapai 388.981 ton dan hasil padi ladang 19.622 ton pada tahun 2006. Sektor pertanian menyumbang dana yang cukup besar, meskipun sumbangan dana yang paling besar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu mencapai 27 persen dengan nilai ekonomi mencapai 1,2 trilyun rupiah.
Proyek tol Cisumdawu menghabiskan sebanyak 4.000 hektar sawah yang berada di kabupaten Sumedang. Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Sumedang, Ir. Yosep Suhayat MM, dengan asumsi satu hektar sawah menghasilkan gabah minimal 5 ton, dikali dua masa tanam, maka produksi gabah yang hilang dapat mencapai 20.000 ton dalam satu tahun. Artinya dibandingkan tahun 2006, kabupan Sumedang kehilangan produksi padi sebesar 4,894%. Berkurangnya lahan pertanian juga menyebabkan masyarakat Sumedang kehilangan pekerjaan mereka dan terpaksa harus mencari pekerjaan lain karena meningkatnya harga tanah.
Permasalahan ini dapat menyebabkan perekonomian kabupaten Sumedang mengalami penurunan. Penggantian lahan sawah harus segera dilakukan agar hasil produksi padi bisa segera meningkat seperti sebelumnya. Hilangnya lahan pertanian dan perebunan juga menyebabkan suhu Kabupaten Sumedang meningkat karena jumlah pohon dan tanaman yang berkurang. Untuk mengembalikan suhu normal kabupaten Sumedang perlu segera dilakukan reboisasi di daerah dekat pembangunan jalan tol.
MENINGKATNYA ANGKA KECELAKAAN PADA DAERAH YANG DILALUI PEMBANGUNAN JALAN TOL CISUMDAWU
Jalur tol Cisumdawu dibuat dengan melewati banyak jalan raya serta jalan kecil yang biasa dilewati warga setempat. Karena itu jalanan yang dilalui jalur tol tersebut harus dipindahkan dengan rute yang umumnya lebih jauh dari sebelumnya. Pembangunan jalan baru yang harus dilakukan secara cepat menyebabkan proses pembangunan tidak optimal sehingga jalanan menjadi mudah rusak. Material jalan berupa batu kerikil, ditambah dengan banyaknya truk besar yang melewati jalan mempercepat proses kerusakan.
Kerusakan biasanya berupa lubang jalan ataupun terlepasnya kerikil dan batuan pada jalan. Lubang jalan yang tertutup air menyebabkan banyak kendaraan yang terperosok bahkan terjatuh. Sedangkan kerikil dan batuan yang terlepas membuat jalanan menjadi sulit untuk dilalui. Tingkat kecelakaan meningkat dengan adanya masalah ini dan diperparah dengan adanya aktivitas pengangkutan tanah dari galian proyek dengan menggunakan truk. Tanah galian yang terjatuh dari truk terkadang tidak segera dibersihkan oleh pekerja menyebabkan jalanan menjadi sangat licin ketika terkena air hujan. Kendaraan bermotor terutama kendaraan beroda dua seringkali tergelincir di jalan tersebut. Saat musim kemarau tanah yang memenuhi jalan tersebut menimbulkan debu yang sangat mengganggu bagi masyarakat sekitar.
Kecelakaan lalulintas juga diakibatkan oleh banyaknya truk yang melintas di jalan yang biasa dilewati warga. Jalanan yang sempit membuat kendaraan warga sulit untuk melintas, bahkan menimbulkan korban jiwa akibat tersenggol oleh truk besar pengangkut tanah. Angka kecelakaan yang diakibatkan pembangunan jalan tol ini terus bertambah setiap tahunnya, mulai dari kecelakaan ringan hingga kecelakaan parah. Masalah ini harus segera diatasi agar jumlah korban tidak terus bertambah. Pemerintah sebaiknya memberikan pengawasan lebih pada proyek ini dengan menurunkan polisi lalulintas ataupun memisahkan jalur truk pengangkut tanah dengan jalur yang dilewati warga.
Sebelum melakukan pembangunan, sebaiknya pemerintah dan kontraktor mempertimbangkan semua dampak negatif yang mungkin terjadi akibat proyek pembangunan tersebut untuk mencegah ataupun meminimalisir masalah yang dapat ditimbulkan. Pelaksanaan pembanguanan harus direncanakan secara matang dengan memperhatikan kondisi geografis serta masyarakat di daerah pembangunan. Masalah yang muncul ketika pembangunan harus segera diatasi sedini mungkin agar tidak berlanjut menjadi masalah yang lebih besar. Keselamatan warga harus menjadi kepentingan utama kerena pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat Indonesia seharusnya tidak merugikan sekelompok warga di wilayah tertentu sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan manfaat dari pembangunan tersebut.
D6Y0EL3t}&�1