Kemacetan Kota Makassar dan Solusinya

Averina
Naladhipa Narasanjaya
3 min readJul 16, 2016

Kemacetan di kota Makassar

Makassar merupakan kota terbesar dan terpadat kelima di Indonesia. Kota dengan kurang lebih 1.398.804 penduduk ini terkenal dengan berbagai makanan khas daerah seperti coto, sop konro, pisang ijo, jalangkote, sop saudara dan palubutung. Kota yang juga ibukota provinsi Sulawesi Selatanini merupakan kota yang terletak ditengah-tengah negara Indonesia dan sering menjadi tempat wisata maupun persinggahan. Karena itu, tidak heran jika terdapat banyak permasalahan di kota ini, salah satu permasalahan yang tidak bisa dipungkiri lagi adalah Kemacetan.

Kemacetan yang terjadi di kota Makassar memang tidak separah yang terjadi di Jakarta, namun cukup parah untuk ukuran kota seperti Makassar. Puncak macet umumnya terjadi pada jam tertentu seperti pada pagi hari saat siswa-siswi berangkat ke sekolah dan karyawan berangkat ke kantor, siang hari saat siswa-siswi pulang sekolah dan sore hingga malam hari saat karyawan pulang kerja. Kemacetan seperti ini terjadi di beberapa titik di kota Makassar.

Titik pertama yang akan saya bahas adalah pada jalan Ahmad Yani. Jalan ini merupakan pusat perkantoran, selain itu pada jalan ini juga terdapat balaikota dan sejumlah sekolah, yaitu SMPN 6 dan Sekolah Nusantara. Tidak heran jika pada jam tertentu, terutama pada pagi hari, terjadi kemacetan panjang. Kebijakan yang dijalankan untuk mengurangi intensitas kemacetan pada jalan ini adalah dengan diberlakukannya jalur satu arah. Selain pada jalan Ahmad Yani, Jalan Sultan Hasanuddin mendapat imbas kemacetan dari jalan setelahnya. Sama seperti jalan Ahmad Yani, jalan ini juga merupakan jalan satu arah yang mengarah ke dua jalan berbeda, yaitu ke jalan Ahmad Yani dan ke jalan Riburane.

Titik kedua yang sering mengalami kemacetan adalah pada jalan Dr. Sam Ratulangi. Selain menjadi jalan utama yang tersambung ke beberapa jalan besar, pada jalan ini juga terdapat beberapa pusat perbelanjaan dan penginapan yang selalu ramai pengunjung, selain itu, terdapat banyak angkutan umum, yang lebih dikenal dengan nama pete-pete, yang berhenti seenaknya untuk mengangkut penumpang. Pusat kemacetan biasanya terjadi di perempatan jalan Dr. Sam Ratulangi dan jalan Kasuari-Lanto Dg. Pasewang. Usaha yang dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah membuat pemisah jalan. Pemisah jalan ini berfungsi memisahkan jalur dua arah agar tidak terjadi perebutan jalur yang dulunya sering terjadi ketika terjadi kemacetan.

Titik ketiga merupakan jalan Rappocini, jalan ini merupakan jalan penghubung antara dua jalan besar yaitu jalan Veteran dan Jalan Pettarani. Jalan ini berukuran kecil yang hanya muat untuk di lalui dua mobil pada saat bersamaan. Selain itu pada jalan ini terdapat banyak pertokoan. Untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di jalan ini diberlakukan jalur satu arah yang mengarah ke jalan Pettarani pada jam tertentu, yaitu pada pukul 06.00–18.00, sedangkan diluar jam itu, jalan tersebut menjadi jalur dua arah.

Titik keempat adalah Jalan Hertasning-Jalan Aeropala, merupakan jalan yang relatif baru dibuat pada 20 tahun belakangan ini adalah penyambung atau jalan pintas yang menghubungkan kota makassar dengan kabupaten Gowa dan sekitarnya. Hingga saat ini pun belum ada tindakan apapun yang dilakukan untuk mengurangi intensitas kemacetan pada jalan ini.

Titik terakhir yang menjadi pusat kemacetan di kota Makassar adalah jalan Urip Sumoharjo dan jalan Perintis Kemerdekaan. Kedua jalan ini bertemu pada perempatan jalan yang menghubungkan jalan Urip, jalan Perintis, jalan Pettarani dan jalan Tol Reformasi. Pada puncak kemacetan, umumnya mobil dapat terjebak selama satu hingga tiga jam. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kemacetan adalah membangun fly over atau jalan layang.

Demikian beberapa ulasan singkat tentang kemacetan yang terjadi di kota Makassar. Selain semua titik kemacetan diatas, memangmasih terdapat banyak titik dimana sering terjadi kemacetan ringan yang umumnya disebabkan karena ukuran jalan yang kecil.

--

--