Kemacetan pada penghubung Bogor-Depok-Jakarta

Richall Arichi
Naladhipa Narasanjaya
4 min readJul 5, 2016

Jalan Raya Bogor adalah jalan penghubung Bogor dengan Jakarta yang memiliki panjang 45 km. Sebelum jalan toll Jagorawi ada, jalan inilah yang dilalui masyarakat dari Bogor menuju Jakarta ataupun kebalikannya dari Jakarta menuju Bogor. Dalam menghubungkan Bogor dengan Jakarta, Jalan Raya Bogor melewati tiga kotamadya, yaitu Bogor, Depok, serta Jakarta yaitu Jakarta Timur.

Gambar 1 Jalan Raya Bogor (Berwarna Biru). Sumber : Hasil Analisis

Jakarta, sebagai ibu kota negara Indonesia, merupakan kota yang maju dan dikelilingi oleh kota-kota berkembang di sekitarnya seperti Depok, Bekasi, Bogor, serta Tangerang. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat kota pinggiran Jakarta ini bekerja di Jakarta ataupun penduduk Jakarta yang berpindah ke sekitarnya untuk menghindari kemacetan yang banyak terjadi di Jakarta. Sebagai dampaknya, kemacetan pun terjadi di kota-kota pinggiran ini. Meskipun toll Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) sudah ada, kemacetan tetapi terjadi di Jalan Raya Bogor hingga sekarang. Hal ini dikarena jalan toll hanya dapat diakses bagi kendaraan beroda empat, sedangkan penduduk kota berkembang tersebut sebagian besar tergolong masyarakat menengah ke bawah yang umumnya lebih memilih menggunakan kendaraan beroda dua ataupun kendaraan umum.

Dengan jalan sepanjang 45 km serta jalur yang memiliki dua lajur, apakah yang menjadi penyebab kemacetan di Jalan Raya Bogor ini?

  1. Jumlah persimpangan jalan
    Sebagai jalan penghubung tiga kota madya, sepanjang jalur terdapat banyak simpang empat ataupun tiga. Simpang empat ataupu simpang tiga tersebut umumnya dilengkapi dengan lampu lalu lintas. Pada simpang empat, lampu lalu lintas tersebut menghentikan kedua lajur serta membantu memperlancar arus kendaraan. Tetapi pada simpang tiga, arus kendaraan yang menyusuri Jalan Raya Bogor terhambat karena lajur yang semula berjumlah dua menjadi satu lajur karena lajur yang lain digunakan untuk berbelok dan diatur oleh lampu lalu lintas.
  2. Volume kendaraan
    Dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan transportasi pun meningkat pula. Tidak hanya kendaraan beroda empat, tetapi kendaraan beroda dua memiliki peningkatan jumlah yang lebih besar. Meskipun jumlah kendaraan terus meningkat, akan tetapi lebar jalan tidak bertambah sehingga arus kendaraan pun menjadi semakin lambat.
  3. Perilaku masyarakat
    Kebutuhan manusia semakin meningkat sehingga banyak cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Banyak pengendara yang belum memiliki kemampuan berkendara tetapi sudah memiliki SIM dengan cara yang tidak seharusnya. Dengan banyaknya pengendara yang belum memiliki kemampuan tersebut, mereka berkendara di jalan sekehendak mereka. Tidak hanya mereka yang belum memiliki kemampuan, tetapi yang sudah handal berkendara pun banyak yang berkendara melanggar peraturan demi mencapai tujuan mereka secepat mungkin. Perilaku ini mungkin memang menguntungkan bagi mereka yang melakukannya, tetapi sangat merugikan yang lain secara keseluruhan. Tidak hanya pengendara kendaraan pribadi, tetapi pengendara kendaraan umum pun menambah kemacetan dengan berhenti dan menunggu penumpang yang biasa disebut dengan istilah ngetem.

Lalu apakah hal tepat untuk dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut?

  1. Perlebaran Jalan
    Hal ini mampu mempercepat arus kendaraan. Akan tetapi, solusi ini kurang efektif karena pada akhirnya volume kendaraan akan terus bertambah. Selain itu, Jalan Raya Bogor bersebelahan dengan aliran sungai Ciliwung serta sisi lainnya merupakan pertokoan yang sudah padat.
  2. Pembatasan jumlah kendaraan
    Dengan membatasi jumlah kendaraan terutama pribadi, tentu akan mengurangi volume kendaraan. Selain itu, kendaraan umum pun perlu dibatasi sehingga tidak terlalu banyak kendaraan umum di jalan tetapi tidak mengangkut penumpang.
  3. Perbaikan sistem transportasi umum
    Dengan memperbarui transportasi umum yang ada, tentu tingkat kenyamanan akan meningkat dan dapat menarik masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Tidak hanya memperbarui kendaraan fisiknya tetapi juga sistemnya. Sistem pengemudi digaji akan lebih meringankan pengemudi kendaraan umum yang harus mengejar setoran kendaraannya. Ketika pengemudi kendaraan umum tidak lagi berorientasi pada setoran, maka dia tidak akan mengetem yang dapat memperlambat arus kendaraan. Dengan sistem pengemudi digaji, pengemudi pun akan lebih mudah diatur untuk hanya menaik-turunkan penumpang di halte yang ada serta hanya berhenti di terminal. Dengan demikian, jumlah kendaraan umum yang beroperasi di jalan pun dapat terkontrol sehingga tidak ada kendaraan umum yang beroperasi dengan keadaan tanpa penumpang. Terminal atau beberapa halte (yang memiliki penumpang dalamjumlah yang cukup besar) dilengkapi dengan fasilitas penitipan kendaraan pribadi, sehingga masyarakat dapat menitipkan kendaraannya dari rumah sehingga dia dapat menggunakan kendaraan umum.
  4. Perketat sistem perolehan SIM
    Ketika sistem mendapatkan SIM diperketat maka akan meminimalisir pengendara asal-asalan. Tidak hanya dengan benar-benar melalui tes, tetapi juga penghapusan calo-calo SIM. Dengan berkurangnya pengendara asal-asalan maka pengendara jalan pun dapat dengan tertib berkendara sehingga dapat lebih nyaman dan lancar.

Semua tulisan ini hanyalah pandangan, opini, serta solusi pemikiran penulis yang didasarkan pada pengalaman, observasi, analisis serta solusi preseden yang serupa. Dengan tertuangnya tulisan ini, diharapkan dapat menstimulasi pemikiran baru serta solusi yang lebih efektif lagi dalam mengatasi masalah kemacetan di Indonesia. Selain itu, akan lebih baik lagi jika solusi ini (bila dianggap benar-benar memecahkan masalah) dapat direalisasikan.

Sumber : Google Images

Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Raya_Bogor

--

--

Richall Arichi
Naladhipa Narasanjaya

A dreamer with plans and put work on them daily .Be responsible at least to your own self including your waste. Enjoy but be mindful on life -MothaEarth-