Melihat Perkembangan Kualitas Trotoar Sepanjang Jalan Siliwangi

Rizki Rayani
Naladhipa Narasanjaya
4 min readAug 9, 2016

“It’s all the same Homo sapiens all over the world, cultural circumstances differ, economic circumstances differ, climatic circumstances differ, but basically we are the same little walking animal” — Jan Gehl

Kurang lebih enam bulan yang lalu, saya berkesempatan untuk mengobservasi kualitas trotoar sepanjang jalan Siliwangi secara sekilas sebagai topik suatu tugas mata kuliah. Observasi itu saya lakukan di sore hari dan disana peran saya jelas, sebagai seorang pejalan kaki yang ikut merasakan fasilitas yang tersedia untuk masyarakat. Setelah enam bulan, saya mendapat kesempatan kembali untuk merasakan fasilitas pejalan kaki di lokasi yang sama. Namun kali ini saya membawa sebuah pertanyaan lain, adakah upaya dari pemerintah maupun stakeholder setempat untuk memerhatikan fasilitas publik yang satu ini agar sifatnya semakin berkelanjutan bagi masyarakat sekitarnya?

Baru-baru ini Teras Cikapundung, sebuah ruang publik di tengah-tengah kota Bandung telah diresmikan. Pembukaan sebuah ruang publik ini tentu dapat berdampak bagi daerah-daerah di sekitarnya apalagi dengan dibawanya konsep “ruang publik ramah lingkungan” bagi para pengunjungnya. Setelah melalui tahap proses pembangunan, saya pribadi penasaran dan ingin membandingkan kualitas trotoar di sekitar Teras Cikapundung tersebut sebelum dan sesudah Teras Cikapundung diresmikan, apakah benar dengan dibukanya ruang publik ramah lingkungan ini, dapat semakin membawa keterjaminan bagi para pejalan kaki?

Trotoar yang diobservasi. Sumber : Google Maps
Kualitas trotoar di tiga spot berbeda

Sekitar 6 bulan yang lalu, kualitas trotoar di sepanjang Jalan Siliwangi tersebut memang memprihatinkan seperti gambar yang bisa dilihat diatas. Padahal Jalan Siliwangi ini memerlukan trotoar dengan kualitas yang lebih baik sebab daerah di sekitarnya memiliki potensi menimbulkan pejalan kaki. Menurut Departemen Bina Marga melalui Petunjuk Perencanaan Trotoar, trotoar harus lah menjamin keamanan serta kenyamanan para penggunanya. Dalam realitanya, terdapat beberapa titik trotoar yang kualitasnya sudah sangat rusak dan tidak nyaman untuk digunakan. Tidak ratanya permukaan trotoar dapat menimbulkan potensi kecelakaan bagi para penggunanya, serta tentu dapat membahayakan pengguna penyandang disabilitas, belum lagi tersebarnya sampah yang membuat penglihatan terganggu. Jelas, saat itu trotoar tersebut tidak memenuhi syarat dasar dari trotoar yaitu aman dan nyaman bagi para pengguna.

Selang 6 bulan, kualitas trotoar di sepanjang jalan Siliwangi memang memiliki progress yang baik dalam perbaikannya seiring dengan dibukanya Teras Cikapundung. Beberapa titik lokasi sudah terlihat diperbaiki walau memang perbaikan tersebut belum sempurna, masih terdapat beberapa titik lokasi yang belum selesai diperbaiki sehingga permukaan trotoar belum relatif rata.

Selain itu, kini terdapat beberapa tempat sampah organik non organik yang telah disebar di beberapa titik sepanjang trotoar tersebut. Sayangnya, hanya terdapat 3 tempat sampah yang belum tentu dapat menjamin para pejalan untuk membuang sampah pada tempatnya. Dan sayangnya lagi, ada beberapa tempat sampah yang telah hilang, menyisakan tempat bagi sampah organik saja atau anorganik saja, seperti foto dibawah ini.

Menurut pengamatan pribadi saya, masih terdapat beberapa hal penunjang yang seharusnya dapat lebih diperhatikan seperti pada gambar dibawah ini. Seharusnya terdapat pagar pemisah yang cukup tinggi antara trotoar dengan area samping yang cenderung turun kebawah sebab dapat membahayakan para pejalan saat lengah apalagi saat malam hari. Pot-pot tanaman yang dihadirkan untuk mempercantik trotoar dapat diperbanyak lagi agar dapat semakin menambah kesan “ramah lingkungan” dan lebih nyaman untuk dipandang.

Selain hal-hal diatas, diperlukan pula fasilitas penunjang lain bagi para pejalan kaki, misalnya saja zebra cross untuk menyeberang jalan. Saat ini tidak tersedia zebra cross di sepanjang jalan tersebut yang seharusnya perlu disediakan mengingat ketersediannya dapat semakin menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pejalanan kaki yang ingin melintas ataupun bersengaja ingin mengunjungi Taman Cikapundung dari seberang jalan.

Masih terdapat banyak hal yang perlu dibenahi agar para pejalan kaki semakin merasa nyaman, aman, serta semakin merasa “memiliki”. Diharapkan agar pengawasan dan perbaikan trotoar serta penambahan fasilitas penunjang dapat berlangsung secara berkelanjutan dan dilaksanakan secara rutin agar benar-benar dapat mewujudkan kenyamanan serta keamanan para pengguna sehingga semakin terwujud kota yang ramah lingkungan bagi para masyarakatnya.

“Streets and their sidewalks, the main public spaces of a city are its most vital organs” — Jane Jacobs

--

--