[Pekanbaru] Balada Cik Puan

Hamdi Alfansuri
Naladhipa Narasanjaya
4 min readJul 4, 2016
Suasana pasar Cik Puan di pagi hari. — Dokumentasi pribadi.

Masa-masa seperti ini, kebutuhan lebaran dan keperluan liburan membuat kita menjadi lebih manja, lebih sibuk memenuhi semua itu. Kemarin, ketika mencari dan menyimak setiap toko yang dilewati, tidak sengaja kita bertemu dengan bangunan lama yang dulu pernah menjadi bahasan serius.

Saya ingat, hampir dua tahun yang lalu kita pernah menghabiskan waktu keluar masuk, berkeliling sendirian dengan bermodal Nikon pinjaman. Mencari hal-hal yang sebenarnya masih terlalu abstrak. Kita pernah bercengkrama dengan beberapa orang disana mengenai kondisi dan harapan saat itu. Kita pernah memotret banyak realita-realita yang mungkin tidak dapat ditemukan di dalam kelas-kelas. Dan mungkin pada hari ini, ketika tulisan ini ditulis, semua itu masih sama, tidak jauh berbeda. Cikpuan namanya.

Pasar Cik Puan sebagai salah satu pasar tradisonal berada di jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru. Menurut data dari Dinas Pasar Kota Pekanbaru, Pasar Cik Puan telah berdiri sejak tahun 1970. Pasar Cik Puan termasuk pasar kelas A dengan luas ± 7.965 m2. Pasar Cik Puan sampai saat ini mampu menampung 570 pedagang yang menampati kios, 227 pedagang menempati los dan pedagang kaki lima berjumlah 150 pedagang dengan berbagai jenis komoditas.

Aktifitas di pasar Cik Puan dapat dikatakan ramai dan sibuk setiap pagi dan sore hari. Letaknya yang strategis berada ditengah-tengah beberapa pusat permukiman yang ada di Kota Pekanbaru. Selain itu ketersediaan banyak kebutuhan rumah tangga menjadikan pasar Cik Puan sebagai salah satu pasar yang paling diminati masyarakat. Pasar ini menyediakan mulai dari tekstil, emas, barang pecah belah, hingga daging dan sayur-sayuran.

Namun sangat disayangkan, luasan pasar belum sebanding dengan jumlah pedagang dan pengunjung yang berhilir mudik aktifitas. Pedagang memenuhi seluruh kawasan pasar hingga ke gerbang depan dan bahkan beberapa pedagang sayur membuka lapak di pinggir jalan Tuanku Tambusai akibat keterbatasan lahan. Hal ini akhirnya membawa dampak, terbatasnya lahan parkir sehingga memakan ruas jalan. Tentunya pada jam-jam sibuk pasar, seringkali terjadi kemacetan dan perlambatan arus lalu lintas di jalan sekitar pasar Cik Puan.

Tapi ya begitulah, namanya juga pasar.

Kondisi lantai 2 bangunan bekas pembangunan pasar baru yang tidak dilanjutkan. — Dokumentasi pribadi.

Tepat berada di samping Pasar Cik Puan, terdapat bangunan dua lantai yang masih berupa pondasi dan tiang-tiang. Bangunan tersebut berdiri di atas bekas lahan Terminal Mayang Terurai yang telah dipindahkan dan dibangun ulang. Kondisi bangunan itu saat ini, terdiri dari dua lantai dengan tiang-tiang pondasi, tanpa atap, dan di sekitarnya telah ditumbuhi rumput liar. Konon katanya, bangunan ini merupakan pembangunan Pasar Cik Puan baru sebagai upaya perluasan dan pengembangan pasar. Namun realitanya hingga tulisan ini ditulis, bangunan itu masih sama seperti beberapa tahun lalu dan terbengkalai.

Menurut pemberitaan sebuah harian kabar lokal terbitan 10 Mei 2012 yang lalu, berhentinya proses pembangunan karena kisruh kepemilikan aset lahan oleh pemerintah kota dan propinsi. Hingga akhirnya pembangunan diberhentikan dan belum dilanjutkan hingga saaat ini. Tentu hal ini sangat disayangkan, mengingat pembangunan pasar baru tersebut dapat membawa dampak baik bagi aktifitas Pasar Cik Puan dan lingkungan disekitarnya.

Memandang dari segi pemaksimalan penataan ruang dan nilai guna bangunan, dua tahun lalu saya dan beberapa orang teman pernah membahas dan merumuskan bagaimana agar bangunan yang terbengkalai ini dapat dimaksimalkan dan difungsikan dengan baik –memang saat itu ditujukan untuk mengikuti salah satu kompetisi di tingkat regional. Dalam rumusan itu kami mencoba menerapkan konsep Table Market dan pengalihan pasar ke bagian bangunan dan perluasan wilayah parkir.

Kami berfikir ketika pembangunan tersebut dapat dilanjutkan, akan banyak hal baik yang dapat diperoleh manfaatnya. Pengalihan pedagang ke bangunan berarti mengurangi penggunaan lahan pasar lama, sehingga sebagian lahan tersebut dapat dialihfungsikan menjadi lahan parkir. Bangunan yang telah memiliki tiang-tiang dan pondasi semen tentu juga akan mempermudah pemasangan jaringan listrik di kawasan pasar.

Memperhatikan kondisi bangunan saat ini, sederhananya –dari pandangan awam- untuk dapat difungsikan sebagai pasar hanya perlu membersihkan lokasi dan seluruh bagian bangunan. Selain itu memasang sekat pemisah antar kios-kios pedagang pada bagian tengah. Untuk bagian luar dapat difungsikan bagi pedagang daging, sayur dan sebagainya sehingga tidak membutuhkan dinding. Untuk lantai 2 pada bagian depannya dapat dipasang papan reklame sebagai pengganti dinding bangunan, tentu hal ini juga dapat menjadi tambahan pemasukan sebagai biaya pemeliharaan pasar.

Potret salah satu sudut Pasar Cik Puan — Dokumentasi Pribadi

Idealnya, bangunan ini dapat menjadi alternatif dari persoalan-persoalan yang terdapat di Pasar Cik Puan: keterbatasan lahan pasar, kurangnya lahan parkir, pengelolaan sistim jaringan listrik, dan pemaksimalan penataan ruang. Terlepas dari bagaimana konsep dan juga rancangan nantinya. Tentu diharapkan perhatian lebih dari pihak-pihak berwenang dan juga partisipasi aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan persoalan Pasar Cik Puan.

Membaca bahasan dua tahun lalu,

Hamdi Alfansuri

Bukittinggi, 4 Juli 2016

--

--