Sungai di Pemukiman Sangkrah
Pemukiman Sangkrah

Sangkrah, Pemukiman Berlatar Sungai

Dian Novita
Naladhipa Narasanjaya
4 min readJul 5, 2016

--

Pemukiman kumuh menjadi salah satu masalah yang ada di Indonesia maupun dinegara-negara belahan dunia lainnya . Pemukiman kumuh ini mewarnai beberapa wilayah di Indonesia khususnya di wilayah kota-kota besar Indonesia dengan penduduknya yang padat.

Pada umumnya pemukiman kumuh dapat mencakup tiga segi, yaitu, pertama, kondisi fisiknya. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah yang menumpuk dan belum dikelola dengan baik. Kedua, kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di permukiman tersebut. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di kawasan permukiman kumuh antara lain mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan perilaku yang apatis. Ketiga, dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilaku menyimpang, yang berdampak pada kehidupan keseluruhannya.

Kondisi jalan gang pemukiman

Penyebab banyaknya pemukiman kumuh salah satunya adalah ekonomi yang rendah di masyarakat penghuninya. Hal tersebut mempengaruhi kemampuan ekonomi mereka untuk membangun kawasan pemukiman yang layak bagi mereka. Dengan ekonomi yang rendah mereka hanya mampu dengan mendirikan bangunan yang rapat dengan kontruksi yang seadanya. Selain itu penyebabnya adalah sifat kurang peduli dari individu masing-masing. Kenapa? karena mereka membiarkan dirinya tinggal di pemukiman yang kumuh tanpa mereka berusaha untuk memperbaiki keadaanya. Faktor dari individu juga penting, karena semua faktor luar itu ada karena faktor dari individu masing-masing. Disini salah satu pemukiman kumuh yang ada adalah di Surakarta yaitu di Kampung Sangkrah, pemukiman ini termasuk pemukiman kumuh jika dilihat dari tiga cakupan diatas. Kampung Sangkrah yang letaknya dipinggir sungai ini yang membuatnya terlihat sangat kumuh. Sungai yang berada disamping kampung Sangkrah ini sangat dipenuhi dengan sampah. Karena letaknya yang lebih rendah dari Sungai Bengawan maka kiriman sampah dari sungai lain membuatnya menumpuk disungai itu. Ditambah saat musim penghujan datang sampah yang ada akan meluap dan akan menutupi kampung Sangkrah dan akan menambah kekumuhan kampung Sangkrah sendiri.

Sungai dengan sampah Pemukiman Sangkrah

Menurut data, kawasan permukiman kumuh di Kota Solo tahun ini masih seluas 357,45 hektare (Ha). Pemerintah baru bisa menata kawasan permukiman kumuh seluas 110 Ha dari total luas wilayah kumuh di Kota Bengawan yang mencapai 467,62 Ha.Dari luas wilayah Solo sekitar 4.406 Ha, sesuai dengan data kawasan kumuh yang masuk dalam SK Wali Kota Solo No. 032/97.C/1/2014 tanggal 12 Desember 2014 tentang Kawasan Permukiman Kumuh Kota Solo seluas 467,62 Ha. Sangkrah sendiri termasuk kampung yang kepadatan peduduknya tinggi. Menurut informasi yang didapat Kampung Sangkrah sendiri luasnya hanya 1200m2 terdapat 60 kepala keluarga (KK). Dia menuturkan juga hampir 60% warganya masuk dalam keadaan keluarga prasejahtera (di bawah sejahtera). Warganya kebanyakan bermata pencaharian sebagai buruh pabrik industri, buruh bangunan, padagang dan pengepul barang rongsokan. Kebanyakan penduduknya berdomisili di luar kota Surakarta dan juga ada yang merantau ke luar daerah.

Mayoritas lapangan pekerjaan penduduk daerah Sangkrah sendiri hanya pabrik buruh, pedagang dan pemulung. sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi di daerah Sangkrah sendiri dalam golongan kelas menengah ke bawah. Karena rendahnya ekonomi dan pendidikan di daerah Sangkrah, hal tersebut mampu menjadi dasar tindakan kriminalitas di daerah sendiri misal tindakan susila, perampokan dan masih banyak lagi.

Upaya untuk mengatasi pemukiman kumuh kampung Sangkrah dapat dilakukan dengan pembuatan rusunawa (rumah susun) di lahan yang masih kosong di Surakarta. Dengan pembangunan rusunawa maka kawasan kumuh yang ada di kampung Sangkrah mampu di rapikan dan tidak menganggu fungsi utama lahan sebelumnya. Selain itu pemerintah juga mampu memberikan fasilitas pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, pembuatan MCK, sanitasi, jalan lingkungan, revitalisasi kawasan kumuh tersebut menjadi kawasan lain seperti ruang terbuka hijau atau lainnya.

Sumber:
http://joglosemar.co/2015/02/hujan-senin-malam-sebabkan-permukiman-di-sangkrah-dan-gandekan-tergenang.html
http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=7422&catid=2&
http://kampungnesia.org/berita-sangkrahkampung-berlatar-sungai.html
http://m.solopos.com/2016/01/18/dinamika-kota-solo-duh-kawasan-kumuh-di-solo-masih-35745-ha-682164

--

--