Surat Rindu untuk Masa Lalu

Kepanjangan, tidak perlu dibaca.

thejindallae
Naladhipa Narasanjaya

--

source: pinterest

Tidak ada secangkir kopi atau teh yang biasa manusia lain jadikan kawan. Tidak ada kesunyian yang bisa mendukung keadaan semakin nyaman. Hanya ada ketikan dari dua tangan, hingar bingar orang rumah yang sedang menyaksikan pertandingan, rintikan hujan, dan lamunan yang membawaku pada sebuah perjalanan.

Perjalanan masa lalu yang membawa segenggam rindu.

Untuk itu, kutuliskan surat ini sebagai bentuk rindu yang ingin kusampaikan, semoga sampai ke kotak pos dalam lubuk hatimu yang terdalam.

Halo, selamat malam.

Ketika aku menulis ini, bulan sudah cukup terang, pertanda ini sudah mulai masuk waktu malam. Kamu apa kabar? terlihat baik, dan manis dalam pandanganku juga mungkin ditambah cantik dalam pandangan ibuku.

Hey gadis mungil, berhenti untuk menjaili adikmu dengan serakah tidak mau berbagi mainan, bermainlah dan habiskan waktumu bersamanya, kelak kamu akan tau hidup begitu menyebalkan dan hanya adikmu yang bisa kamu jadikan kawan untuk berbagi candaan apalagi tangisan. Tidak banyak yang ingin ku ucapkan pada bocah yang kira-kira berusia 6 tahun ini selain selamat bertumbuh besar, aku tunggu di masa yang akan datang.

Tambahan, berhentilah menahan matamu sampai tengah malam hanya untuk sekedar menyaksikan acara Akademi Fantasi di televisi, pergilah ke tempat tidurmu sayang, suatu saat kamu akan mengerti bahwa terlelap dalam mimpi indah adalah sebuah kenyamanan yang sering membuatku iri.

Huh, aku menghela nafas. Saat ini sedang menyaksikan gadis lainnya sendirian di rumah, penuh cemas, ingin ku sampaikan padanya bahwa ibunya baik-baik saja dan akan segera pulang. Itukan yang kamu khawatirkan?

Nah sekarang giliran anak ini yang ingin ku tuliskan sedikit paragraf yang tercantum di surat ini. Umurmu masih 12 tahun, tidak bisa disebut dewasa, tapi sudah bukan lagi anak-anak, ya anggaplah kamu seorang manusia yang mulai masuk tahap pubertas dalam keremajaan dan mulai mengerti tentang keras-atau-tidaknya sebuah kehidupan.

Persiapkan mentalmu dan contoh ibumu.

Tapi tidak usah sekarang, tenanglah sayang namun tetap siap siaga, untuk detik ini silahkan bermainlah dulu dengan teman-temanmu. Ciptakan masa kecil yang bahagia, yang ketika kamu mengingatnya kamu akan tersenyum.

Sama seperti aku yang sekarang sedang tersenyum menulis ini.

Hihihi.

Wow, gadis tidak tau diri baru saja berlalu di depanku. Halah dasar bocah tengil. Hey, kamu tidak sopan tau! Aku mengerti tahap remaja memang kadang membuat kita lupa diri tapi tidak seperti ini. Ck. Jika saja kamu tau kelak kamu akan banyak menyesali tindakanmu saat ini. Dasar, gadis bodoh.

Sudahlah! Aku juga tidak tau apa yang ingin aku katakan padamu karena nanti kamu akan tersadar dengan sendirinya tanpa ku beri tau, tanpa seorangpun beri tau.

Tapi sejujurnya, kamulah yang paling aku rindu. Karena kamu begitu bersemangat, optimis, meski kadang tidak tau diri ah, akan ku anggap itu pengaruh hormon, terbanglah sayang, terbang tinggi bersama sayap patahmu, kepakan itu meski aku tau kamu lelah, tapi aku juga tau kamu tidak mudah menyerah. Doaku menyertaimu agar kamu tetap seperti ini, agar kamu sampai pada langit yang ingin kamu tuju, yang kamu jadikan lahan untuk menebar mimpimu. Iya, doaku menyertaimu. Oh! dan semoga kamu sehat selalu. Boleh aku katakan amin sekarang?

Amin.

Ingin sekali aku memutar waktu agar rindu ini berhenti menggebu-gebu. Hm. Lucu.

Kalian bertiga begitu lucu. Kalian bertiga adalah sosok yang mungkin paling aku rindukan, apalagi yang terakhir aku ceritakan. Kalian bahagia dengan cara kalian sendiri, kalian adalah sosok yang tidak peduli dengan kata “realistis” karena kalian tau realistis memiliki dinding yang tipis dengan rasa pesimis, walau kadang kelakuan kalian menyebalkan tapi kalian cukup berani, apalah aku yang pengecut ini, meletakan mimpi setinggi langit saja aku bergidik ngeri! Kalah aku dengan kalian. Menatap hidup saja aku menunduk malu dan ragu. Mendongak melihat langit saja aku menutup mata, takut! Banyak harapan di langit sana! Terlalu tinggi! Aku takut terbang tinggi, takut jatuh, itu akan sakit sekali.

Halah, pecundang aku memang.

Tapi sayang, kalian sudah mati.

Kalian mati bersama sebuah ambisi yang entah kemana sulit untuk aku cari. Kalian mati dalam sebuah wujud yang katanya muara segala perasaan terkumpul, hati. Manusia tidak lagi seperti manusia tanpa hati. Manusia yang hanya peduli pada dirinya sendiri bukan lagi seorang manusia, manusia yang berhenti untuk bersembunyi dalam sebuah motivasi karena menganggap itu hanyalah sugesti tidak pantas disebut manusia. Haha. Bodoh, padahal itu yang bisa membuatnya berdiri sampai detik ini. Masih pantas dia kalian sebut manusia?

Masih pantas aku kalian sebut manusia?

Aku bukan manusia, aku hanya sebuah entitas yang dilabeli nama ‘manusia’.

Untuk itu, aku ingin menghidupkan kalian kembali

tapi, jangan seperti aku sayang-sayangku.

Jadilah yang lebih baik dari ini.

Juga lebih bersyukur terhadap apa yang sudah kalian lalui.

Dan jangan menangis saat membaca ini! Cukup aku yang menangis saat menulis surat rindu ini.

Ketika kalian menemukan cara agar tidak berakhir sama sepertiku, mungkin aku akan berhenti hidup seperti ini dan bisa kembali berbahagia bersama kalian.

Aku berharap banyak pada kalian.

Cukup sekian suratku ini, semoga dengan ditulisnya surat ini kalian bisa mengerti sayangku, karena jika kalian mengerti dan jadi lebih berani, aku juga akan menatap dunia lebih berani.

Ketika aku, dan kalian berhasil melewati ini, akan kutuliskan lagi sepucuk surat, surat berisi harapan akan masa depan.

Salam sayang,

Elmira yang sedang menulis surat rindu dan petuah untuk dirinya di masa lalu.

Jika ada yang baca ini sampai akhir, aku akan sangat berterimakasih. Kali ini aku ingin lebih memberanikan diri untuk mengekspresikan diri hehe. Ayo keluar dari zona nyaman!

--

--