Menutup Kali dengan Kain: Malas atau Berdasar?

Nada Hilwa Thufaila
Planologi ITB 2017
Published in
5 min readJul 30, 2018

Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan di Indonesia sebentar lagi akan tiba. Namun, dibalik sorak-sorai kemeriahannya, muncul satu masalah baru yang menarik perhatian masyarakat Indonesia yang pada musim ini menjadi tuan rumah: Kali Sentiong atau Kali Item yang letaknya berada persis di samping Wisma Atlet Kemayoran, tempat para atlet-atlet yang akan bertanding di Asian Games nanti menginap, menebarkan bau menyengat. Dan bau tersebut tercium sampai ke lingkungan Wisma Atlet.

Lalu apa yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut?

Ya, menutupinya dengan kain berwarna hitam.

Sekilas mungkin terdengar aneh. Bukannya dibersihkan, malah ditutup dengan kain?

Keheranan akan keputusan yang diambil pemerintah untuk menutup kali dengan kain beratus-ratus meter itu memancing kritik dari berbagai kalangan, terutama warga Jakarta itu sendiri. Mayoritas warga menilai langkah yang dilakukan pemerintah ini terkesan terburu-buru. Mereka berpikir jika hal ini dilakukan karena pelaksanaan Asian Games 2018 sudah sangat dekat dan waktu untuk membersihkan kali sudah tidak ada lagi, sehingga pemerintah mengambil tindakan lain yang lebih “cepat”. Dari sini kemudian muncul omongan-omongan lain seperti pembersihan kali yang memang tidak pernah dilakukan rutin padahal masalahnya sudah menahun, pemerintah yang kinerjanya dirasa kurang maksimal, dan lain sebagainya.

Salah seorang pakar tata air dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, benar-benar mempertanyakan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut. Menurutnya, tindakan menutup kali dengan kain sebenarnya sangat berbahaya karena bisa memicu ledakan yang disebabkan oleh gas metana dari dalam Kali Item. Ia juga menyebutkan bahwa selama 37 tahun berkutat di bidang tata air, baru kali ini ia melihat kebijakan seperti ini.

“Sekarang saya nggak tahu apakah panik waktunya (Asian Games) mepet. Saya sudah 37 tahun malang melintang di dunia air, baru mendengar ada orang nutup kali,” Ujar Firdaus, seperti dikutip dari Tribun News.

Namun, ternyata apa yang dilakukan pemerintah ini tidak sepenuhnya tanpa alasan. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyebutkan bahwa pemberian kain penutup itu dilakukan untuk mengurangi evaporasi. Ia juga mengaku bahwa ide kain penutup untuk mengurangi penguapan saat terkena panas matahari ini muncul setelah berdiskusi dengan beberapa pakar.

Anies juga menekankan bahwa penutupan kain jaring berwarna hitam di Kali Item ini tidak hanya dilakukan semata-mata untuk menutupi warna kali yang hitam, tetapi lebih banyak untuk mengurangi aroma yang dihasilkan. Hal ini pun akan berlangsung hingga Asian Games berakhir, dan selanjutnya kali tersebut akan disterilisasi supaya tak lagi berwarna pekat dan penuh polusi.

Penelitian-penelitian mengenai pengaruh penutupan air sungai menggunakan kain hitam juga ternyata sudah pernah dilakukan beberapa kali sebelumnya. Kristine Hunter, seorang Water Quality Scientist dari Australia, pernah membuat jurnal mengenai manfaat dari penggunaan kain untuk menutup tempat penyimpanan air. Sebuah tim bernama Urban Water Security Research Alliance (UWSRA) dari Australia juga pernah melakukan penelitian mengenai pengurangan evaporasi dengan digunakannya kain penutup. Hasil dari kedua penelitian itu sama-sama menyebutkan bahwa dengan ditutup kain berwarna hitam, energi panas akan lebih mudah terserap kain, sehingga energi panas yang sampai ke air hanya sebagian, dan uap air yang dihasilkan pun lebih sedikit. Uap air tersebut juga tidak bisa langsung naik ke atas karena adanya kain penutup yang menangkap sebagian uap. Akibatnya, uap yang lepas ke udara pun akan semakin sedikit sehingga akan menggurangi aroma tak sedap yang diciptakan.

Hasil penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa kebijakan Pemprov DKI Jakarta tersebut tidak sepenuhnya salah. Terlebih, di bawah kain hitam itu pun, kali tetap dibersihkan dan tidak dibiarkan begitu saja.

Memang tidak semua kebijakan yang diciptakan bersifat sempurna. Namun, dari kasus ini ada beberapa hal yang bisa kita catat.

Sebagai masyarakat, seharusnya kita tidak asal menelan bulan-bulat apapun yang disampaikan di media. Banyak media yang hanya menunjukkan satu perspektif, dan malah menggiring opini dari satu sisi. Dalam menerima informasi, kita harus mencari tahu faktanya terlebih dahulu dan jangan hanya melihat dari satu sudut pandang. Selain itu, tingkat kepedulian kita sebagai masyarakat juga harus ditingkatkan. Beberapa warga yang bertempat tinggal di daerah dekat Kali Item menyebutkan bahwa bau dari kali tersebut memang sudah ada sejak lama, bahkan mereka sudah terbiasa. Karena sudah terbiasa, mereka jadi tidak peduli dan tidak berkeinginan untuk setidaknya mengurangi polusi disana, seperti dengan berhenti membuang sampah ke sungai, atau lain sebagainya.

Pemerintah pun akan lebih baik lagi apabila lebih mentransparansikan apa yang mereka lakukan, penjelasan yang diberikan pun seharusnya lebih jelas. Dengan menyebutkan bahwa “kain hitam digunakan untuk mengurangi bau” tidak akan membuat orang-orang berpikir bahwa hal itu dilakukan untuk mengurangi evaporasi. Kebanyakan pasti hanya akan memahaminya sebagai tameng untuk “menahan” bau. Mayoritas orang juga tidak mengetahui bahwa di bawah kain penutup hitam itu, pembersihan tetap dilakukan.

Masyarakat dan pemerintah harus bisa bekerja sama dalam menanggulangi masalah-masalah yang ada, untuk saat ini masalah Kali Item adalah salah satunya, dan juga untuk hal-hal lainnya yang mungkin akan terjadi di masa depan. Dengan memperbaiki hal-hal di atas, kesalahpahaman antara warga dan pemerintah diharapkan tidak akan terulang lagi kedepannya.

--

--