Bagaimana Society 4.0 Memengaruhi Data Pribadi Kita

Yoel Mamahit
3 min readAug 7, 2020

--

Syarat dan Ketentuan

Suatu sore, seorang remaja, sebut saja Jean-Luc, sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya. Ia bercerita tentang keinginannya untuk membeli sebuah sepatu Ad*das keluaran terbaru. Ketika Jean-Luc pulang ke rumah, ia langsung membuka Instagram-nya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat iklan sepatu yang persis seperti yang baru saja dibicarakannya tadi sore.

Familier dengan kejadian tersebut? Selamat datang pada Society 4.0, sebuah revolusi sosial yang sedang terjadi sekarang ini. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang, kita memasuki era ketika hampir semua hal didigitalisasi dengan teknologi yang berbasis internet dan komputer. Peradaban manusia kembali mengalami pergeseran seperti yang sudah dialami sebelumnya dalam Revolusi Agrikultur (10.000 SM), Revolusi Industri (1760–1960), dan Revolusi Digital (1960–2008). Smart agriculture, quantum computing, big data, artificial intelligence, Internet of Things, cryptocurrency, dan sebagainya adalah contoh-contoh perubahan dalam peradaban manusia pada Society 4.0 ini.

Kini, hampir seluruh data dan informasi sudah berbasis digital dan mudah diakses oleh siapa saja. Hal tersebut membuat segala sesuatunya menjadi lebih transparan, baik dalam hal pemerintahan, maupun dalam hal privasi pribadi sekalipun.

Masing-masing dari kita tentunya pernah mengetik sebuah hal dalam kolom pencarian Google, memberikan data-data pribadi kita ketika mendaftarkan diri kita ke sebuah akun sosial media, dan membeli sebuah barang melalui sebuah toko online. Sadar atau tidak, data atau informasi yang kita berikan tersebut dapat diolah lebih lanjut oleh institusi-institusi yang mengumpulkan data-data kita.

Apakah hal tersebut legal? Jawabannya, Ya, asal dengan persetujuan kita sebagai konsumen. Pertanyaannya, apakah kita pernah membaca syarat-dan-ketentuan yang diberikan setiap kali kita mengunduh sebuah aplikasi atau memasuki sebuah situs? Banyak dari syarat-dan-ketentuan tersebut meminta izin untuk melakukan apapun yang mereka inginkan dengan data kita dan herannya, kita pun “mengizinkannya”.

Kita berada dalam sebuah dunia digital yang membuat hampir sebagian besar dari hidup kita bisa dilihat secara digital dan inilah yang disebut dengan “big data”. Respon yang diberikan masyarakat pun berbeda-beda. Beberapa bersikap tidak peduli dan menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang mempengaruhi hidup mereka; beberapa merasa ketakutan dan terintimidasi karena seakan-akan hidup mereka diikuti oleh orang tidak dikenal; dan bahkan beberapa orang lainnya merasa hal tersebut menguntungkan bagi mereka seperti misalnya Jean-Luc yang ternyata senang dengan iklan yang didapatkannya sehingga ia pun langsung bisa memesan sepatu tersebut.

“Information is the oil of the 21st century, and analytics is the combustion engine.” — Peter Sondergaard

Perusahaan seperti Facebook dan Google telah meraup milyaran dollar dari pengolahan data tersebut. Peter Sondergaard, Kepala Penelitian dari Gartner Inc., bahkan menyamakan nilai data dengan minyak. Hal tersebut membuktikan bahwa data pribadi kita memang sangat berharga karena bisa memberikan informasi mengenai identitas, perilaku, minat, sikap, opini, dan gaya hidup.

Society 4.0 telah mengubah pandangan manusia dengan menjadikan data pribadi sebagai sebuah aset yang berharga. Big data mampu mendatangkan perubahan dalam kehidupan kita seperti inovasi baru dalam sebuah produk atau jasa, menganalisis tren yang sedang terjadi di masyarakat, dan bahkan, contoh ekstremnya, bisa memengaruhi pandangan seseorang kepada seorang calon dalam pemilu seperti yang dilakukan Cambridge Analytica pada pemilu di Amerika Serikat tahun 2016 lalu. Berbagai peraturan hukum untuk melindungi data pribadi dari penyalahgunaan seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa dan RUU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia mulai dirancang dan diterapkan dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam Society 4.0 tersebut.

Dalam kehidupan yang serba melibatkan internet, sosial media, dan berbagai macam aplikasi lainnya untuk tetap up-to-date dengan berbagai hal di sekitar kita, rasanya pemanfaatan data pribadi (sekecil apapun bentuknya) sulit untuk dihindari karena terdapat collective consciousness di dalamnya. Namun, tetap menjadi tanggung jawab kita masing-masing untuk terus memantau data pribadi kita, minimal dengan membaca syarat-dan-ketentuan dahulu sebelum mencentang kotak kosong kecil di bagian bawah layar.

Oleh : Mikhael Yoel William Mamahit
NIM : 15419017
Kelompok : 4

sumber:
https://medium.com/society4/evolution-of-societies-93a5f0f9b31 (diakses pada 7 Agustus 2020)

https://medium.com/society4/society4-f078444b5306 (diakses pada 7 Agustus 2020)

https://medium.com/society4/are-you-eligible-for-society-4-0-citizenship-96913fba75cf (diakses pada 7 Agustus 2020)

https://www.idntimes.com/science/discovery/steven-gerrard/peradaban-society-1-5-exp-c1c2/5 (diakses pada 7 Agustus 2020)

https://medium.com/project-2030/what-is-a-personal-data-exchange-256bcd5bf447 (diakses pada 7 Agustus 2020)

Who owns your data? (Hint: It’s not you) https://www.youtube.com/watch?v=y1txYjoSQQc&feature=youtu.be (diakses pada 7 Agustus 2020)

Emang Seberapa Penting Sih Melindungi Data Pribadi Kita? oleh Asusmsi Bersuara https://open.spotify.com/episode/0WFVxC8Ljqu2e6lmAGwMgU?si=oNFzUpwtSfaJDJG8meFqAw (diakses pada 7 Agustus 2020)

--

--