Individualisme di Era Society 4.0

auliya
Planologi ITB 2019
Published in
3 min readAug 7, 2020

Tidak banyak orang yang tahu bahwa, kini kita telah menginjakan kaki di era society 4.0. Sebagai makhluk yang dinamis, manusia tentu terus berevolusi seiring perkembangan zaman. Society 4.0 merupakan salah satu bukti perkembangan peradaban manusia. Setelah sebelumnya manusia telah melewati beberapa peradaban seperti, society 1.0 yang menandakan manusia telah mengalami revolusi kognitif karena mereka mampu membangun peradaban dan kelompok masyarakat. Society 2.0 manusia mulai menggunakan media tanah untuk bercocok tanam, peradaban ini kerap disebut sebagai revolusi agrikultur. Pada society 3.0 munculah revolusi industri di inggris pada abad ke-18. Lalu apa yang terjadi pada society 4.0?

Pernahkah kalian merasa menerima informasi dengan begitu cepat, merasa mudah untuk menghubungi kerabat jauh, dan merasa hampir seluruh kebutuhan tersedia di gawai? Jika merasa, maka kalian berada di era society 4.0. Society 4.0 merupakan era yang banyak mengubah segala sesuatu yang berbentuk fisik menjadi digital yang dapat diakses kapan saja. Selain itu, informasi dapat diterima dengan cepat tanpa mengenal jarak. Singkatnya, society 4.0 adalah era perkembangan peradaban di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, pernahkah kalian mendengar istilah mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat dalam teknologi?

gambar 1: sekumpulan orang sibuk bermain gadget. sumber: google

Seiring berkembangnya teknologi di era society 4.0, semakin banyak cara untuk tetap terhubung dengan kerabat yang jauh. Dengan berkembangnya teknologi, tentu mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan siapa saja tanpa kenal waktu. Namun, kondisi ini kadang membuat kepekaan kita akan lingkungan sekitar menurun. Misalnya, ketika sedang berkumpul bersama keluarga atau teman, terkadang kita lebih fokus kepada gawai yang kita pegang daripada bercengkrama dengan keluarga atau teman kita. Dengan perlahan, hal ini dapat menjadikan kita orang yang individualis dan terkesan tidak peduli dengan apa yang terjadi disekitar.

Dari hasil penelitian Geert Hofstede seorang sosiolog yang meneliti tentang individualisme-kolektivisme di berbagai negara, mengklaim bahwa Indonesia berada di posisi 68 sebagai negara individualis. Hal ini tentu harus menjadi perhatian agar angka tersebut tidak terus meningkat. Sikap individualis di era society 4.0 tentu memberi banyak dampak negatif. Diantaranya, dapat meningkatkan egoisme di diri masing-masing sehingga rasa solidaritas antar sesama semakin menurun. Selain itu, di zaman yang semakin modern, kita diharuskan untuk selalu melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Dengan sifat yang individualis, seseorang akan merasa sulit untuk melakukan interaksi sosial, sehingga dapat mengakibatkan seseorang menjadi penyendiri dan cenderung bersikap apatis.

Sangat disayangkan, jika teknologi yang seharusnya memberi dampak yang baik di bidang komunikasi, justru membuat seseorang bersikap individualis dan apatis terhadap lingkungan sekitar. Dalam kondisi yang seperti ini, diperlukan sikap collective consciousness atau kesadaran kolektif terhadap dampak negatif penggunaan teknologi yang berlebihan agar sikap individualis dapat teratasi. Setelah sadar akan dampak individualis yang ditimbulkan oleh teknologi di era society 4.0, sudah saatnya manusia khususnya warga Indonesia lebih peka, salah satunya dengan mencoba mencari solusi untuk mengatasi sikap individualis yang diakibatkan oleh teknologi tentunya dengan melakukan research tentang permasalahannya terlebih dahulu atau yang biasa disebut sebagai collective wisdom. Setelah itu, manusia mulai mencari strategi untuk menyampaikan gagasan kita terkait bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi di era society 4.0, hal ini disebut sebagai co-creation. Setelah merumuskan strategi yang tepat, maka waktunya untuk melaksanakan strategi tersebut untuk membawa perubahan atau kerap disebut collective action.

Terkait collective action, ternyata, artikel jpnn.com mengatakan bahwa OBH Combi telah mengadakan kampanye LOVERMULA untuk mengajak masyarakat kembali membudayakan komunikasi dan interaksi sosial yang kini mulai luntur. Dengan adanya kampanye dari OBH Combi, membuktikan bahwa siapapun dapat menjadi pelopor untuk memberi dampak positif bagi masyarakat.

Sudah saatnya kita menyambut era society 4.0 dengan mempersiapkan diri dari berbagai dampak yang tidak diinginkan, seperti sikap individualis yang timbul akibat terus menerus menggunakan teknologi. Dan sudah seharusnya kita sebagai manusia, lebih peka dan terus meningkatkan interaksi sosial agar tetap menjadi manusia yang selalu peduli sekitar.

sumber:

https://www.jpnn.com/news/gadget-mendekatkan-kepada-individualisme

https://core.ac.uk/download/pdf/291850961.pdf

dari https://www.ukessays.com/essays/technology/negative-effects-of-technology-on-society.php

https://www.youtube.com/watch?v=Roa9lQ2RAK0

--

--