Lika Liku Pembelajaran Daring di Kota Pelajar

Yacinta Mutiara
3 min readAug 5, 2020

--

Rabu, 5 Agustus 2020

Kota pendidikan. Begitulah sebutan untuk kota Yogyakarta. Pendidikan menjadi suatu hal krusial di kota ini. Tidak heran jika kota ini memiliki kualitas pendidikan di atas rata-rata kualitas pendidikan di Indonesia.

Pada situasi Covid-19 kali ini, kota ini diuji untuk tetap bisa menuntut ilmu tanpa tatap muka secara langsung. Penggunaan gadget yang awalnya dilarang pada saat pembelajaran di kelas, sekarang menjadi salah satu kemampuan utama yang harus dimiliki. Gadget mengambil peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

Sayangnya, belum semua orang di kota ini mengetahui cara mengoptimalisasi penggunaan gadget terutama bagi kalangan pelajar Sekolah Dasar (SD) dan sekolah menengah. Bahkan masih banyak orang di kota ini yang kesulitan dalam hal mengakses internet. Baik dalam keterbatasan jaringan maupun keterbatasan perangkat elektronik.

Hal tersebut berdampak besar dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Kota Yogyakarta.

Pertama, guru yang mengampu mata pelajaran lebih sulit memantau aktivitas pembelajaran peserta didik. Pembelajaran di rumah dengan berbagai latar belakang tidak dapat dijamin kekondusifannya. Ada orang tua yang kadang menyuruh anaknya melakukan sesuatu saat seharusnya kelas online. Ada pula siswa yang menggunakan gawainya untuk membuka hal lainnya yang tidak berkaitan dengan pelajaran. Masih banyak gangguan lain selain contoh tersebut yang dapat membuat tidak efektifnya pelaksanaan pembelajaran daring.

Kedua, para siswa tidak mampu mengakses materi pembelajaran secara penuh karena keterbatasan pengadaan kuota. Tidak dapat dipungkiri, PJJ membutuhkan banyak sekali kuota demi mendapatkan penjelasan guru.

Ketiga, para siswa yang tidak memiliki perangkat elektronik untuk mengakses internet terpaksa harus belajar secara mandiri. Meskipun online, sekolah tetap memberikan pinjaman buku seperti pada tahun ajaran biasanya. Mereka dapat belajar melalui buku bacaan yang dipinjam dari sekolah yang bersangkutan. Namun, tetap saja mereka harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

“Yose bertutur, sudah sejak awal pandemi COVID-19 dirinya bersama ketiga temannya itu datang ke sekolah, setidaknya dua kali dalam sepekan, untuk mengambil maupun mengumpulkan materi pelajaran.” — suarajogja.id (22 Juli 2020).

Solusinya, guru menerapkan berbagai kebijakan untuk meminimalisir hal tersebut. Penerapan kebijakan tersebut, di antaranya, apabila tidak menyalakan kamera maka dianggap tidak menghadiri kelas, batas pengumpulan setiap tugas yang ada dengan konfirmasi apabila ada kendala, melakukan absen menggunakan google form agar terpantau jam kedatangannya, dan sebagainya.

Pemerintah juga telah melakukan kebijakan subsidi kuota bagi peserta didik dan pengajar. Pemerintah melakukan pendataan nomor kartu yang digunakan peserta didik dan pengajar untuk mengakses internet guna memudahkan pemberian subsidi kuota. Subsidi kuota ini berasal dari menggeser alokasi dana Biaya Operasional Sekolah (BOS).

Penggeseran pengalokasian dana BOS untuk subsidi kuota bagi para pelajar memerlukan waktu dalam prosesnya. Pemerintah juga berhati-hati dalam memberikan bantuan agar tidak salah sasaran.

“Bila anggarannya cukup dan memungkinkan akan kita berikan pada seluruh siswa, tetapi bila tidak akan kita skala prioritas untuk siswa yang betul betul membutuhkan terutama dari pemegang SKTM atau KMS,” ujar Rudy ketika dihubungi Harianjogja.com pada Senin (13/4/2020). — Harianjogja.com(13 April 2020)

“Masalah lain yang muncul adalah ketersediaan kuota dari setiap siswa yang mengikuti pelajaran secara daring tersebut. Kendati begitu, Isdarmoko mengatakan, pihak Dikpora Bantul sudah memperbolehkan setiap sekolah mengambil alokasi dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk biaya pembelian kuota bagi setiap siswanya.” — suarajogja.id (15 Juli 2020)

Sebagai solusi pengerjaan tugas, peserta didik diberi keleluasaan untuk mengambil dan mengumpulkannya secara langsung ke sekolah yang bersangkutan.

Berbagai hal terus dilakukan demi menjaga kualitas pendidikan di kota ini. Jangan sampai pandemi menghambat ketersampaian ilmu. Sebaliknya, belajar dari keadaan ini, seluruh masyarakat diajak untuk bijak dalam mengakses internet demi kemanfaatan. Selain itu, masyarakat menjadi harus lebih canggih dalam menggunakan teknologi yang ada, mengikuti arus perkembangan jaman demi tercapainya Indonesia yang lebih maju.

Sumber :

--

--

Yacinta Mutiara

Orang kecil bermimpi besar, bercita-cita hidup di dunia aman damai sejahtera