Pandemi Semakin Tak Berarti

D untuk Dakar, E untuk Edukasi, F untuk Falsafah

Sultan Pandiangan
3 min readAug 28, 2020

Pandemi sudah genap 8 bulan lamanya, tetapi sifat keras kepala tak hilang bersamanya.

Adaptasi Kebiasaan Baru di Jakarta, foto oleh Media Indonesia

Sudah delapan bulan, waktu yang tak sebentar, manusia terbiasa dengan adanya kehidupan baru. Makin lama, orang makin keras kepala. Bukannya semakin mawas diri dengan realita yang ada, malah tak tahu diri seakan realita tak nyata adanya.

Memang waktu yang tak menentu ini membuat kehidupan mau tak mau harus dimulai kembali. Masa-masa karantina sudah lewat, tergantikan dengan masa new normal atau bahasa lokalnya, adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Dengan dimulainya AKB ini, roda ekonomi mulai berjalan kembali. Akan tetapi, bahaya tak diragukan lagi semakin ganas tak terkendali. Manusia Indonesia (selanjutnya disebut orang-orang atau orang saja) yang terkenal akan keegoisannya makin menjadi-jadi.

Kasus Covid kian hari bertambah signifikan, yang tentunya bukan berita baik yang harus disyukuri. Wilayah Asia Tenggara menjadi penyumbang terbesar kasus Covid ini, terutama Indonesia pastinya.

Data Jumlah Kenaikan Covid-19 di Indonesia, data oleh Google

Terlihat dari data, terjadi 2.306 jumlah kasus Covid baru pada tanggal 26 Agustus. Hal ini tentu saja menjadi cerminan dari keegoisan orang-orang yang tak peduli akan pentingnya protokol kesehatan. Padahal, hanya menggunakan masker dan menghindari kontak fisik saja sudah menjaga diri dari ancaman yang ada.

Tahu gini jadinya, seharusnya masa karantina diperlama saja waktunya.

Yah, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur, nikmati saja-lah bubur yang ada.

Kesadaran akan pentingnya menjaga diri dan mengikuti protokol kesehatan yang ada, dirasa masih kurang. Oleh karena itu diperlukan edukasi yang layak, bermanfaat, dan tak membosankan untuk meminimalisir terjadinya kasus Covid baru.

Kurasa, edukasi melalui tulisan dan pembicaraan tak diperhatikan oleh orang-orang. Diperlukan media lain dalam penyampaian pentingnya untuk menjaga protokol kesehatan.

Mungkin cara tulisan dan pembicaraan dirasa salah cara, sehingga orang-orang tidak menerima dan paham akan hal yang ingin disampaikan. Orang-orang lebih sering menggunakan media TV dan cara penyampaian lewat video dirasa lebih menarik perhatian masyarakat.

Salah satu contoh media penyebaran informasi yang sedang menjadi tren adalah webinar.

Melakukan sosialisasi sosial dengan cara penyampaian dan penjabaran data yang lebih realistis agar masyarakat lebih mengetahui seberapa besar bahayanya virus covid. -Ismi, 19 tahun.

Tindakan preventif lainnya bisa juga menggunakan alat makan/keperluan milik pribadi, agar terjaga kesehatan dan kebersihannya.

Penyakit yang disebabkan Corona sudah tak terhitung jumlahnya, semakin banyak dan terus bertambah. Namun bukan berarti perjuangan telah terhenti. Boleh saja kita tumbang ratusan kali, tetapi kita harus bangkit ribuan kali. Seburuk apapun permaslahan pasti ada kebaikan yang dapat dipetik, tetaplah jadi orang yang berada pada jalur yang benar dengan memperhatikan kesehatan. Sebab, dengan berada pada jalur yang benar orang-orang akan mulai mengikuti meskipun hal yang dilakukan sekadar memakai masker saja.

Tetap jaga jarak,

jaga kesehatan,

dan jauhi keramaian.

--

--