Pembelajaran Jarak Jauh dan Society 4.0

Alfarel Ridwan Syaifullah
Planologi ITB 2019
Published in
2 min readAug 7, 2020

--

Sumber foto: Daniel Castro Maia

Sebagai makhluk sosial, tentu manusia membutuhkan interaksi dan bantuan dari satu sama lain. Namun, pandemi yang terjadi akhir-akhir ini menyebabkan hampir semua orang terpaksa mendekam di kediamannya masing-masing. Hal tersebut tentu mengganggu interaksi antar manusia yang biasanya terjadi secara tatap muka langsung, menjadi dibatasi oleh layar dan jaringan.

Tidak terkecuali interaksi dalam mengenyam pendidikan, metode pengajaran secara daring menjadi pilihan utama di masa pandemi ini. Untuk pertama kalinya, manusia menyadari seberapa bergantungnya mereka pada teknologi dan digitalisasi. Lantas, apakah fenomena ini akan terus berlanjut?

Society 4.0 adalah sebuah istilah yang lahir akibat revolusi industri yang ketiga hadir di peradaban manusia. Penggunaan komputer dan berbagai mesin pintar lainnya untuk saling berbagi informasi adalah ciri utama dari fenomena ini. Maka dapat disimpulkan, pembelajaran jarak jauh yang ada di masa pandemi tahun ini adalah salah satu bentuk nyata dari keberadaan society 4.0.

Namun, keberlangsungan hal itu dapat menjadi bukti bahwa sudah sepatutnya hubungan manusia dengan teknologi dicari titik tengahnya. Banyak hal krusial yang tidak dapat digantikan oleh teknologi, salah satunya dalam penyampaian informasi dari guru ke muridnya, atau dosen ke mahasiswanya. Keberadaan internet dan teknologi informasi lainnya telah sangat membantu dalam proses pertukaran informasi tersebut selama pandemi, tetapi hal tersebut tidak dapat terus berlanjut. Kuantitas dan kualitas pelajaran yang diberikan secara tatap muka sangat jauh lebih baik dibandingkan dengan cara daring. Selain itu, ada pembelajaran praktek untuk bidang keilmuan tertentu juga tidak dapat dilakukan secara daring.

Konsep yang diusung dari ide society 4.0 adalah bagaimana manusia bisa berdamai antara hubungan mereka dengan teknologi. Teknologi hadir sebagai pembantu, bukan sebagai solusi utama atau bahkan ancaman. Manusia harus dapat menentukan dengan jelas batasan-batasan sampai mana mereka dapat bergantung pada teknologi, dan mana yang tetap harus dilakukan secara konvensional. Apabila hal tersebut telah tercapai, maka peradaban moderen yang selalu diusung-usung dalam cerita fiksi ilmiah mungkin saja dapat menjadi kenyataan di beberapa tahun ke depan.

Sumber:

W/N: Tulisan ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan tugas MPAM 2020. Apabila terdapat kesalahan di dalamnya, itu murni datang dari penulis. Kritik dan saran sangat diterima agar dapat menulis artikel yang lebih baik lagi ke depannya.

--

--

Alfarel Ridwan Syaifullah
Planologi ITB 2019

A part-time aspiring writer and a full-time urban development and public policy enthusiast.