Tentang Eksistensi

Yesaya given
Planologi ITB 2019
Published in
2 min readAug 7, 2020

Jika membahas tentang kehidupan masa kini, seringkali mendengar tentang istilah industry 4.0 atau Society 4.0. Namun mungkin istilah Society 4.0 masih jarang diketahui oleh telinga masyarakat. Society 4.0 ini dikenal dengan era informasi, yang bila diartikan yaitu sebagai sebuah era yang tidak lagi mengenal kata waktu dan jarak. Society 4.0 sudah memasuki era digital dimana semua data dan informasi yang masih berbasis fisik kini sudah berubah menjadi digital. Semua tingkat masyarakat berkompetisi untuk mendigitalkan semua usaha dan pekerjaannya di internet.

Untuk sektor usaha dan pekerjaan, perubahan menjadi digital pasti sangat terlihat menguntungkan dan berorientasi ke masa depan. Namun, satu sektor atau aspek lain yang terpengaruh yaitu aspek sosial. Kehidupan sosial setiap insan berubah dari pertemuan fisik menjadi pertemuan digital. Dalam kasus ini, masih dipertanyakan, menjadi sebuah perubahan yang menguntungkan atau merugikan?

Yang dibahas disini lebih mengarah pada eksistensi dari tiap pribadi manusia, baik diri sendiri, maupun orang sekeliling kita. Society 4.0 (era digital) berhasil memunculkan sebuah pertanyaan yang sulit dijawab. Apakah seseorang akan lebih diakui kehadiran/eksistensinya di dunia nyata atau dunia digital? Akankah pertemuan antara mata dengan layar perangkat digital menjadi lebih baik dari pertemuan mata dengan mata? Sebelumnya, coba tarik kembali ke awal mula peradaban manusia, yaitu saat manusia hadir dengan kodratnya sebagai makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri. Saya sendiri masih berusaha mendefinisikan arti perubahan era ini.

Mungkin saja, bersosial lewat media elektronik menjadi pengertian baru dari istilah makhluk sosial ini.

Ambil contoh nyata, ketika seseorang menilai orang hidup bersosial adalah dengan melihat kehidupannya di dunia maya. perilaku ini sudah menjadi sebuah kebiasaan yang hadir dari perubahan era Society 4.0.

Dari semua pro kontra yang ada, entah baik atau buruknya yang akan dipandang, tetaplah menjadi makhluk sosial, dengan segala cara yang ada, baik cara lama ataupun baru, cara fisik ataupun digital. Karena tak bisa dipungkiri, kita, manusia, hanya bisa bertahan hidup jika hidup berdampingan.

Manusia tidak terpisahkan dengan kata emosi. Tanpanya, hanya akan meringkuk tunduk membisu di sudut ruang, karena emosi yang terkekang dan sosial yang kurang.

Oleh : Yesaya Given Setiawan
NIM : 15419074
Kelompok : 1

Referensi :

Steve. (2019).Mengenal Perkembangan Peradaban Society 1.0 Hingga Society 5.0. Jakarta:idntimes.com
https://www.idntimes.com/science/discovery/steven-gerrard/peradaban-society-1-5-exp-c1c2/5

--

--