Jawa Barat Outlook 2020: Masa Depan Jawa Barat dalam Kendali RK-Uu

Selayang pandang arah gerak Provinsi Jawa Barat era Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum

Ega Kurnia Yazid
Platonic Academy
6 min readDec 10, 2019

--

Gedung Sate — Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat

Terpilihnya RK dan Uu

Sejak dilantik 5 September 2018 silam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat ke-15 dengan lebih dari 50 % suara (656.090 pemilih), RK-Uu kerap membuat gebrakan untuk Jawa Barat. Mulai dari digitalisasi pemerintahan, pembenahan perdesaan, hingga revitalisasi ruang publik daerah. Menariknya, gubernur pemegang gelar master desain perkotaan dari University of California, Barkeley ini berencana membangun Jawa Barat melalui 9 prioritas pembangunan berikut:

9 Prioritas Pembangunan Jawa Barat ala RK-Uu

Secara pribadi, setelah menyelami dunia sektor publik khususnya di Pemprov Jawa Barat (Jabar) selama genap 4 bulan sebagai Research Fellow, saya melihat sebuah pola unik dalam prioritas arah gerak kebijakan dari pasangan RK-Uu. Lebih jelasnya, pada tulisan kali ini, saya akan membagikan pandangan saya terkait desain masa depan Jawa Barat serta konsekuensi tantangannya. Tentunya walau mungkin uraian ini bersifat subjektif, saya akan mengimbanginya dengan informasi yang kental akan data.

Provinsi Jawa Barat Menuju The Next California State?

Golden Gate Bridge, SF, California, USA.

Empat bulan berkecimpung mengeksekusi proyek di Pemprov Jabar membuat saya bisa membayangkan masa depan Jawa Barat. Percaya atau tidak, Provinsi Jawa Barat memiliki kesamaan dengan Negara Bagian California dalam beberapa indikator yang cukup substansial. Menariknya, kesamaan tersebut semakin diperkuat oleh upaya RK-Uu melalui prioritas pembangunan Provinsi Jawa Barat ke arah yang semakin ‘ke-California-an’. Kebetulan kah?

Perguruan Tinggi Terbaik dan Genjotan Inklusi Pendidikan

Salah satu kemiripan Jawa Barat dan California ialah keduanya memiliki salah satu perguruan tinggi terbaik di negaranya. Seperti yang kita tahu, di Jawa Barat terdapat Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Tel-U, dan kawan-kawan. Sama halnya dengan California yang memiliki University of California, Stanford University, hingga Caltech. Kemiripan ini tentunya menjadi suatu modal penting bagi Jabar untuk bisa menggenjot sektor pendidikan. Dalam rangka eskalasi modal tersebut, Rk-Uu menggenapkannya dengan program-program prioritas untuk mendukung tindak-tanduk milenial seiring dengan menggenjot inklusi pendidikan dasar di Jawa Barat.

Gedebage Central Business District: Silicon Valley à la Jawa Barat

Kedua, Provinsi Jawa Barat juga mulai mengembangkan Central Business District (CBD) berbasis teknologi tepatnya di wilayah Gedebage, Bandung. Langkah ini mirip dengan langkah California yang memiliki Silicon Valley di San Fransisco sebagai pusat bisnis berbasis teknologinya. Pengembangan CBD di Gedebage, serta maraknya pelatihan hacking/coding (e.g. SMK Coding) di Jawa Barat menunjukkan kuatnya ambisi RK-Uu untuk menjadi pemimpin industri teknologi di Indonesia.

15 Film Indonesia terlaris tahun 2019, filmindonesia.or.id

Gelora Industri Kreatif dan Pariwisata

Ketiga, industri kreatif dan pariwisata menjadi sektor yang dilirik dengan serius oleh RK-Uu. Hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata di lokasi Pangandaran dan Sukabumi. Seiring itu, dari sektor industri kreatif, Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat memiliki modal sebagai kota yang kreatif. Ini layaknya Los Angeles di California yang memiliki Hollywood sebagai pusat salah satu industri kreatif perfilman. Dan menariknya salah satu film lokal paling laris di Indonesia (Dilan 1991) berasal dari Jawa Barat. Saya pikir RK-Uu tentunya melihat potensi ini ditandai dengan pembentukan Bandung Creative Hub dan beberapa organisasi berbasis pemuda kreatif untuk membentuk ekosistem yang padu.

Kemacetan Masih Jadi Masalah Primadona

Rangking Kemacetan di Asia berdasarkan Asian Development Bank

Keempat, tidak hanya soal kelebihan saja, masalah-masalah yang dihadapi Jawa Barat juga mirip dengan California. Salah satu yang penting ialah isu kemacetan urban. Berdasarkan survei oleh Asian Development Bank (ADB) yang dipublikasikan dalam Asian Development Outlook 2019, Bandung memperoleh hasil yang cukup mengejutkan yakni kota termacet ke-14 di Asia dan pertama di Indonesia, satu level di atas Mumbai dan dua level di bawah Bangkok. Kondisi ini serupa dengan kondisi Los Angeles, California yang merupakan kota paling macet se-Amerika Serikat dan dunia. Sayangnya, sepertihalnya California, upaya-upaya dalam mengentaskan isu kemacetan belum jadi prioritas utama bagi Jawa Barat. Mungkin Jawa Barat juga memerlukan terowongan (tunnel) versinya sendiri, sama halnya dengan The Boring Company (TBC) milik Elon Musk yang menyediakan terowongan khusus untuk mengatasi masalah kemacetan di Los Angeles, California.

Hiruk Pikuk Keramaian Populasi yang Membeludak

Kelima, suka tidak suka, Provinsi Jawa Barat dan California State sama-sama daerah dengan penduduk paling banyak di negaranya. Tentunya, menganut pandangan Thomas Robert Malthus, penduduk yang berlebih dapat mendatangkan permasalahan yang jauh lebih kompleks dan sulit diuraikan. Menurut data dari Open Data Kota Bandung, per 2018 setidaknya untuk kota Bandung saja ada 40.000 lebih kelahiran bayi tiap tahunnya atau sekitar 1,78% dari populasi kota. Angka ini tentunya sedikit di atas persentase nasional yang hanya berada di level 1% (±0,2%). Artinya, baik Pemprov Jawa Barat dan Pemkot Bandung perlu menjadikan isu ini sebagai perhatian serius. Pasalnya, apabila kondisi ini dibiarkan begitu saja (business-as-usual) kemungkinan besar akan berujung pada masalah yang lebih besar lagi seperti meningkatnya kemiskinan dan kriminalitas.

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi, 2019, BPS.

Pengangguran masih jadi PR serius

Keenam, masalah pengangguran menjadi PR serius baik bagi Provinsi Jawa Barat maupun California State. Bagi Jawa Barat sendiri, provinsi ini mengemban kota-kota dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia dengan persentase 7,73%. Dalam kasus ini, California sedikit cukup lega karena menurut Bureau of Labor Statistics per September 2019 tingkat penganggurannya berada di level 4,0%. Meski begitu, tingkat pengangguran California juga masih berada di atas level nasional Amerika Serikat yakni 3,6%.

Nampaknya, Provinsi Jawa Barat perlu membenahi PR ini sesegera mungkin terutama pada penganggur lulusan SMK yang mendominasi jumlah pengangguran di Jawa Barat. Lantas, pelatihan-pelatihan yang menjembatani ketidaksesuaian skill dan industri menjadi salah satu poin kritis yang perlu dipertimbangkan.

Peta Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat per Kabupaten/Kota, 2018 (dalam persen), BPS, diolah. I made an interactive map that can be accesed here

Menariknya, saya menemukan adanya tendensi aglomerasi penganggur khususnya di bagian barat Provinsi Jawa Barat. Dengan kata lain, Pemprov Jabar dapat menangani isu pengangguran dengan lebih efisien apabila dapat membentuk Career Hub atau memberikan pelayanan terkait ketenagakerjaan pada lokasi yang lebih accessible oleh para pencari kerja.

Kesimpulan

Terlepas dari kondisi geografis yang sama-sama berada di barat, entah kebetulan atau bukan, Jawa Barat dan California memiliki kemiripan yang cukup lekat khususnya pada sisi yang krusial. Beberapa tantangan pentingnya ialah bagaimana perkembangan ekonomi Jawa Barat tidak hanya terpusat di Kota Bandung saja, seiring urgennya mengentaskan kompleksnya permasalahan urban di kota-kota besar Provinsi Jabar. Mungkin wacana bahwa Ibukota Provinsi Jawa Barat akan pindah ke lokasi yang sedikit lebih sepi, menjadi salah satu pertimbangan RK-Uu terkait hal tersebut. Sekali lagi, langkah tersebut mirip seperti California State yang menjadikan Sacramento sebagai ibukota provinsi alih-alih SF atau LA.

Terakhir, Saya pikir Jawa Barat bisa banyak belajar (benchmarking) dengan California State terkait what works, and what doesn’t mengingat banyaknya kondisi yang serupa. Pastinya, pembelajaran ini perlu diupayakan ke arah yang lebih baik alih-alih hanya mengimitasi langkah-langkah yang pernah dilakukan demi mewujudkan kebijakan publik yang lebih presisi, sesuai dan evidence-based. #ReThinkPolicy

Ega Kurnia Yazid
Research Fellow at Jabar Innovation Fellowship

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

This post will also be published in Jabar Innovation Fellowship’s Book.

--

--