Seni Mengambil Keputusan Sekejap

Review Blink (Malcolm Gladwell)

Ega Kurnia Yazid
Platonic Academy
2 min readJul 20, 2019

--

Blink bukan buku pertama Gladwell yang gue baca. Tertarik dengan buku ini karena belakangan baru sadar kalo I am highly data-oriented person which make decisions slowly. Sebelumnya, gue selalu menimbang banyak hal dari info, data, atau pun fakta yang bisa gue jadikan landasan pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, ekspektasinya buku ini bakal bawa gue buat mempercepat cara gue mengambil keputusan.

Berdasarkan tampilannya, buku Blink hadir dalam tampilan cover baru. Dulu, buku ini hadir dengan cover minimalis berwarna putih dengan sepucuk bintang kecil di tengah. Kali ini, tetap mempertahankan konsep minimalis, Blink dikemas dengan balutan kemasan kuning keemasan doff dengan cetakan huruf Roman yang kokoh namun tidak sampai mengintimidasi. Memberikan kesan serius tapi santai. Gue pikir tampilan ini lebih menarik dari tampilan sebelumnya.

Mengambil Keputusan Sekejap

Seperti biasanya, Gladwell sangat fasih dalam mengartikulasikan ide-idenya dalam kemasan cerita-cerita yang berkesinambungan. Melalui 300 halamannya buku ini memberikan pengalaman membaca yang berbeda. Tidak menggurui, namun Gladwell mencoba mencontohkannya melalui kasus-kasus yang relatable. Sehingga kesannya kita dapat mendapat pelajaran yang dapat kita interpretasi langsung dari konsekuensi kisah-kisah tersebut.

Secara umum, sekilas buku ini seperti versi pengantar dari Thinking Fast and Slow karya Daniel Kahneman. Singkatnya, Blink mengajak kita menelusuri bahwa seringkali keputusan yang lama dan mempertimbangkan banyak hal tidak jauh lebih baik dari keputusan sekejap. Bisa saja keputusan sekejap tersebut jauh lebih akurat dari keputusan-keputusan yang memakan waktu lama. Inilah konsep yang sama dalam ide sampling pada kelas statistik, yakni mengambil beberapa sampel untuk menguji hipotesis yang dibangun.

Melatih Keputusan Sekejap

Pada dasarnya, secara eksplisit Gladwell berargumen bahwa seni mengambil keputusan sekejap merupakan kemampuan yang dapat dilatih. Hal ini dicontohkan dengan bagaimana seorang kurator museum dapat, secara sekejap, menentukan nilai dari suatu benda historis. Dengan kata lain, semakin sering kita berurusan dengan hal-hal yang kita geluti, semakin terpupuk pengalaman yang dapat kita jadikan acuan dalam mengambil keputusan tersebut. Kadang kala, kita tidak perlu merumuskan seluruh variabel yang penting dalam mengambil keputusan, melainkan kita hanya butuh variabel-variabel yang benar-benar penting saja.

Namun, Gladwell menegaskan bahwa mengambil keputusan sekejap tidak serta merta bebas kesalahan. Pada bab-bab menjelang akhir Gladwell mencontohkan bagaiman pengambilan keputusan sekejap yang melanggar ketentuan dapat berakhir malapetaka. Hal tersebut dicontohkan dengan kasus segerombol polisi yang menembaki orang tak berdosa di komplek kumuh pada malam hari.

Seiring itu, prasangka juga buruk dalam pengambilan keputusan sekejap. Hal ini dicontohkan dengan kisah seorang wanita yang gagal terpilih menjadi pemain trombone. Padahal, sebelumnya wanita tersebut terpilih melalui proses blind-review, namun ketika diumumkan, para jurinya skeptis bahwa wanita bisa memainkan trombone sebaik pria.

Penasaran dengan ketentuan-ketentuan yang menggagalkan kita dalam mengambil keputusan sekejap yang akurat? Temen-temen bisa baca selengkapnya pada buku Blink karya Malcolm Gladwell ini.

— Ega Kurnia Yazid.

Instagram: @kurniayazid

Twitter: @kurniayazid

--

--