“Dear Client, Aku Minta Naik Rate”

Dwindy Stanza
plongolife
Published in
4 min readJan 22, 2018

Tenang, ini bukan curhatan. Bukan juga “Kunci, tips dan trik jitu ala Mr X” or other similar craps. Tapi lebih tepatnya, berbagi sedikit pandangan berdasarkan pengalaman ala kadar saya.

Kenaikan rate hourly atau fee project itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi seorang freelancer. Ya bahagianya sendiri aja, nggak rame-rame. Hehe.

Ada beberapa hal yang membuat kita merasa butuh meningkatkan rate hourly, entah dari lamanya kita bekerja sampai ngerasa jenuh, load kerjaan yang semakin kompleks, atau susah tidur karena perih ngeliat rekan setim yang ratenya jauh di atas kita.

Tapi problem utamanya, banyak yang bingung cara “spik-spik”nya ke client. Kalau berhasil syukur, kalau salah ngomong atau gagal takutnya malah jadi awkward, atau parahnya malah contract di end.

Yang perlu diingat, jangan minta naik rate karena kita yang butuh (walau alasan utamanya memang itu), tapi jelaskan secara profesional dan smooth kalau sebenarnya clientlah yang butuh kita. Layak atau nggaknya, itu bisa dipertimbangkan (tapi tidak terbatas) dari beberapa pertanyaan berikut:

  • Berapa lama kita bekerja dengan si client?
  • Apakah client puas dengan hasil kerjaan kita?
  • Apakah beban kerja kita bertambah dari awal project?
  • Apakah bisnis client bertumbuh semenjak kita bergabung ke timnya
  • Apakah peran kita signifikan dalam pertumbuhan bisnisnya itu?
  • Apakah mudah mencari pengganti peran kita dalam timnya?

Nikmatnya kerja freelance, nggak ada standar pasti yang membuat kita layak atau nggak untuk mendapatkan kenaikan rate. Ada yang bilang harus nunggu 3, 6, atau 12 bulan. Tapi saya juga pernah berhasil naik rate 100% dalam kurun waktu sebulan (contoh ada di bawah), semua pertimbangan tergantung tipe clientnya.

Kalau selama ini ternyata kita cuma butiran debu dalam tim, sebaiknya jangan minta naik rate dulu. Kalaupun memang ngebet naik rate, saya menyarankan untuk cari client baru dan tembak ke rate yang kita idamkan.

Atau kita merasa tak tergantikan, padahal client punya banyak antrian selingkuhan yang siap jadi “Peclior” (Pencuri client orang.. halah).

Berikut ini adalah pertimbangan saya pribadi sebelum minta naik rate :

Naik rate bila mampu

Sehebat apapun skill kita, sebagus apapun kerja kita, kalau ternyata kemampuan budget client tipis, nggak ada gunanya kita minta naik rate. Maka dari itu, penting dari awal untuk menentukan mau di market mana kita bermain, low, medium, atau high.

Client dengan budget high itu susah didapat, tapi toh low budget client juga susah didapat kok, bahkan low budget client ini cenderung “cerewet” soal keuangan. Jadi minta naik rate ini hanya berlaku untuk middle to high budget client.

Kualitas kerjaan dan komunikasi melampaui ekspektasi client

Kerjaan untuk sebulan, kita berhasil selesaikan dalam 2 minggu. Client minta A, kita berikan A+. Namun tidak sebatas itu. Nggak cuma kerjaan yang berkualitas, komunikasi pun harus berkualitas.

Setiap ada masalah, kita utarakan secara jujur. Meskipun tidak ditrack sebagai kerjaan, kita mau meluangkan waktu untuk memberikan ide, saran atau rekomendasi untuk menyukseskan project.

Client enak diajak komunikasi

Ada client dengan tipe “dingin”. Chat hanya seperlunya. Nggak pernah becanda. Kita ketik panjang-lebar dia cuma jawab “Ya”, seperti pacar yang lagi ngambek. Kalau sudah dapat client seperti ini, saya cenderung enggan buat minta naik rate. Keadaan sudah cukup awkward bahkan sebelum kita ngomong apa-apa.

Beda halnya kalau client yang tipikal enak diajak komunikasi. Diskusi seringnya berjalan dua arah. Sesekali bisa diajak guyon. Nah ini kalau minta naik rate cenderung mudah. Kalaupun request kita nggak bisa dipenuhi, nantinya nggak bakal awkward banget, karena dari awal komunikasi sudah enak.

Ini salah satu contoh email request saya yang berhasil di approve client yang baru sebulan bekerja:

Pardon for my bad grammar

Dan ini balasan sang client.

Perlu diingat, bahwa contoh di atas bisa berhasil, bisa tidak jika diterapkan ke client lain. Semua tetap case by case tergantung situasi. Yang terpenting :

Pahami clientnya, kuasai kerjaannya, lalu atur timing requestnya

Dan yang terakhir, kalau ditolak, jangan baper, jangan patah semangat lalu males-malesan kerja.

Jadikan bahan introspeksi diri bahwa kita masih punya ruang untuk berkembang.

Kalau Anda punya tips lain yang berhasil, silahkan share di kolom komentar. :)

--

--