Hak Untuk Mencintai dan Dicintai

Mr. I
kasta
Published in
4 min readDec 4, 2017

Aduh cinta lagi cinta lagi. Bahas masalah cinta gak akan ada ujungnya. Ya memang bukan mencari ujung dan bukan mencari awal suatu cinta itu seperti apa, bagaimana, dan sama siapa. Jika cinta berwujud maka semua canvas yang ada di dunia, tinta yang ada di dunia dan semua yang terlihat dan nampak tidak akan dapat menggambarkannya.

Cinta berbalas akan berujung kebahagiaan. Cinta tak berbalas akan berujung pada kesedihan. Itulah harmoni yang ada dalam kehidupan. Apakah akan ada kedamaian untuk hidup jika terlalu pusing dan memikirikan cinta? Apakah ada algoritma yang dapat menggambarkan cinta itu seperti apa? Jawabannya adalah tidak ada. Tak ada satupun yang dapat memberikan simple logic even big logic untuk hal yang satu ini. Berbicara tentang harmoni dan keindahan hidup atau simfoni, maka kita akan mengkaitkannya dengan personal thing atau saya sebut dengan hak.

Terus ada apa dengan judul tulisan ini? Ya setiap manusia memiliki hak untuk mencintai dan dicintai. Dan tidak ada larangan untuk itu. Sang pencipta, Allah SWT tidak melarang bahkan menganjurkan untuk saling mencintai. Konotasi cinta tidak hanya seputar cinta ke lawan jenis atau saya sebut sebagai gebetan atau pacar atau mantan. Lebih dari itu, cinta adalah rasa sayang dan rela berkorban untuk sesuatu yang dicintai. Tapi tulisan kali ini saya khususkan untuk lawan jenis.

Ya akhir — akhir ini sangat ramai dengan perselingkuhan, paparazi di mana — mana mengumbar pelakor atau pencuri laki orang. Itu buat perempuan yang menjalin hubungan cinta, meluapkan kasih sayang kepada lawan jenis yang bukan muhrimnya atau suami orang lain. Apakah ada laki — laki seperti itu? Ada. Banyak. Jangan melihat suatu kasus dari satu sudut pandang. Jangan melemahkan satu kaum. Saya mau bilang, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat baik dan berbuat buruk. I said ini adalah kelakuan buruk. Karena merusak kebahagiaan orang lain.

Saat keburukan itu terjadi apa yang harus dilakukan? Kalau dia adalah pasangan sah kamu, wajar dan sah — sah saja untuk komplain. Jika mengganggu keharmonisan suatu hubungan. Lagian dalam agama juga dilarang kan, itu masuk kategori zina. Saya tidak terlalu paham apakah itu zina berat, ringan atau seperti apa. Yang jelas zina. Kalau sudah terlanjur mau gimana? Kalau pasangan tidak sah kita terlanjur suka, tertarik dan sayang sama orang lain kita mau seperti apa? Semua orang memiliki hak untuk berjuang. Semua orang memiliki kesempatan untuk mempertahankan hubungannya. Entah dengan cara yang baik ataupun buruk. Balik lagi ke individu masing — masing. Setiap orang unik dan memiliki cara masing — masing untuk melakukannya.

Bukan berarti saya membenarkan hal — hal negatif, tetap aja harus dengan cara yang baik dan sopan. Meskipun udah jelas hal tersebut dosa, wong kita ngelanggar ketentuan agama. Tapi apapun yang terjadi, kita tidak memiliki hak untuk melarang orang lain mencintai kita dan kita memiliki hak untuk dicintai. Ini sekedar hak, bukan suatu kewajiban. Kalau masalah kewajiban, memangnya kita siapa? Kita bukan orang yang bertanggung jawab atas hidup orang lain, jadi kenapa mau nuntut hak?

Lantas apakah ada salahnya dengan hal tersebut? Sekali lagi tidak ada salahnya. Saya berhak mencintai orang lain dan orang lain berhak mencintai saya. Saya tidak dapat melarang mereka dan mereka tidak berhak untuk melarang saya, selagi mereka tidak mengganggu kehidupan dan kewajiban kita. Apa kewajiban kita? Tentu yang pertama dan utama adalah bertanggung jawab atas perbuatan dan nafas yang telah diberikan oleh pencipta. Terus yang kedua bertanggung jawab kepada orang tua yang telah membesarkan dan memperjuangkan hidup dan masa depan kita. Ketiga kita bertanggung jawab untuk diri kita sendiri.

Jangan melarang orang lain untuk memberikan perhatian lebih kepada kita, selagi itu tidak mengganggu kewajiban kita. Kalau dengan perhatian orang tersebut kita dapat lebih maju kenapa gak? Kalau dengan orang tersebut kita menjadi lebih baik kenapa tidak? Lantas kenapa masih ada yang marah atau tidak suka atau lets saya risih dengan sikap tersebut? Ya karena mereke terlalu “baper” untuk hal — hal seperti ini. Pertanyaan saya, kenapa harus terlalu menggunakan perasaan untuk hal — hal yang seperti ini. C’mon pake logikanya, manfaatkan sesuatu untuk kebaikan. Entah kebaikan kita, kebaikan orang — orang disekililing kita atau kebaikan keimanan kita.

Akhir — akhir ini saya mendapat beberapa respon dari orang lain. Ya dapat saya sebut mantanlah. Menuntut untuk seperti dulu, terlalu merendahkan diri untuk menjalin silaturahmi dengan saya. Saya tidak masalah, OK dulu saya disakiti, tapi sekarang keadaan dan situasi sudah berbeda. Dengan kejadian tersebut saya lebih wise dan saya lebih bersyukur untuk hidup. Apa salahnya dengan silaturahmi? Menghargai niat baik itu adalah suatu kebaikan, suatu keindahan, dan harmonisasi hidup. Tidak perlu membahas apa yang telah terjadi, yang telah terjadi hanyalah sejarah yang kita jadikan pelajaran. Tidak lebih dan tidak kurang.

Kemudian di saat saya mencintai orang lain. Hey gak usah sok jual mahal, saya punya hak untuk mencintai makhluk-Nya, toh selama ini saya tidak mengganggu dan tidak mengurangi apa yang ada dalam kehidupan kalian. Apa bedanya dengan saya mencintai secara diam — diam? Itu sama saja membohongi diri sendiri, lebih baik saya terus terang, jujur dengan kondisi yang ada dan tidak menganggu dan mengurangi apa yang ada. Saya sekedar menyampaikan, tidak berharap untuk dibalas, tidak berharap untuk direspon. Sekedar menginformasikan. Sekali lagi, sekedar menginformasikan. Lagian untuk mengurus hal — hal seperti itu, sepertinya saya masih banyak kegiatan dan aktivitas lain. Saya memiliki kewajiban kepada sang pencipta, Allah SWT, saya punya tanggung jawab kepada keluarga dan diri saya sendiri. Tidak akan menunggu semua terpenuhi untuk berusaha mengejar cinta itu. Tapi biarlah semua berproses dengan tidak mengurangi apa yang telah ada. Dengan tidak berbuat hal — hal yang menimbulkan banyak fitnah.

--

--

Mr. I
kasta
Editor for

Code using various programming language commonly based on JVM (Java, Scala, Groovy) with DBMS (Oracle, PostgreSQL & MySQL)