Hukum sama IT. Gimana sih jadinya?

Mr. I
kasta
Published in
8 min readDec 14, 2017

Makassar, Irsyad — Pertama — tama background pendidikan saya bukan hukum. Saya juga bukan orang yang tertarik dengan hukum dan politik. Apapun itu yang berhubungan dengan dua hal itu pasti kurang tertarik. Dari dulu sejak kecil tidak pernah berpikiran dan membaca tentang kedua hal tersebut. Memang sedari dulu mau ke dunia tersebut. Makanya cita — cita sejak kecil adalah Dokter. But Failed. Failed sebelum berjuang karena gak bisa ke rumah sakit, puskesmas, tau ada orang sakit apalagi orang terdekat pasti akan sakit juga. Nah kemarin saya chat sama “tante” yah memang umurnya lebih muda tapi tetap aja kan harus dipanggil tante. Awalnya menanyakan tentang Windows Activation kemudian nanya tentang file yang gak bisa didownload. Pointnya, file yang didownload itu tentang putusan MA. Setelah saya baca saya kepikiran satu hal. Sebenarnya bukan hal baru tapi di Indonesia gak tau apakah udah ada atau belum ada. Saya gak update mengenai hukum dan politik.

Nah bagaimana sih hukum di Indonesia menerapkan teknologi? Apakah mengikuti arus atau melawan arus? Jika mengikuti arus, apakah percepatan seperti percepatan perkembangan teknologi atau malah lambat? Gak tau kalau masalah ini. Bagaimanakah praktisi hukum menerapkan teknologi? Social media untuk marketing kah atau CCTV untuk melihat kejadian atau produk microsoft untuk keperluan kerja atau ngeprint dokumen? Cuma praktisi atau mahasiswa hukum yang bisa menjawab semua pertanyaan itu. Saya cuma mau bahas dari sisi lain. Tentunya dari segi ICT belum membahasa dari segi teknologi secara full. Kenapa dari segi ICT? Karena ICT kan merupakan pengembangan dari IT dan integrasi telekomunikasi.

Dalam artikel ini perlu pembahasan lebih lanjut untuk teknis detailnya. Karena apa yang saya pikirkan menerapkan beberapa bacgkround ilmu yaitu Hukum, Psikologi, Bahasa, dan IT. Sepemikiran saya jika ada kasus yang pertama harus dilakukan adalah investigate (kayaknya harus ganti istilah, investigate biasanya saya gunakan kalau ada error pada aplikasi), — mencari kebenaran kasus. Dalam hal mencari kebenaran suatu kasus saya pernah mendengar dua hal yaitu Psikioanalisis dan Pertanyaan Menjebak. Buat pembaca yang paham dengan kedua hal tersebut mohon klarifikasi tulisan saya. Psikioanalisis adalah ilmu yang mempelajari kebiasaan — kebiasaan seseorang dalam berkehidupan sosial. Kalau pertanyaan menjebak kurang lebih kayak Najwa Shihab dalam setiap interview ataupun talkshow yang dibuatnya.

Berbicara mengenai psikioanalisis — mempelajari kebiasaan seseorang dalam berkehidupan sosial — seberapa reliable atau bagaimanakah validitas hasil dari analisis tersebut mengingat jumlah manusia yang jujur di dunia. Jujur bukan hanya dari segi bahasa, penuturan, ataupun ekspresi. Terkadang ada yang memang menset hidupnya dan mengarahkan tingkahnya untuk suatu tujuan tertentu agar dirinya tidak dapat dibaca. Agar seseorang tersebut tidak mudah ditebak. Dengan menanamkan mindset tersebut, alam bawah sadar juga akan ikut dan menggerakan kita untuk berbuat seperti apa yang telah kita atur dalam mindset tadi. Akibatnya seseorang tersebut memiliki kepribadian lebih dari satu, lets saya kepribadian sebenarnya dan kepribadian yang dia atur. Ada banyak trick untuk melakukan hal ini. (Kebanyakan nonton film thriller, crime, spy, dan sejenisnya kayaknya ini 😅).

Dari segi IT sekarang sudah ada social media mulai dari social networking, social messaging, blogging, microblogging, media sharing, forum, dan collaboration. Berdasarkan crawling — crawling gak jelas saya tengah malam atau weekend saya melihat satu fenomena. Setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya dan dari masalah tersebut ada masalah yang bisa dishare dengan orang lain dan ada juga yang gak bisa disharing even ke orang terdekatnya. Istilahnya biarlah “saya” dengan Tuhan yang tau mengenai masalah tersebut. Dengan adanya social media, ada beberapa orang yang menceritakan masalahnya a.k.a curhat dengan social media. Karena mereka menganggap curhat dengan social media itu aman, enak, dan cuma dia yang tau sama Tuhan. Nah orang — orang seperti ini kadang dianggap alay karena curhat sama social media tadi.

Tapi tau gak sih? Dia curhat sama social media banyak benefitnya buat orang lain (Try to change cons to pros). Misalnya buat crawler, mereka dapat menemukan pattern orang tersebut. Salah satunya saya sih, benefitnya mendatangkan rezeki. Salah satu fasilitas yang disediakan oleh platform social media adalah API untuk get data by user. Get data by user itu kita bisa ambil semua apa yang pernah dipost oleh seorang user. Katakanlah untuk facebook, dengan get data by user kita bisa ambil semua statusnya, komen orang di statusnya, media (foto dan video) yang dipost dan media dari orang lain yang menautkan user tersebut, serta data — data pribadinya di profile.

Kita expand lagi hal tersebut, saya berpikiran perlu beberapa tahap analisis dan dari sudut pandang yang berbeda — beda. Ketika saya memiliki target hal yang pertama saya lakukan adalah tentunya crawling dulu untuk mengumpulkan data. Setelah mengumpulkan data saya sebut data tersebut sebagai data set yang dapat saya olah sedemikian rupa sesuai kebutuhan saya. Dari data profil saya bisa tau demografis target let say hal tersebut SARAnya bisa tergambarkan. Kemudian saya mau tau behaviournya, dari jumlah post bisa kita tau seberapa aktif user tersebut menggunakan social media. Kalau udah tau aktivitas social medianya tentu kita mau tau dong ngapain aja dia di social media. Nah dari postnya kita bisa tau common post tentang apa. Nah common post itu adalah ketertarikan target atau target concern terhadap apa. Contohnya, user yang post tentang Al — Quran dan Hadist sudah jelas orangnya agamawis banget, user yang suka post tentang musik ya orangnya musisi banget, dan sebagainya.

Cukup sampai situ? Tergantung studi kasus atau apa yang mau diketahui. Sekarang saya mau tau bagaimana cara berpikir target. Semakin banyak user berinteraksi dengan user lain kita bisa tau bagaimana cara berpikir target kita. Bagaimana caranya? Ya kita tinggal lihat bagaimana respon target terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan atau kejadian di social media. Misalnya ada pertanyaan yang menyudutkan apakah target menjawab secara bijak atau target menjawabnya dengan marah — marah. Jika ada pernyataan yang relate dengan dirinya apakah ada respon baik itu respon setuju maupun respon penolakan. Nah dari segi kejadian, kita bisa tau bagaimana respon target kalau ada fenomena atau isu di socila media. Apakah target tersebut termasuk user yang mengikuti trend atau hanya sekedar membaca atau tidak peduli sama sekali. Sekedar membaca? Ya bisa kita tau dari tombol like kalau di Facebook dan retweet di Twitter.

Untuk crawler sampai situ sudah cukup. Selanjutnya kita libatkan ilmu lain. Misalnya kolaborasi antara bahasa dan psikologi. Saya percaya bahwa setiap kata memiliki arti psikologis dan setiap kalimat memiliki sentimen entah itu sentimennya positif, negatif ataupun netral, setiap statement memiliki arti tertentu yang hanya dapat dianalisis oleh psikolog. Dari data crawler kita bisa tau kata apa yang paling banyak digunakan. Dengan memanfaatkan NLP (Natural Language Processing) dan NLU (Natural Language Understanding) kita dapat mengkategorikan seberapa persen target menggunakan kata positif, negatif, bijak, ataupun kategori kata lainnya. Sebagian kecil orang telah mengetahui hal ini tapi sebagaian besar belum mengetahui, IBM mengeluarkan suatu platform yang disebut IBM Watson dan salah satu fiturnya adalah Personallity Insight. Singkatnya personallity insight adalah platform untuk memprediksi karakter, value (cara pandang), kebiasaan, dan preference target berdasarkan teks tertulis. Dengan memanfaatkan social media versi blogging kita dapat hal tersebut.

Uraian di atas salah satu cara untuk menemukan pola atau pattern dari target. Sekarang balik ke pertanyaan validias dan realiablitasnya seperti apa. Jawaban saya adalah tidak 100%, tidak 80% bahkan hal tersebut menurut saya hanya dapat mencover beberap persen dari target. Kemudian bagaimana cara meningkatkan validitas dan realibilitasnya? Kita combine semua social media yang dimiliki oleh user, kemudian kita bandingkan hasilnya. Jika dari semua social medianya sama ada dua kemungkinan, apakah target tersebut benar — benar seperti itu ataukah hanya topeng kesekian dari yang dia miliki. Masih ada resource lain kok tenang aja. Masih ada data internet lain yang tidak masuk dalam social media seperti perilaku target dengan IT, masih ada psikoanalisis yang dilakukan secara manual, dan masih ada gadgetnya yang bisa kepoin. Bagaimana kalau target menghapus semua datanya? Ada banyak aplikasi recovery atau get data back yang biasa saya gunakan kalau flashdisk saya terformat tidak sengaja atau laptop saya install ulang tapi lupa backup data. Hasil tersebut akan sangat membantu profiler, believe me dan mungkin cara ini yang dilakukan oleh CIA atau FBI untuk membantu profiler mereka. Btw yang orang gak sadar mungkin, google juga udah menerapkan teknik yang digunakan Apple. Mempelajari behaviour usernya jadi ketika kita menggunakan search engine Google, maka yang muncul biasanya yang relate dengan behaviour atau ketertarikan kita. Kok Google bisa tau? Hey, Google punya data kita semua. Dari mana tau Google tau? Dari kitalah, salah kita sendiri, kenapa pake platform Google polos gitu aja. 😍😘

Nah pembahasan ini salah satu pemanfaatan atau penerapan Big Data. Yang secara professional sebagai Big Data lebih paham. Aing mah naon atuh? Pagawean teh mikirkeun sistem batur wae, teuing iraha mikirkeun pagawean soarang. 😍

Another comment or little message or little thought:

Terima kasih buat orang — orang yang menggunakan social media. Karena kalian kami crawler bisa dapat rezeki tambahan. Social media ada dua sisi memang, bisa jadi positif dan bisa jadi negatif. Saya gak peduli mau pake social media untuk positif atau negatif, intinya pemilik social media memiliki data kita, kepoin kita. Sikap kita mau diam atau ikut menggunakan data tersebut. Enak aja berbisnis di Indonesia tanpa bayar pajak. Pengguna Indonesia itu pasar dan target besar buat penggiat social media. User di Indonesia kan latah dan alay. Mungkin belum ada benefit dari segi financial untuk pemerintah, tapi buat beberapa orang sangat bermanfaat dan berguna untuk beberapa case. Jadi pertanyaan saya, apakah kita mau diam saja dan menggunakan social media seperti orang lain? Makanya sejak tahun 2014 sudah tidak terlalu aktif di social media. Paling pake social media hanya untuk komunikasi dengan teman — teman lama yang kontaknya susah dicari.

Kayaknya seru juga yah bahas masalah profiler. Siapa profiler itu? Apa dosanya sampai mau dibahas — bahas? Next article lah yak bahas mengenai profiler. Pekerja cerdas yang memiliki tingkat inteligensi tinggi (menurut saya) tapi sepertinya belum diterapkan di negara tercinta kita. Oh iyah, kaum hawa, cewe — cewe, betina, perempuan, wanita, whateverlah namanya hati — hati kalau dideketin sama cowo yang bisa crawling. Jangan kaget kalau dia tau semua kebiasaan, ketertarikan, dan kepribadian kalian. Beberapa cewe yang saya deketin kadang kaget kok bisa tau. Ya gak usah kaget, gw ngecrawl, gak mau capek gw deketin semua temen — temennya buat nanya — nanya tentang dia. Gw cuma butuh laptop, koneksi internet, CMD, python, editor, segelas kopi, dan playlist di Youtube untuk cari apa yang gw butuhin. Info kurang? Cari inner circlenya, kepoin inner circlenya, insya Allah dapet yang kita butuhkan.

Btw akhir — akhir ini saya tidurnya jam 8 atau jam 9 malam. Dan jam 12 malam bangun dan gak bisa tidur lagi sampai jam 8 malam tadi. Daripada begadang gak jelas, lebih baik saya gunakan untuk menulis, cari Allah (sholat Tahajjud), denger lagu, dan baca — baca. Untuk malam ini di Youtube lagi dengerin lagu Dangdut. Tapi bukan dangdut nasional, dangdut daerah tepatnya. Ada lagu Manuk Dadali, Kalangkang, Talak Tilu, Mawar Bodas, La Jandi, Maimo La Sintasu, dan lagu lain. Lagu — lagu itu dari Sunda dan Wakatobi. Ya saya Sulawesi Selatan tepatnya Kab. Kep. Selayar tapi bahasanya Bahasa Bonerate (hampir sama Bahasa Binongko). Tapi ngerti juga sih Bahasa Selayar. Ah pengen bahas Bahasa di Kabupaten Kepulauan Selayar. Btw satu lirik yang paling saya suka malam ini dari lagu Talak Tilu yang dinyanyikan Bungsu Bandung “Henteu butuh lalaki curaling, boga rasa sok ieu aing”.

--

--

Mr. I
kasta
Editor for

Code using various programming language commonly based on JVM (Java, Scala, Groovy) with DBMS (Oracle, PostgreSQL & MySQL)