Kerja Sambil Liburan, Ide adalah Rezeki

Mr. I
kasta
Published in
5 min readDec 17, 2017

Bangkok, Irsyad — “Yang, yang patah tumbuh, yang hilang berganti, yang hancur lebur akan terobati, yang sia — sia akan jadi makna” begitulah petikan lagu dari Banda Neira yang berjudul “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti”. Malam — malam dengan suasana sepi intim dalam sebuah ruangan bertipe Family Room yang menggunakan pencahayaan seadanya berwarna orange. Ciri khas lampu tidur hotel, suara TV yang sibuk sendiri menyiarkan berita yang entah apa isi dari berita tersebut. Enggan untuk menoleh ke arah TV karena sangat asyik menikmati lagu dari Banda Neira ini. Ya suasana kerja seperti inilah yang paling saya nikmati beda dengan suasana kerja di Jakarta yang bekerja dalam ruangan besar tanpa disekat. Tentunya tak ada secangkir kopi dan pencahayaan yang sangat terang.

Apaan sih deskripsi di atas, emang mau nulis novel? Langsung weh ah ulah loba ngomong teu jelas kitu (Langsung ajalah gak usah banyak ngomong gak jelas gitu). Seperti biasa hari ini kerja, kerja, kerja. Selain kerja sambil chat juga dengan beberapa orang, dengar lagu, dan menulis artikel. Ada yang menarik dari beberapa chat saya hari ini yaitu bagaimana menghandle kerjaan, nulisnya tiap hari ada beberapa artikel lagi, dapet idenya dari mana, dan kehidupan bersosial seperti apa. Perlu dibuatkan point — point dalam bentuk header tag? Gak usah kali yak, bahas dalam bentuk paragraf biasa aja. Mengalir gak jelas aja seolah — olah sedang ngobrol sama seseorang, mencoba menjelaskan sebaik mungkin tanpa ada pertanyaan balik, mengajak lawan bicara untuk berpikir, dan membuat kesimpulan mereka masing — masing.

Pekerjaan saya menggunakan Java sebagai bahasa pemrograman dan Spring sebagai framework. Eh saya sudah pake Spring Boot udah jarang pake Spring Framework. Kerjaan sebagai programmer tidak selalu ngoding 24 jam atau selama ada di kantor. Setelah mendapat requirements dan design dari SA programmer baru membuat kode. Dalam pembuatan kodingan kan harus dicek dulu apakah ada sintaks yang error atau tidak ada. Kalau gak ada error, pengecekan data apakah sesuai dengan bisnisnya atau gak. Setelah sesuai dengan bisnisnya, kemudian penyesuaian antara tampilan dengan keinginan. Setelah semua clear code siap release ke QA. Dari semua proses tersebut ada satu proses yang cukup menyita waktu. Pengecekan codingan dengan cara dirun, nah waktu ngerun untuk program Java membutuhkan waktu berdasarkan kemampuan komputer. Dalam hal ini laptop saya butuh waktu kurang lebih 3 menit untuk ngerun, padahal processor core i7 terbaru, RAM 16GB, dan harddisk juga kosong sekitar 800GBan. Gak akan analisis itu kok kenapa bisa.

Waktu tiga menit itu lumayan lowong loh. Untuk membuat artikel bisa kekejarlah satu atau dua paragraf. Untuk membuat satu atau dua paragraf dalam 3 menit itu sebenarnya gak susah — susah amat, sinkronin pikiran dengan kecepatan tangan aja. Kalau pikiran kan tinggal mengkonsep apa yang mau dibuat, sambil ngoding ya sambil nyusun paragraf di kepala. Setelah codingan jadi, apa yang akan ditulis sudah siap untuk satu paragraf ya tinggal ngetik di waktu 3 menit ngerun program itu. Kalau kecepatan ngetik tinggal latihan aja, tapi aku yakin sih hampir semua programmer bisa mengetik 10 jari. Kemampuan ini salah satu keahlian yang harus dikuasain karena kalau bikin program gak mungkin kan baru mau cari — cari letak atau posisi huruf. Lagian udah tidur sama laptop masa sih gak tau detail — detail hurufnya.

Apakah cuma waktu ngerun untuk ngerjain aplikasi? Gak. Kalau ngerjain aplikasi kan pasti ada algoritmanya. Sambil mikirin algoritma bisa juga sambil ngetik — ngetik atau memikirkan apa yang akan ditulis lagi. Kemudian ada waktu untuk buka editor saat akan mulai ngoding. Percaya atau tidak, menurut orang Eclipse itu agak ringan tapi di laptop saya Eclipse itu agak berat. Padahal udah saya atur di config.ini jadi seharusnya lebih cepat dari laptop lain. Jadi penyebabnya adalah laptop lain tidak banyak plugin yang terinstall sedangkan di laptop saya Eclipsenya udah macem — macem plugin, ada Spring Tools Suit, JBoss, JasperReport Studio, dan lain — lain. Waktu menjalankan Eclipse butuh waktu sekitar 3–5 menit. Nah waktu untuk itu lumayan banget juga kan. Begitulah saya bekerja sambil menulis.

Di sela — sela semua kegiatan di atas saya suka mengecek social media, apakah ada chat yang masuk atau gak ada. Kalau ada chat yang masuk saya bales yang kira — kira butuh respon. Dari situlah kadang kan ada diskusi dengan teman chat. Kadang tentang cinta, hobi, ataupun keluhan — keluhan mereka. Dari situlah kadang saya mendapat ide untuk menulis. Terkadang gak semua balesan kita pada chat tersebut dapat mewakili apa yang sebenarnya kita maksud. Hal — hal seperti itulah yang saya tuangkan dalam bentuk tulisan di blog. Di blog lebih luas menjelaskan, tak ada batasan karakter dan bahasan dapat seumum dan senetral mungkin. Kapan saya membalasnya? Kadang ketika belum tau apa yang akan ditulis dalam suatu artikel dan Integrated Development Environment (IDE) sedang Not Responding. Teman — teman, ide adalah rezeki, syukurilah dengan membuat artikel jika idenya berupa suatu pemikiran.

Chat saya bukan hanya bercanda gak jelas terkadang membahas sesuatu seperti kemarin ada salah satu teman saya yang bertanya tentang Subversion, Git, Framework PHP, JSF, Spring, dan lain — lain. Daripada saya hanya menjelaskan panjang lebar di kolom chat, lebih baik isi chatnya saya pindahkan ke blog dan saya kembangkan dengan merapihkan penjelasan — penjesalan tersebut dan jadilah satu artikel. Yang menarik lagi adalah ketika dua hari yang lalu ada yang bertanya tentang API dan best practicenya seperti apa. Saya sih belum membuat tutorial yang lengkap tapi saya akan coba menulis perlahan — lahan. Tutorial pembuatan API itu sama halnya dengan mengerjakan satu project di kantor, cuma beda studi kasus saja.

Dengan segala hal kegiatan tersebut kehidupan bersosial saya jalan juga. Teman gak cuma dari kantor atau teman kerja. Ada teman kampus, ada kenalan baru di sekitar tempat tinggal, ada teman kerja, dan ada juga teman yang baru kenal di tempat yang saya kunjungi. Kalau di Bandung saya biasanya menghabiskan waktu di Kopi Progo, Cafe Halaman, TrotoArt, Qahwa, Kopi Ireung dan Selasar Sunaryo. Eh yang saya sebutkan cuma sebagian kecil, ya Bandung memang surganya cafe, wisata kuliner, fashion di mana — mana. Pebisnis mau berbisnis di Bandung siap — siap dengan persaingan yang tinggi. Cewek — cewek ke Bandung banyak — banyak istighfar, akan ada banyak godaan untuk shopping. Terus kalau di Jakarta sepertinya tempat yang nyaman buat hangout sangat jarang. Mungkin karena cuacanya yang panas dan design cafenya tidak terlalu menarik jadi malas ke mana — mana. Paling di Startbucks Sarinah tapi sejak tau banyak orang — orang belok saya gak pernah lagi ke sana. Pernah juga ke daerah Tebet tapi ya namanya Jakarta panas banget. Tadinya mau santai tapi malah gak nyaman dengan keadaan.

Kalau di Makassar? The one and only one Popsa. Setau saya cuma tempat itu yang asyik di Makassar, sore — sore sambil ngobrol sama teman, sambil menikmati sunset dan es kelapa. Sejauh ini saya belum tau tempat menarik lain di Makassar, sering hunting tempat nongkrong di Makassar tapi gak ada yang suasananya menarik. Beberapa kali mereka ajak saya ke Pizza Hut, McD, KFC. Hey itu tempat makan berat bukan buat nyantai dan ngobrol, pengunjungnya juga banyak keluarga, sedangkan kondisinya kita mau cari tempat yang cozy buat ngobrol, bercanda dan mengerjakan sesuatu (kalau saya sambil ngoding dan nulis artikel).

Emangnya cuma cafe tempat nongkrong? Gak sih sebenarnya kadang wisata alam juga, kadang kulineran juga, tapi cafe jadi tempat favorite karena bisa sambil ngoding atau nulis artikel. Laptop adalah barang yang harus ada ke manapun saya pergi. Handphone tidak saya terlalu butuhkan, karena semua fungsi handphone ada pada laptop. Lagian saya juga tidak terlalu suka foto — foto, kecuali ada Canon 5D boleh lah saya coba.

--

--

Mr. I
kasta
Editor for

Code using various programming language commonly based on JVM (Java, Scala, Groovy) with DBMS (Oracle, PostgreSQL & MySQL)