Raditya Dika Bikin Podcast, Mengapa Harus Takut?

Aditya Hadi Pratama
Podcast Buku Kutu
Published in
5 min readMay 9, 2019

Beberapa minggu yang lalu, saya melihat beberapa komentar menarik di sebuah grup chat para pembuat dan penikmat podcast yang saya tergabung di dalamnya. Kira-kira isi komentar tersebut seperti ini:

“Wah, Raditya Dika bikin podcast. Baru nongol udah langsung paling atas aja neh.”

“Gurita itu bernama Box2Box.”

Bagi yang belum memahami sisi menarik dari komentar di atas, akan coba saya jelaskan.

Sejak awal tahun 2018, podcast mulai diminati oleh banyak orang. Hal ini tak lepas dari hadirnya kanal khusus untuk podcast di Spotify, dan kehadiran aplikasi Anchor yang memudahkan para pembuat podcast untuk mengunggah karya mereka secara gratis dan mendistribusikannya ke berbagai aplikasi lain, termasuk Spotify.

Alhasil, apabila kamu melihat daftar podcast teratas di Spotify pada awal tahun 2018, maka kamu akan melihat nama-nama pembuat podcast yang mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya.

Namun saat ini, situasi telah berubah. Popularitas podcast membuat banyak publik figur yang kemudian melirik kanal ini sebagai salah satu cara baru untuk mempublikasikan karya mereka. Karena itu, pada daftar podcast teratas di Spotify saat ini, kamu bisa melihat nama-nama terkenal seperti:

Khusus untuk Pangeran Siahaan, beliau bahkan telah membuat dan mengumpulkan beberapa podcast menarik yang kemudian dia naungi di bawah “manajemen” bernama Box2Box Media Network.

Dan saya rasa, akan ada lebih banyak publik figur yang mengikuti jejak mereka untuk terjun ke podcast. Hal inilah yang kemudian memunculkan komentar-komentar seperti yang saya sebutkan di atas dari para pembuat podcast yang mungkin tidak se-terkenal para publik figur tersebut.

(Sebagai catatan, sebenarnya sudah ada beberapa publik figur yang sempat mencoba peruntungan di podcast sekitar tahun 2016, namun mereka kemudian berhenti karena merasa belum banyak orang yang menggemari podcast pada saat itu)

Fenomena inilah yang kemudian “menggelitik” saya. Karena menurut saya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh para pembuat podcast baru dengan masuknya para publik figur ke dunia podcast, termasuk grup media seperti Box2Box Media Network.

Berikut ini adalah beberapa alasannya.

Podcast akan menjadi ramai dengan kehadiran mereka

Alasan pertama mengapa kamu tidak perlu khawatir dengan kehadiran para publik figur di dunia podcast adalah fakta bahwa podcast masih merupakan hal yang baru dan belum banyak dikenal. Kehadiran publik figur tersebut tentu berpotensi mengundang lebih banyak orang untuk mulai mendengar podcast.

Dengan begitu, nantinya dunia podcast akan semakin ramai, dan makin banyak pendengar. Artinya, pendengar podcast kamu pun kemungkinan akan terus bertambah jumlahnya. Karena apabila seseorang sudah menyukai podcast, maka orang tersebut akan mencari-cari podcast lain yang belum pernah ia dengar, termasuk podcast kamu.

Sebenarnya, justru kamu seharusnya bersyukur dengan kehadiran para publik figur tersebut, yang membuat dunia podcast menjadi semakin semarak.

Membuka peluang monetisasi untuk podcast

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Salah satu masalah mengapa podcast belum banyak dilirik oleh banyak orang adalah belum adanya sistem monetisasi atau pendapatan yang jelas. Platform podcast yang ada saat ini belum seperti YouTube yang bisa menjanjikan uang dari hasil pemasangan iklan untuk para pembuat konten di dalamnya.

Hal inilah yang kemudian mendorong banyak publik figur yang sebelumnya pernah mencoba membuat podcast, akhirnya menarik diri karena merasa podcast masih belum siap untuk menjadi bisnis yang menguntungkan.

Nah, kehadiran (kembali) para publik figur di dunia podcast itu justru merupakan angin segar. Karena ini artinya, mereka telah melihat ada potensi monetisasi dari platform baru ini. Dengan kesibukan mereka, para publik figur tersebut tentu tidak akan terus-menerus membuat podcast bila tidak bisa mendapat keuntungan secara finansial.

Karena itu, mereka pasti akan menjadi semacam pembuka jalan untuk monetisasi lewat podcast. Entah dalam bentuk iklan, sponsored content, penjualan konten, atau metode lainnya. Nah, para pembuat podcast baru pun tinggal mengikuti saja apa yang mereka lakukan, dan ikut meraih keuntungan.

Sebagai contoh, apabila kamu bertemu dengan perusahaan yang mempunyai potensi untuk memasang iklan di podcast kamu, maka kamu cukup menunjukkan iklan yang telah dipasang perusahaan lain di podcast Raditya Dika misalnya. Dengan begitu, perusahaan tersebut akan semakin yakin dengan potensi podcast, dan mau memasang iklan di podcast kamu.

Platform baru, idola baru

Saya memahami, mungkin ada beberapa pembuat podcast yang merasa tersaingi. Mereka khawatir kalau nantinya daftar podcast teratas di Spotify akan dikuasai oleh para publik figur tersebut, dan tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk masuk ke daftar prestisius tersebut.

Secara logika, para publik figur tersebut tentu mempunyai penggemar yang lebih banyak. Mereka cukup mempublikasikan podcast mereka di Twitter atau Instagram, dan kemudian langsung ada banyak orang yang kemudian tertarik untuk mendengar. Karena itu tidak heran kalau podcast Raditya Dika atau Pandji Pragiwaksono misalnya, langsung naik ke posisi teratas meski baru mengunggah satu atau dua episode.

Namun kamu mungkin harus mengingat kembali apa yang terjadi di YouTube. Platform tersebut memang membuat para publik figur seperti Raditya Dika atau Deddy Corbuzier semakin populer. Namun faktanya, selain mereka juga ada nama-nama lain yang mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya, seperti Atta Halilintar dan Ria Ricis, yang justru menjadi terkenal setelah hadir di YouTube.

Menurut saya, tidak mustahil akan ada Atta Halilintar dan Ria Ricis baru yang muncul dari platform podcast.

Apa gunanya mengurus karya orang lain?

Alasan terakhir mengapa kamu tidak perlu khawatir dengan masuknya publik figur di dunia podcast adalah “kamu tidak berhak mengurus urusan orang lain.”

Yup, dibanding merasa cemas dengan kehadiran mereka (yang tentu tidak bisa kamu halang-halangi juga), ada baiknya apabila kamu belajar dari mereka. Oh, begini cara mereka dalam merekam dan memproduksi podcast. Oh, konten seperti ini yang mungkin lebih disukai orang. Kemudian, kamu bisa menerapkan hal-hal yang positif dari mereka untuk podcast kamu.

Lebih baik fokus pada karya kamu sendiri, daripada sibuk mengurus karya orang lain, bukan?

Catatan: Penulis mempunyai sebuah channel podcast tentang dunia literasi yang bernama Podcast Buku Kutu. Silakan kunjungi untuk mendengarkan review buku-buku menarik dari penulis.

--

--