User Experience, Tentang Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain

Faizal Chan.
Portal UX
Published in
4 min readMar 23, 2020

Portal UX, Bandung - Mungkin saat ini Anda sudah sering mendengar istilah “user experience” atau biasa disingkat “UX”. Bahkan di portal lowongan pekerjaan juga sudah banyak perusahaan yang membuka rekrutmen di bidang UX. Namun apa sih sebenarnya yang dimaksud UX ini? Mari kita bahas berikut ini…

Terminologi

User experience (atau disingkat UX, bukan UE yah) merupakan pengalaman yang muncul dan dirasakan pengguna dari penggunaan sebuah produk (Garrett, 2011). Produk di sini bisa berupa apapun, namun yang saat ini sering dibahas adalah terkait UX produk-produk digital seperti website ataupun aplikasi desktop/mobile.

Dewasa ini banyak sekali istilah-istilah yang menggunakan embel-embel UX, seperti UX researcher, UX designer, UX writer, dan lain sebagainya. Tapi sebelum kita melangkah lebih lanjut, silakan lihat bagan berikut ini.

Pembagian role dalam aplication development (Meeran, 2016)

Pada bagan di atas, terlihat ada beberapa posisi yang berperan dalam perancangan sebuah aplikasi, di mana posisi paling kiri (human focused) akan berfokus pada aspek “manusia” dan makin ke kanan (technology focused) maka akan semakin fokus pada aspek “teknologi”. Dengan kata lain, perancangan sebuah aplikasi akan melibatkan orang-orang yang nantinya akan menjaga keseimbangan antara aspek manusia dan teknologi.

Selanjutnya saya akan menjabarkan roles atau peran-peran tersebut. Namun, saya lebih suka menggunakan istilah-istilah lain yang lebih jelas dan secara eksak menggambarkan jobdesc yang dipegang oleh setiap peran, antara lain sebagai berikut :

  1. User experience researcher; berperan untuk meneliti dan mengkaji apa yang dirasakan para pengguna terhadap suatu produk
  2. Information architect; berperan dalam menggambarkan arsitektur atau rangka informasi dari produk yang sedang dikembangkan, biasanya terdiri dari tiga aspek utama seperti “konten”, “konteks”, dan juga “pengguna”
  3. Interaction designer; berperan dalam memetakan bagaimana user akan berinteraksi dengan produk yang sedang dikembangkan
  4. User interface designer; berperan dalam merancang elemen-elemen visual dari aplikasi seperti tombol, kotak isian, dll.
  5. Front-end developer; berperan dalam membangun antarmuka aplikasi melalui baris-baris kode, berdasarkan hasil desain visual yang telah dirancang sebelumnya
  6. Back-end developer; berperan dalam membangun dan memelihara teknologi pendukung dari aspek teknis, seperti infrastruktur aplikasi dan juga basis data yang digunakan

Keenam hal tersebut adalah contoh peran-peran yang terdapat dalam sebuah tim yang mengembangkan aplikasi. Di Indonesia sendiri, mungkin Anda akan menemukan beberapa peran (biasanya saat akan melamar pekerjaan) dengan sebutan yang lain seperti UX writer atau UX designer, namun yang perlu Anda perhatikan sebenarnya adalah bukan pada nama rolenya saja, namun jobdesc apa yang dipegang oleh role tersebut.

Mengapa UX Penting

Sekarang muncul pertanyaan mendasar; “kenapa sih UX ini menjadi sebuah role yang penting?”. Untuk menjawab dan memahami hal tersebut, Anda harus terlebih-dahulu mengetahui bahwa dalam perancangan sebuah aplikasi (atau website, atau produk apapun itu), ada beberapa orang atau stakeholder yang akan turut andil dalam menentukan akan dibuat seperti apa aplikasi tersebut. Namun, sebuah aplikasi yang baik haruslah dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan para penggunanya.

Sebagai contoh sederhana, misalnya sebuah website portal berita yang kategorisasi beritanya membingungkan serta penggunaan tipografinya sulit dibaca. Akan muncul ucapan-ucapan seperti “ah ini website berita tapi kok tulisannya bikin sakit mata” atau “ini pengelolanya niat bikin portal berita ga sih”. Nah di titik inilah apabila pengelola website tersebut gagal untuk mengidentifikasi UX atau pengalaman pengguna yang dihasilkan, maka tidak diragukan lagi kalau website tersebut akan kehilangan para pembacanya di kemudian hari.

Di titik inilah UX research menjadi hal yang krusial untuk dilakukan, namun bukan berarti sulit untuk melakukannya. Berbicara tentang hal ini, saya memiliki sebuah “trik” untuk memulai sebuah UX research, yakni memulainya terhadap diri sendiri. Sederhananya, ketika kita merasakan ketidak-nyamanan di saat menggunakan sebuah produk baik itu berupa aplikasi, website, dan lain sebagainya, di saat itulah kita merasakan sebuah UX yang buruk. Dan tentu saja, ketika kita sudah merasakan hal tersebut, bukannya tidak mungkin jika orang lain akan merasakan hal yang sama.

Dengan mengetahui apa yang kita rasakan terhadap suatu produk, hal tersebut bisa menjadi langkah awal dalam menentukan langkah apa yang akan kita ambil pertama kali dalam kiat untuk membenahi produk tersebut.

Mungkin selanjutnya Anda kembali bertanya; apakah hal tersebut tidak subjektif? Tentu saja ya, namun dengan melakukan hal tersebut kita dapat membantu mengidentifikasi langkah awal apa yang akan diambil sebelum melakukan pembenahan. Misalnya, ketika kita merasa kesulitan melakukan navigasi, kita dapat melakukan user testing yang berfokus pada proses navigasi, atau melakukan wawancara kepada para ahli untuk merancang bentuk navigasi yang baik, dan lain sebagainya.

Yang perlu diingat adalah dalam melakukan UX research, kita harus menyadari bahwa kita akan menyelami apa yang dirasakan oleh para pengguna suatu produk, apa yang mereka butuhkan, dan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian, kita dapat merancang suatu produk yang dapat memberikan pengalaman yang baik untuk para penggunanya.

Sumber :

--

--

Faizal Chan.
Portal UX

Actually a UX researcher, but often work as UX engineer. Jack of all trades, Master of Management.