Serba-Serbi Vaksinasi (2);

Iffah
Iffahshrtn’s Portofolio
6 min readJan 24, 2021

— menuangkan cerita yang tertangkap pandang mata, tulisan lebih panjang dari yang diterbitkan di sini.

Bagian ini bercerita tentang apa-apa yang dibaca beberapa waktu lalu tentang vaksinasi. Bagian sebelumnya bercerita tentang apa yang dipandang mata saya terkait sambutan orang-orang terhadap proses vaksinasi.

Selepas prosesi ‘buka pintu’ untuk proses vaksinasi di Indonesia yang ditandai dengan divaksinasinya Presiden Joko Widodo dan sejumlah tokoh publik lainnya pada 13 Januari 2021 lalu, saya mencoba ‘mencerdaskan diri’ dengan membaca berbagai informasi tentang proses vaksinasi ini. Inginnya bisa membaca berbagai macam jurnal tentang hal ini yang deras sekali publikasinya belakangan, tapi apa daya mau dan mampu tak bersua.

Akhirnya, saya berkutat dengan sebuah buku yang sudah sedari lama dipinjam dari seorang teman. Judulnya A Short History of Disease. Saya selalu percaya bahwa sejarah adalah salah satu tempat terbaik untuk belajar, jadi menengok ke belakang, mencari tahu bagaimana para pendahulu menghadapi masalah-masalah yang menimpanya pada masanya, rasanya tak apa kan? :)

Bersamanya, sesekali saya juga masih membaca artikel-artikel populer (atau thread di twitter) tentang hal-hal yang bersangkutan dengan vaksinasi ini. Sampai tiba-tiba, malam hari di tanggal 14 editor di salah satu tempat menulis saya mengirimkan pesan:

“Fah, besok coba bikin tulisan poin-poin FAQ tentang vaksinasi.”

Dan hasilnya (setelah diedit) adalah tulisan ini.

Banyak diperbincangkan, apa sih efikasi itu? Kenapa efikasi dari satu vaksin yang sama bisa berbeda-beda untuk tiap lokasi ujinya?

Dilansir dari dokumen “Overview of Vaccine Efficacy and Vaccine Effectiveness” yang dipublikasikan oleh Canadian Center of Vaccinology, efikasi atau kemanjuran vaksin didefinisikan sebagai presentase penurunan kemungkinan terjangkit suatu penyakit dalam sebuah kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi dalam kondisi lingkungan yang ideal atau terkontrol.

Dari definisi tersebut, kita bisa lihat bahwa berarti, dalam penentuan efikasi dibutuhkan 2 kelompok orang, kelompok pertama adalah kelompok yang divaksinasi dan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak divaksinasi.

Setelah beberapa waktu, kondisi kedua kelompok ini akan dites, apakah ada yang terjangkit virus atau tidak. Dari pengetesan ini, kita akan menemukan 4 kelompok:

  1. Kelompok yang divaksinasi dan tidak terjangkit virus
  2. Kelompok yang divaksinasi dan terjangkit virus
  3. Kelompok yang tidak divaksinasi dan tidak terjangkit virus
  4. Kelompok yang tidak divaksinasi dan terjangkit virus

Dari definisi yang dijabarkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa efikasi dihitung dari selisih antara kelompok yang tidak divaksinasi dan terjangkit virus(4) dan kelompok yang divaksinasi dan terjangkit virus (2) dibagi dengan kelompok yang tidak divaksinasi dan terjangkit virus (4) dikalikan 100%. Atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Karena besaran efikasi sangat bergantung pada subjek uji, maka perbedaan hasil efikasi di suatu lokasi uji dengan lokasi uji yang lain sangat mungkin terjadi.

Dilansir dari publikasi yang dibuat oleh UGM, Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, Ketua Program Studi S3 Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM mengatakan bahwa jika subjek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok yang tidak divaksinasi akan terinfeksi virus akan meningkat, sehingga efikasinya pun menjadi tinggi. Sebaliknya, jika subjek ujinya adalah kelompok risiko rendah, maka kemungkinan kelompok yang tidak divaksinasi akan terinfeksi virus akan menurun, sehingga efikasinya pun menurun.

Misalnya saja efikasi dari vaksin Sinovac di Turki mencapai 91%, hal ini terjadi karena 80% peserta uji vaksinasi adalah kelompok beresiko tinggi, sedangkan di Indonesia efikasinya hanya 65.3% dengan peserta uji vaksinasi seluruhnya merupakan sukarelawan dengan background yang beragam.

Apa aja sih vaksin yang direncanakan dibeli oleh pemerintah Indonesia? Gimana efikasinya?

Melansir press release yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan Nasional pada 29 Desember 2020 lalu, berikut rincian vaksin yang sudah dipesan dan akan dipesan oleh pemerintah.

Sumber: press release Kementerian Kesehatan 29/12/2020

Catatan:
Binding/Firm Order adalah jumlah vaksin yang pasti dipesan.
Opsi/Potensial adalah jumlah vaksin yang sudah diamankan, tapi bisa dibatalkan jika memang tidak dibutuhkan.

Jumlah vaksin yang dipesan secara total adalah 663.504.000 dari kebutuhan vaksin untuk mencapai kondisi yang diinginkan adalah sebanyak 426.800.000. Jumlah ini ditentukan dari syarat minimal untuk mencapai kondisi heard immunity yang diinginkan yakni 75% masyarakat Indonesia tervaksinasi dengan masing-masing divaksinasi sebanyak 2 kali.

Besaran efikasi dari vaksin-vaksin tersebut adalah sebagai berikut:

sumber: pandemictalks

dengan tambahan, efikasi dari Sinovac adalah 65.3% (hasil uji coba di Bandung, Indonesia), 91% (hasil uji coba di Turki), dan 50.5% (hasil uji coba di Brazil, sebelumnya sempat diumumkan 78%).

Gimana sih tahapan vaksinasi di Indonesia?

Menurut release yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, proses vaksinasi hingga kondisi herd immunity yang diharapkan tercipta membutuhkan waktu selama 15 bulan terhitung sejak Januari 2021 hingga Maret 2022.

Kondisi herd immunity yang dimaksud adalah kondisi dimana 75% populasi sudah tervaksinasi. Vaksinasi akan mencakup 181,5 juta jiwa di 34 provinsi dengan rincian periode I akan dilaksanakan pada Januari-April 2021 dan ditargetkan untuk 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik. Sedangkan periode II akan dilaksanakan pada April 2021-Maret 2022 dan menjangkau kelompok masyarakat lainnya yang berjumlah 181,5 juta jiwa.

Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Setelah mendapatkan vaksinasi, terus apa yang harus dilakukan?

Vaksinasi diberikan salah satunya dengan tujuan untuk membentuk herd immunity, kondisi herd immunity baru akan terjadi jika 75% dari populasi sudah tervaksinasi. Oleh sebab itu, setelah mendapatkan vaksinasi, kita tetap harus menjalankan protokol kesehatan karena proses vaksinasi yang bertahap tidak serta-merta langsung menghasilkan kondisi herd immunity yang diharapkan.

Semua orang boleh divaksinasi atau nggak? Atau ada syaratnya?

Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan COVID-19, ada beberapa kelompok masyarakat yang tidak boleh divaksinasi. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Masyarakat terkonfimasi COVID-19
  2. Ibu hamil dan menyusui
  3. Masyarakat berusia di bawah 18 tahun
  4. Mengalami gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berupa batuk/pilek/sesak nafas dalam 7 hari terakhir
  5. Terdapat anggota keluarga serumah yang kontak erat/suspek/dalam konfirmasi/sedang dalam perawatan karena penyakit COVID-19
  6. Memiliki riwayat alergi berat atau mengalami gejala sesak napas, bengkak dan kemerahan setelah divaksinasi COVID-19 (untuk vaksinasi kedua)
  7. Mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah
  8. Menderita penyakit jantung (gagal jantung/penyakit jantung coroner)
  9. Menderita penyakit Autoimun Sistemik (SLE/Lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya
  10. Menderita penyakit ginjal (penyakit ginjal kronis/sedang menjalani hemodialysis/dialysis peritoneal/transplantasi ginjal/sindroma nefrotik dengan kortikosteroid)
  11. Menderita penyakit Reumatik Autoimun/Rhematoid Arthritis
  12. Menderita penyakit saluran pencernaan kronis
  13. Menderita penyakit Hipertiroid/hipotiroid karena autoimun
  14. Menderita penyakit kanker, kelainan darah, imunokompromais/defisiensi imun, dan penerima produk darah/transfuse
  15. Menderita penyakit Diabetes Melitus
  16. Menderita HIV
  17. Memiliki penyakit paru (asma, PPOK, TBC)
  18. Sedang dalam kondisi demam (suhu tubuh ≥ 37.5 derajat Celcius)
  19. Tekanan darah dalam kondisi tinggi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg)

Gimana caranya untuk tahu kalau kita terdaftar dalam peserta vaksinasi atau tidak?

Untuk mengecek apakah kamu termasuk ke dalam penerima vaksin atau tidak, kamu bisa mengakses laman pedulilindungi.id dan memasukkan Nomor Induk Penduduk kamu disana.

Saya banyak sekali membaca informasi mengenai proses vaksinasi ini di berbagai media dan berbagai platform, tapi rata-rata yang saya baca tulisannya masih dibuat sepotong-sepotong dan belum dirangkum. Maka, tulisan ini selain ditujukan untuk menulis di media yang saya tuliskan di atas, dimaksudkan juga untuk membuat informasi yang cukup merangkum semuanya.

Ingin sekali sesungguhnya menulis tentang prinsip, cara kerja, efek samping, dan proses pembuatan dari setiap vaksinnya. Tapi, waktu itu nggak keburu mencari tahunya (dan sekarang belum ingin melakukan hal itu hehehe) mungkin di post selanjutnya? he he he

Ngomong-ngomong, tulisannya dibuat sampai muntah-muntah. Bingung sendiri juga kok bisa ya muntah-muntah==v

--

--