[YukSharing] Agile di Kelompok Kami, Seperti Apa?

Donny Samuel
PPL A-4 YUK RECYCLE
2 min readMar 20, 2019

Hi, it’s Donny !

Let me tell you a story of our team.

Kami terdiri dari 6 orang. 6 kepala dengan 6 kepribadian dan 6 cara belajar yang berbeda. Ketika menyatukan pendapat untuk 2 orang, hasilnya akan ada 3 kemungkinan: both will say yes, both will say no, one of them will say yes and the other’s no. Coba bayangkan akan dilakukan penyatuan pendapat dari 6 orang, maka akan ada banyak sekali kemungkinannya. Ini yang terjadi pada kelompok kami.

Mendevelop suatu aplikasi yang dimulai dari 0 adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Apalagi kami belum pernah melakukan itu sebelumnya. Panduan yang diberikan oleh dosen PPL dan asdos kami adalah Agile. Apa itu Agile? Untuk mengetahui apa itu Agile kita harus mengetahui sejarahnya.

Pada tanggal 17 Februari 2001, tujuh belas developer (termasuk diantaranya adalah Ken Beck dan Martin Fowler) berjumpa untuk mendiskusikan teknik pengembangan software yang ringan dan lincah. Mereka kemudian menghasilkan apa yang disebut sebagai The Agile Manifesto yang terdiri atas 4 nilai dan 12 prinsip. Isinya dapat dilihat di http://agilemanifesto.org.

4 Nilai

- Individu dan interaksi lebih dari proses dan sarana perangkat lunak
- Perangkat lunak yang bekerja lebih dari dokumentasi yang menyeluruh
- Kolaborasi dengan klien lebih dari negosiasi kontrak
- Tanggap terhadap perubahan lebih dari mengikuti rencana

Salah satu ciri tim yang Agile adalah tim yang masing-masing anggotanya memiliki kesadaran untuk bekerja, bahkan lebih dan kompak. 4 nilai dari Agile Manifesto yang paling menonjol adalah poin ke-3 dan ke-4. Sedangkan saya merasa poin pertama masih kurang.

Saya merasa tim kami adalah tim yang cukup baik namun kami cenderung untuk bekerja sendiri. Meskipun kami tetap menjaga komunikasi, namun itu hanya sebatas percakapan. Ada sedikit perubahan dari sprint pertama ke sprint kedua kali ini. Setelah kami melakukan sprint retro pertama, di sprint kedua kami mulai sering melakukan “ngoding bareng”. Tak terasa, ngoding bareng tidak menjadi sebuah momok, namun saya pribadi merasa having fun but serious yang dimana itu merupakan lingkungan yang sehat bagi programmer.

Saya merasakan, tidak ada yang merasa masa bodoh dengan kerjaan teman yang lain. Meskipun pada sprint tersebut mereka tidak saling beririsan kerjaannya, namun tetap mendengarkan keluhan, pertanyaan bahkan membantu dalam mencari jalan keluar untuk permasalahan tersebut.

Dengan melihat apa yang terjadi pada sprint kedua, saya optimis tim kami akan menjadi lebih baik lagi pada sprint selanjutnya.

Bring it on, We are PPL Got Talent! *D*

--

--

Donny Samuel
PPL A-4 YUK RECYCLE

CS Student at University of Indonesia | UI/UX, Tech Enthusiast