Product Validation

Ilham Darmawan
PPL D7 — Fasilkom UI
3 min readMay 1, 2019

Halo kembali lagi bersama saya, hustler dari kelompok D7 yang keren ini. Kali ini saya akan membahas mengenai product validation, pentingnya product validation, dan implementasi dari product validation dalam proyek kami pada PPL ini.

What is Product Validation and Why It’s Important

Jadi sebelum membahas lebih dalam, kita perlu tahu apa yang dimaksud dengan product validation. Product validation menurut slide yang diajukan oleh Pak Eko dan didukung oleh GeeksforGeeks adalah merupakan suatu tahap dimana pada tahap tersebut kita memastikan bahwa produk yang kita buat sudah benar

Validation means building the right product. On the other side, verification means building the product right

Wow sepertinya cuma penukaran kata ya. Tapi perbedaan itu cukup mendasar kalau kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Product validation berarti memeriksa apakah produk yang kita kembangkan sudah benar, sesuai dengan spesifikasi dari Product Owner dan berhasil mencapai tujuan tertentu. Hal ini tentunya sangat penting karena terkadang dalam membuat aplikasi, kita hanya berfokus kepada bagian teknisnya saja. Misal, kodenya harus clean code, harus mendukung multithreading, harus pakai bahasa ini, bahasa itu, tambah fitur ini, fitur itu. Akan tetapi, kita lupa bahwa produk tersebut harus sesuai dengan spesifikasi product owner dan sudah memenuhi kebutuhan user.

Penting juga untuk diketahui bahwa validasi ini untuk memastikan pengembangan perangkat lunak berjalan efisien. Seringkali, produk yang sudah dikembangkan dan hampir selesai, ditinggalkan begitu saja karena tidak memenuhi spesifikasi dari product owner. Tentunya hal ini sangat disayangkan.

Selain validasi, ada juga verifikasi yang berarti mengembangan produk dengan baik. Hal ini dapat diartikan bahwa produk yang dikembangkan mencapai suatu goal dengan baik tanpa adanya bug atau pun error. Verifikasi dilakukan untuk memastikan pengembangan dilakukan dengan baik dan benar.

When?

Lalu kapan sih product validation biasanya dilakukan? Seperti yang kita tahu, risiko terbesar dalam pengembangan perangkat lunak adalah pengembangan yang dilakukan berbulan-bulan atau bahkan tahun tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, product validation dilakukan pada awal pengembangan produk. Product valdation memiliki empat tahap, hal ini saya sunting dari smashing magazine:

  1. Validate the problem
  2. Validate the market
  3. Validate the product
  4. Validate willingness to pay

Pada proyek kami, poin nomor 4 dapat diganti dengan Validate willingness to give grade A hehehehe. Berikut ini implementasi dari product validation dalam kelompok PPL kami.

How We do Product Validation in Koneg Liquid

Saya akan mengawali pertama kali pada saat pertama kali bertemu dengan partner pada saat kuliah pertama PPL di gedung baru. Pada saat itu, kami berkumpul bersama scrum master kami, Kak Yuna dan product owner kami Mas Pepe. Pada pertemuan itu, Mas Pepe memaparkan bagaimana awalnya samopai tercipat ide untuk membuat produk Reminder for Repurchase. Happyfresh ingin mengembangkan produknya menjadi sebuah personal assistant untuk online grocery shopping. Dari ide tersebut terdapat validasi permasalahan dimana pembelian untuk kebutuhan sehari-hari berlaku secara periodik dan terpola. Dari pola tersebut dapat dilakukan analisis terhadap pembelian dari user.

Selain validasi permasalahan, terdapat validasi market dimana tentunya Happyfresh sudah mempunyai sasaran market dari awal dibuatnya perusahaan tersebut. Sehingga, produk kami akan menyesuaikan dengan sasaran market tersebut. Tentunya sudah tahu kan sasaran produk yang menawarkan kebutuhan sehari-hari??

Nah, saatnya untuk validasi dari produk. Pada tahap ini, kami melakukan validasi terhadap permasalahan dan market yang disampaikan oleh Happyfresh. Kami menekankan bagaimana analisis dari pola pembelajaan user dapat berjalan secara akurat dan adaptif. Oleh karena itu, kami menggunakan metode Time Series Forecasting yang cocok digunakan untuk pola yang kontinu. Selain analisis tersebut, kami mencoba untuk melakukan personalisasi terhadap produk tersebut. Kami melakukan validasi ide seperti integrasi terhadap fitur Add to cart dimana pada saat user akan membayar, data yang ada di cart akan dikirim ke API kami untuk dilakukan prediksi ulang. Ide yang kami ajukan ini telah divalidasi oleh product owner kami.

Selain itu, terdapat ide yang kami ajukan berupa fitur chatbot pada mobile web. Akan tetapi, implementasi tersebut dinilai terlalu sulit dan Mas Pepe menawarkan untuk personalisasi dilakukan dengan cara pengiriman rekomendasi barang melalui email dan SMS. Setelah validasi tersebut dilakukan, barulah kami melakukan pengembangan perangkat lunak tersebut sampai dengan sprint ini. Begitulah implementasi dari product validation dalam kelompok kami. Semoga dengan bacaan ini, dapat memperluas pengetahuan kalian. Sampai jumpa!!

--

--