Belajar Bahasa Inggris dengan Cara Tidak Biasa

Ikuti Cara Ini, Kamu Akan Takjub Melihat Hasilnya

Surja Wahjudianto
PresentasiKu
2 min readAug 29, 2022

--

Photo by Egor Myznik on Unsplash

Saat kerja di Bogor dulu ada seorang teman yang bahasa Inggrisnya jago banget. Ngomongnya lancar, percaya diri dan natural. Range of vocabulary-nya juga luas.

Kalau dia lagi ngomong Inggris sering saya simak baik-baik. Kata-katanya saya tiru. Kalau saya tanya, selalu dia jawab. Dan jawabannya selalu memuaskan. Pokoknya keren abis.

Karena penasaran, saya tanya apa rahasianya. Kursus di mana, berapa lama, berapa biayanya?

Apa jawabnya?

“Aku enggak pernah ikut kursus kok.”

Lho?

“Iya, sungguh,” dia meyakinkan.

Lalu?

“Aku belajar ngomong Inggris di Kebun Raya.”

Saya tambah penasaran.

“Kalau libur aku sering ke Kebun Raya. Cari bule-bule di sana. Dekati, ajak ngobrol. Gitu aja terus. Lama-lama juga bisa,” dia menjelaskan.

Saya terkesima. Lalu diam-diam meniru kiatnya. Jadi kalau lagi libur saya pergi ke Kebun Raya. Kadang sama teman-teman, kadang sendiri. Sering kali sendiri. Jalan kaki.

Petualangan pertama di Kebun Raya sendirian sungguh mengejutkan. Apa yang saya dapati sungguh di luar dugaan.

Hal yang mengejutkan itu adalah bahwa para bule tersebut ternyata dengan senang hati diajak bercakap-cakap. Ini memutarbalikkan keyakinan saya selama ini bahwa mereka sulit untuk didekati, apalagi diajak ngobrol.

Tentu saja kita mesti tahu kiatnya dan batas-batasnya.

Sering kita dengar keluhan wisatawan bule akan banyaknya permintaan selfie oleh orang-orang kita. Permintaan selfie satu-dua kali masih oke, tapi kalau harus bolak-balik salfa-selfie tentu mulai menjengkelkan.

Bahkan seorang warga negara AS bercerita pernah berpapasan dengan sekelompok pelajar berseragam. Melihat ada bule para pelajar ini bisik-bisik. Mungkin mau menyapa atau ngomong sesuatu tapi bingung. Akhirnya salah satunya berteriak, “F*ck you!” Semua pelajar itu lalu tertawa.

Mereka menganggapnya gurauan. Tapi itu sungguh memalukan.

Tentu bukan dengan cara begini kita mendekati bule untuk diajak bercakap-cakap.

Lalu bagaimana caranya?

“Tawarkan bantuan”, kata teman saya membagi kiatnya. “Misalnya beri mereka petunjuk arah atau jalan.”

Ini yang pernah saya terapkan. Dan berhasil.

Suatu hari saya melihat ada pasangan bule yang tampak kebingungan sambil membolak-balik peta. Melihat ada peluang untuk membantu, saya dekati dan sapa mereka.

Mereka membalas dan tampak terbuka. Lalu saya tanya mereka mau kemana. Ternyata mereka mau ke Puncak. Bingung harus naik apa dari Kebun Raya. Dengan mudah saya tunjukkan arahnya dan mesti naik angkutan apa saja.

Nah, sambil menunggu angkutan tersebut datang saya ngobrol dengan mereka. Ternyata mereka dari Jerman. Tapi fasih bahasa Inggris. Kami ngobrol gayeng, seperti teman lama. Saya sendiri sampai takjub dan kagum pada diri sendiri. Padahal Inggris saya masih pas-pasan.

Ketika angkutan yang ditunggu akhirnya tiba, kami berpisah. Saya gembira karena telah membantu dan berkesempatan mempraktikkan bahasa Inggris saya. Pasangan dari Jerman itu pun gembira karena telah saya tunjukkan arah menuju ke Puncak. Dan supir angkutan itu juga gembira karena mendapat dua penumpang bule dengan tas ransel besar-besar.

--

--

Surja Wahjudianto
PresentasiKu

Shares content related to English learning, public speaking, and personal stories only for YOU.