Inilah 2 Fakta Mengejutkan tentang Presentasi

Surja Wahjudianto
PresentasiKu
Published in
3 min readMay 27, 2020

Belum lama ini saya berkesempatan hadir di suatu acara yang dihadiri oleh beberapa pejabat pusat dan daerah. Salah satu pejabat yang memberikan sambutan adalah Gubernur Jawa Timur Sukarwo. Setelah pejabat lain memberikan sambutannya, tiba giliran Bapak Gubernur maju ke panggung. Dan mulailah beliau berbicara.

Seperti halnya pidato pejabat pada umumnya, pidato Bapak Gubernur pasti akan panjang, bertele-tele dan membosankan. Begitu pikir saya.

Tetapi dugaan saya keliru. Ternyata beliau membawakan pidatonya dengan menarik, santai, tidak kaku seperti lazimnya pidato pejabat yang sering kita lihat. Beliau juga memberikan sedikit humor di sana-sini, yang membuat audiens menikmati dan betah mendengarkan pidatonya.

Namun, yang paling menarik – dan juga mengejutkan – adalah durasi pidatonya. Beliau mengakhiri pidatonya jauh lebih cepat dari perkiraan semua orang yang hadir. Setelah tidak lebih dari 3 menit berbicara, beliau lalu mengucapkan salam penutup kemudian melangkah turun dari podium.

Tepuk tangan sontak bergemuruh begitu Pakde Karwo – begitu panggilan akrab beliau – berjalan turun dari panggung. Pidato yang dikira akan berjalan lama ternyata usai dengan cepat. Sangat cepat.

Saya senang. Dan saya yakin perasaan saya juga mewakili perasaan sebagian besar audiens saat itu. Meski termasuk menarik, tetapi pidato Pakde Karwo yang lebih cepat usai itu menjadikannya lebih menarik.

Itulah fakta mengejutkan tentang presentasi yang pertama…

1. Semakin cepat, semakin baik

Tidak peduli betapa bagusnya suatu presentasi, audiens merasa senang ketika presentasi itu berakhir. Meski terdengar seperti paradoks, sebenarnya hal yang paling disukai audiens dari satu presentasi adalah ketika presentasi itu berakhir.

Untuk menguji kesahihan pernyataan ini, coba lain kali ketika Anda duduk menjadi peserta dari sebuah presentasi, perhatikan apa yang Anda rasakan ketika pembicara memberi sinyal akan segera mengakhiri presentasinya. Sinyal-sinyal itu misalnya: “Sebelum saya mengakhiri presentasi ini…” atau “Untuk menutup ceramah saya ini…” dan lain-lain. Ketika mendengar sinyal-sinyal tersebut, pasti Anda merasa gembira.

Itu berlaku bahkan untuk presentasi yang menarik sekalipun. Apalagi presentasi yang membosankan.

Mengapa demikian?

Karena menjadi audiens sebenarnya adalah sebuah tugas. Entah itu tugas dari diri sendiri atau karena tuntutan pekerjaan. Untuk belajar ilmu tertentu atau untuk mendapatkan inspirasi atau motivasi. Menjadi audiens butuh konsentrasi dan butuh energi. Maka, ketika presentasi usai, usai pula tugas mereka. Dan gembiralah mereka.

Makanya jangan merasa Anda memberikan bonus kepada audiens jika Anda berbicara lebih lama dari waktu yang diberikan. Kalau Anda sungguh-sungguh ingin memberikan bonus, justru sudahi presentasi Anda sedikit lebih cepat atau maksimal tepat waktu.

Semakin cepat, semakin baik.

Fakta mengejutkan kedua adalah…

2. Semakin sedikit, semakin baik

Saya pernah melihat materi presentasi training dengan judul “25 Cara Menjual yang Efektif”. Menurut Anda, kira-kira berapa banyak yang akan diingat dan dipraktekkan peserta setelah training tersebut? Pasti tidak banyak, bukan? Mengingatnya saja sulit, apalagi mempraktekkannya.

Jauh lebih baik kalau training tersebut berjudul “5 Cara Menjual dengan Lebih Baik” dan hanya membahas 5 cara saja. Dengan materi bahasan lebih sedikit, pembicara lebih punya kesempatan untuk mengulas lebih dalam masing-masing poin. Audiens jadi lebih mudah mengingatnya dan lebih memungkinkan untuk mempraktekkannya.

Jangan bebani audiens dengan terlalu banyak poin bahasan. Ingat, semakin sedikit, semakin baik.

Kalapun Anda tidak terlalu terkejut dengan kedua fakta tersebut di atas, saya ingin itu jadi pengingat kita bahwa memberikan presentasi lebih lama dan lebih banyak sebetulnya malah mengurangi kualitas presentasi kita. Dengan tidak melakukannya kita akan dikenal sebagai pembicara yang baik.

Pertanyaan: Apakah Anda pernah menyaksikan presentasi yang lebih lama dari semestinya atau poin bahasan yang terlalu banyak? Bagaimana perasaan Anda saat itu?

Join my email list with other people for more helpful insights.

--

--

Surja Wahjudianto
PresentasiKu

Shares content related to English learning, public speaking, and personal stories only for YOU.